3

2.4K 317 37
                                    

Kereta berisi penumpang dari Osaka telah berhenti di peron 7 Konoha station. Tidak ada penumpang yang keluar desak-desakan disana, hanya tertib dan terkesan buru-buru. Beberapa lagi terlihat melangkah santai sembari menghirup udara kampung halaman, tak lupa koper di tangan kiri atau kanannya serta tas gendong di punggungnya. Senyum merekah terlukis di wajah mereka, rasa rindu bertemu keluarga akan menguap dalam beberapa menit.

"Yakin Sasori-nii akan jemput?" Tanya Ino sembari mendudukkan diri di kiri Sakura. Gadis pirang itu meraih botol minum di dalam tasnya dan menenggak hingga tandas.

"Dia sudah bilang iya." Sakura mengecek ponselnya, berharap ada notifikasi yang mengabarkan kakaknya sudah sampai.

"Tumben banget naik kereta." Sindir Karin.

"Ngomong sama siapa sih Rin?" Timpal Ino malas. Gadis pirang itu melirik Sakura yang berusaha sibuk dengan ponselnya.

Ruby nya melirik malas pemuda di samping kanan sepupunya "Tau ah yang merasa."

Situasi ini selalu terjadi jika mereka berkumpul dan itu membuat kepalanya sakit tentu saja. Naruto melirik Sasuke yang selalu tidak peduli, pemuda kuning itu menghela napas pelan.

"Gak ada teman katanya." Jawab Naruto asal.

Ruby itu menatap remeh. "Bukannya Neji dan Hinata naik pesawat ya?" Tanya Karin asal, gadis itu menatap Ino yang tengah tersenyum miring. "Sekalian ba–"

"Karin," Sakura beranjak berdiri. "titip koper dan tas ku." Gadis itu melangkah pelan meninggalkan percakapan yang menurutnya tidak bermutu.

"Hei, mau kemana Ra." Karin mengirim sesuatu lewat pandangannya pada Ino yang duduk di seberangnya. Gadis pirang itu mengangguk samar lalu beranjak berdiri

"Telpon kakak, ngaret banget kerjaannya." Kata Sakura sedikit berteriak.

Ino segera melangkah menyusul Sakura. "Ikut Ra, sekalian temani ke toilet." Memamerkan cengiran sekilas, gadis pirang itu mendapat sikutan pelan dari sahabatnya.

Gaara menggeleng pelan, sementara Naruto dan Sai segera menyandarkan punggung kakunya. Shikamaru yang sedari tadi memejamkan mata, diam-diam mendengarkan semua. Pemuda pemalas itu segera membuka manik hitamnya dan mendapati Sasuke di seberang sana tengah menyembunyikan manik kelamnya.

"Tidak seharusnya kau berkata seperti itu." Ucap Shikamaru berusaha meluruskan.

Karin memutar ruby nya bosan. "Aku? Apa yang ku katakan?"

"Jangan menuang bensin pada api yang telah padam." Tegas Shikamaru.

"Padam?!" Karin terkekeh pelan. "Kau bilang padam?" Gadis itu beranjak berdiri, telunjuk kanannya mengarah pada Sasuke. "Kau pikir apa yang dilakukan sahabat sialan mu itu hah! Lebih baik kau tidur dari pada bicara omong kosong."

"Merepotkan." Ucap Shikamaru malas. Pemuda itu kembali melirik Sasuke yang masih dengan sikap acuhnya.

Naruto melangkah pelan. "Ka-rin duduklah." Pemuda kuning itu terlihat gusar, ia cukup tahu bagaimana tabiat perempuan Uzumaki ketika mengamuk.

"Apa?! Kau mau membela sahabat mu dan gadis sialan itu." Cerocos Karin di depan Naruto.

"Bu-kan. Aku–– Hei apa yang kau lakukan?" Sapphire nya penuh tanya mengikuti pergerakan Karin.

"Aku tidak akan membiarkan sahabat-sahabatku terkontaminasi virus seperti kalian!"





"Karin?!"

***


"Ra tungguin sini ya, jangan kemana-kemana." Titah Ino.

Isyarat[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang