Wanita Malam itu Bernama Dira

9 1 0
                                    

Malam gemintang menambah syahdu kota rambutan ini. Supir truk beristirahat di kedai kopi jalan Soekarno-Hatta untuk melanjutkan perjalanan demi keluarga. Wanita-wanita malam bersembunyi diantara redupnya lampu jalanan. Salah satunya adalah Dira, wanita penuh pesona yang dikagumi para pemburu nafsu jalanan. Paras tinggi memesona dengan lekuk tubuh yang indah. Tak heran ia menjadi primadona. Lambayan tangan mereka mengisyaratkan pekerjaan telah dimulai. Satu, dua pelanggan berhenti dihadapan mereka. Para buaya telah memilih mangsanya masing-masing. Tidak dengan Dira, yang masih duduk santai menikmati sebatang sampoerna.

Salah satu mobil berhenti dihadapannya. Perlahan membuka kaca mobil dan Dira berjalan mendekatinya. Tapi, Dira tidak naik ke dalam mobil. Terjadi percekcokan antara Dira dan pria paruh baya sampai teman-temannya tak berani mendekat.

"Dasar kau jalang, sudah murahan berlagak mahal." Ucap pria sambil melayangkan tamparan ke wajah Dira.

Dira terduduk menahan sakit fisik maupun hati. Lantas, pria paruh baya pergi dan meludahi wajah Dira.

"Hey jalang, mana setoran mu?"

"Belum ada om." Jawab Dira sendu.

"Apa pula kau bilang belum ada. Udah hampir pagi kau bilang belum ada!" Ucap bapa ayam pada Dira.

"Hari ini sepi om, jadi belum ada yang yang datang."

"Pukimak kau!"

Bapa ayam langsung pergi meninggalkan Dira dan menjumpai beberapa teman-teman Dira untuk menagih setoran. Malam bergulir dengan cepat.

***

"

Chariot, kyongrye!" Ujar sang wasit pada Alika dan sang lawan. Wasit mengangkat tangan Alika menandakan Alika keluar sebagai pemenang dalam pertandingan sekaligus menjadi juara I pra junior under 53 kg. Sudah 3 hari Alika memperjuangkan mimpi yang tak diinginkan emak. Emak berharap ia seperti Andre, berprestasi dalam bidang akademik buka olahraga. Padahal, dalam benak Alika prestasi bukan sebatas akademik. Seni ataupun olahraga juga prestasi. Tapi sayang pemikiran emak tak seluas egonya.

Pengalungan medali telah menghujam hati Alika. Alika ingin membuktikan bahwa ia bisa meraih mimpi. Air mata tak lagi terbendung, haru bahagia menghiasi gelanggang olah raga Binjai.

"Untuk merayakan prestasi dojang kita yang meraih juara umum II, ayok kita makan-makan" ajak sang pelatih

"Ayok ayok, tunggu apa lagi" ujar Alika penuh semangat

Binjai adalah kota kecil yang berkembang begitu pesat. Tempat wisata, mall ataupun taman menghiasi kota. Tak kalah padat dengan penduduk kota Medan.

"Sabeum, kita makan di lantai 2 ya."

"Oke" jawab sabeum singkat

Mereka bergegas menuju lantai 2 salah satu mall yang ada di kota Binjai. Ketika berada di eskalator, Alika melihat perempuan yang sangat mirip dengan kakaknya.

"Kak Andira, kak Andira!" Alika berlari dan melambaikan tangan.

Dengan sekejap Alika menarik tangan kak Andira yang sedang berjalan menuju salah satu toko perhiasan.

"Aku, sakit"

Andira terkejut melihat sang adik ada dihadapannya. Tetiba Andira mematung dan tak berucap sepatah katapun.

"Siapa Dira?" Tanya lelaki yang sedang bersamanya

"Bukan, dia bukan siapa-siapa." Jawab Andira

"Kakak lupa atau pura-pura lupa." Tegas Alika

"Heh, pergi sana. Aku gak punya adik. Apalagi keluarga di sini." Bantah Andira.

Mimpi-Mimpi Cemara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang