Dari kejauhan serine polisi bersahutan. Orang orang di wilayah sungai Deli seperti menyambut kedatangan polisi. Pak Kepling tak luput pandangannya ke arah rumah emak. Seperti dugaan, mobil polisi berhenti tepat di depan rumah emak. Warga perlahan mendekat, berkerumun di sekitar rumah emak. Satu, dua, tiga polisi turun dan membawa seorang lelaki dengan tangan diborgol.
"Permisi, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam" jawab pria yang muncul dari kerumunan.
"Kami dari pihak kepolisian ingin mengantarkan saudara Dana untuk bertemu dengan ibunya." Jelas polisi.
"Mohon maaf pak, sudah hampir seminggu rumah ini kosong. Kinara, adik dari Dana masuk rumah sakit." Jelas pak Kepling.
"Kalau boleh tau, rumah sakit mana pak?" Jawab singkat polisi.
"Rumah sakit Bunda Tamrin" jawab pak Kepling.
"Terima kasih pak, kami akan ke sana untuk mengantarkan saudara Dana bertemu dengan ibunya."
Suara serine polisi perlahan menghilang dari daun telinga warga. Warga pada berbisik, ngerumpi, sampai menggibah. Pastinya tentang keluarga emak. Mobil polisi menghilang dari pandangan, seketika itu warga juga menghilangkan diri dari kerumunan. Tampak Kepling masih berada di sekitar rumah emak. Melihat rinci demi rinci, sudut tiap sudut tanpa maksud dan tujuan yang jelas.
***
"Fika? Terdengar sahutan nama dari lorong rumah sakit yang sunyi tanpa ada satu orangpun lalu lalang. Sontak Fika tersadar dari lamunan. Terlihat dari kejauhan seorang lelaki yang seperti ia kenal. Sudah lama tak terlihat tapi masih membekas di hati.
"Bang Dana!" Fika memanggil dan berlari menemui dana.
"Fika, aku gak bisa lama, aku mah ketemu Kinara. Katanya dia sakit. Aku juga mau bicara dengan emak. Apa yang sebenarnya terjadi?" Ujar Dana.
"Gak usah bang, situasi lagi gak menentu. Aku takut kau tersulut emosi. Biarkan Kinara istirahat di kamar. Aku nanti yang kasih kabar ke mereka. Abang sehat-sehat kan?" Tanya Fika.
"Yasudah kalau gitu dek, Abang sehat seperti yang kau lihat. Bahkan kelihatan gemuk kan? Canda Dana mencairkan suasana.
"Ayo bang duduk sebentar," ajak Fika
"Gak usah dek, Abang gak bisa lama. Abang harus kembali ke sel. Abang titip salam ke emak, dan Alika ya. Oh ya, ayah mana ? Kia, Alika, dan kak Andira ? Tanya singkat Dana.
"Kak Andira masih belum balik bang, masih seperti dulu. Alika, aku gak tau di mana. Aku juga gak tau apa-apa soal keadaan rumah bang. Kalau ayah dan Kia ..." Perkataan Fika terputus. Air mata tak terbendung.
"Pasti ini semua gara-gara emak. Emak masih mementingkan dirinya dan mengorbankan anak-anaknya." Sahut Dana dengan kesal.
Setelah pembicaraan singkat itu, Dana kembali dibawa polisi dan meninggalkan Fika bersama sunyinya lorong rumah sakit. Ruang hampa itu menambah kesedihan Fika yang harus menghadapi keegoan emak sendirian. Masa cuti dia tinggal 3 hari lagi. Sehat ataupun tidak, Fika harus kembali ke Siantar. Tempat ia menyambung hidup keluarga kecilnya.
***
"Bu, lusa Fika harus sudah kembali. Masa cuti Fika udah habis. Ibu di sini sama Kinara ya. Ini ada sedikit rezeki untuk bantuk pengobatan Kinara." Ucap Fika.
"Gak usah repot-repot nak, ibu bisa biayai pengobatan Kinara." Jawab emak singkat.
"Bang Dana tadi datang Mak, dia kirim salam ke emak. Semoga mak sehat-sehat di sini. Dia gak bisa lama dan harus kembali ke sel. Dia divonis hukuman penjara 5 tahun." Jelas Fika singkat.
"Dia kembali? Kenapa dia tidak masuk ke sini. Dia belum lihat Kinara." Ucap emak.
"Sudahlah Mak, gak usah dipikirkan. Aku pulang dlu ya Mak. Aku mau kemas-kemas." Fika menyalami emak dan mencium Kinara yang masih tertidur di ranjang.
Dua hari berlalu setelah kepulangannya dari rumah sakit. Fika mulai mengangkat tas dan segera menuju terminal untuk kembali ke Siantar. Esok adalah hari pertama dia kerja setelah masa cuti.
"Fika, apa kabar?" Ujar seorang wanit dari belakang Fika. Fika sedang menggembok rumah sontak terkejut mendengar suara itu. Seperti ia kenal tapi sudah lama tak ia rasakan.
"Kak Andira ?" Fika terkejut dan spontan memeluk Andira.
"Kamu mau ke mana dek? Kakak baru datang, mengapa kamu sudah mau pergi?" Tanyak Dira penasaran.
"Aku mau balik ke Siantar kak. Besok aku harus masuk kerja. Jawab Fika.
"Sebentar dek, gimana kabar Kinara? Kabarnya Kinara masuk rumah sakit? Kakak juga gak bisa lama, ini kakak titip untuk Kinara ya, tapi jangan tau emak. Usahakan ini untuk keperluan Kinara. Kalau sampai emak tau, bisa disalahgunakan. Kamu sehat kan dek? Ujar Andira.
"Sehat kak, ini banyak kali kak. Kakak kerja apa? Tegas Fika.
"Kamu gak perlu tau, salam ke Kinara ya. Jangan bilang emak kalau kakak pulang." Ujar Andira buru-buru.
"Tunggu kak, Bang dana kemarin pulang. Nanti kita jenguk dia ya. Teriak Fika sembari melihat Andira semakin jauh. Ini sungguh aneh, Andira pulang. Bang Dana pun pulang, dan aku juga pulang. Semoga semua baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi-Mimpi Cemara
FantasyPohon Cemara di seberang sungai terlihat menawan ketika rinai hujan membasahi, ketika desiran sungai Deli melintas di telinga, ketika bayu menyelimuti tubuh kecil Kinara. Keluarga harmonis yang perlahan runtuh diterpa diskontinuitas hidup. Ada yang...