Surat!

2 0 0
                                    

***

Fika menemukan amplop di bawa kardus depan pintu rumah. Terbungkus rapi dan sedikit bau rokok. Tak ada pengirim surat atau identitas lainnya. Fika masuk dan melihat keadaan rumah emak yang tak layak huni. Rumah yang terdiri dari 1 kamar, kamar mandi yang langsung mengarah ke sungai serta dapur sederhana. Fika melihat beberapa foto anak-anak emak yang tertempel di dinding papan rumah. Andira, dana, aku,  Andre, Alika, Kia dan Kinara.

"Bulan depan, aku suruh Mak pindah rumah. Cari kontrakan yang layak untuk Mak dan Kinara." Gumam Fika.

Tak lama Fika di rumah untuk sekadar mengenang masa-masa bersama Mak dan ayah. Fika bergegas meninggalkan rumah dan kembali rumah sakit. Tapi, Fika dihantui rasa penasaran dengan surat yang ia temukan di bawah kardus. Ia duduk di depan rumah dan membaca isi surat itu.

Untuk emak

Apa kabar Mak? Aku harap emak sehat-sehat aja di rumah. Ayah gimana kabar Mak? Sehat juga kan ? Adik-adik pasti sehat selalu. Aku sudah lama menahan rindu untuk kembali berkumpul bersama emak dan keluarga. Sudah beberapa bulan ada mendekam tapi tak ada satupun dari kalian yang datang membesuk. Aku paham Mak, itu gak jadi masalah untuk ku. Yang penting kalian tak benci sama ku. Aku di sini sehat-sehat. Jangan pernah risaukan keadaan aku di sini. Mereka sangat baik pada ku.

Mak, aku dijatuhkan hukuman 5 tahun penjara. Lama kali ku rasa Mak. Tapi itu konsekuensi perbuatan aku Mak. Aku sadar dan aku mau bertaubat Mak. Maafin kesalahan-kesalah aku ya Mak. Aku anak laki-laki tertua yang gak bisa bertanggung jawab kepada keluarga. Anak yang gak bisa membanggakan keluarga.

Mak, setiap manusia pasti punya mimpi kan Mak? Begitu juga dengan ku, masih punya mimpi walaupun aku mendekam di dalam penjara. Selepas dari lapas, aku membantu keluarga. Kerja apa aja, hanya itu mimpi ku. Anak laki-laki yang gak tamat sekolah, yang ingin membahagiakan kalian.

Mak, aku ada permintaan ke orang lapas kalau aku minta pulang sebentar aja ke rumah untuk lihat keadaan emak, ayah, dan adik-adik. Tapi mereka belum menjawab permintaan Ku. Semoga terkabul ya Mak. Mak, sudah dulu ya surat dari ku. Ini surat aku titipkan ke petugas lapas yang dekat dengan rumah kita. Pak Syarifuddin, namanya. Dia bersedia mengantarkan surat ini ke rumah.

Mak, ayah, dan yang lain sehat-sehat semua ya. Aku selalu merindukan kalian semua.

Dari Dana Fitriandi

Fika menitihkan air mata membaca isi surat dari bang Dana. Ia tak tau keadaan sebenarnya. Kak Andira yang pergi entah kemana, diikuti Alika. dan Kia yang pergi untuk selamanya serta ayah yang sudah terlebih dahulu meninggalkan kita semua. Sekarang, Kinara sedang perawatan. Begitu berat cobaan keluarga kita bang. Sebagian dari cobaan ini adalah ulah Mak.

Fika segera berdiri dan bergegas ke rumah sakit. Tapi, sekelebat ia melihat secarik kertas yang terletak di kamar. Fika kembali masuk rumah dan mengambil kertas itu.

***

"Gimana Kinara mak?" Tanya Fika.

"Dari kemarin panasnya belum turun. Tapi dokter masih kasih obat biar demam dia turun" jelas emak.

Jadi sakit apa Kinara Mak?

"Tipes Nak" jawab singkat Mak.

"Loh, emang Kinara ngapain Mak?" Sentak Fika.

"Bukan ngapain nak, karena lingkungan kita yang kumuh penyebabnya." Ujar emak.

"Aku gak percaya, pasti selain itu adalah penyebab lain!" Tegas Fika

Emak hanya terdiam melihat perubahan yang terjadi pada Fika. Fika yang dulu lemah lembut, penurut, dan tidak pernah membuat emak menangis, kali ini berbaik.

Hari ke dua Kinara di rumah sakit belum membuahkan hasil apapun. Masih dalam perawatan rumah sakit.

"Mak, jangan sampai ada penyesalan selanjutnya." Tegas Fika menutup pintu kamar pasien

***
F

Fika menunggu di koridor rumah sakit sambil menenangkan hati atas sikap Mak. Ia teringat tadi mengantungi kertas dari kamar. Kertas Kumal, kusut dan sedikit kotor seperti tulisan anak kecil.

Mak, aku pengen kayak bang Andre bisa kuliah ke luar kota. Emak, aku ikhlas kerja cari barang bekas biar emak bisa makan tiap hari. Aku tahu emak sangat kehilangan kak kia tapi aku juga butuh perhatian Mak. Dari pagi sampai pulang aku gak pernah makan. Makan dari sisa-sisa yang masih layak untuk di makan. Kadang-kadang, bang naga kasih aku makan. Aku capek Mak.

Fika semakin tahu keadaan sebenarnya di rumah. Semua ini adalah ulah emak. Fika dan Andre yang lolos dari keegoan emak karena mereka nurut perkataan emak. Tapi, kali ini emak tak bisa dibiarkan.

"Kinara, kamu harus sehat dek. Mimpi mu harus di wujudkan. Kakak akan bantu semampu kakak. Cepat sehat dek."

Mimpi-Mimpi Cemara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang