"bebaskan Dana atau kau akan kami antar pada Tuhan"
Tulisan dari cat pilox yang sangat jelas di ruko koh Aci seakan-akan ada api yang sulit dipadamkan. Aku lihat koh Aci belum ada tanda-tanda pulang ke rumah. Emak dan kak Kia sedari pagi sudah berangkat meninggalkan aku yang terus menyimak tulisan di sekitar termasuk tulisan di pintu ruko koh Aci. Pak Kepling dan warga masih bercengkrama di depan ruko koh Aci. Aku hanya mendengar dari kejauhan bahwa koh Aci dalam ancaman.
"Apa mungkin mereka akan menghantui koh Aci? Atau teror akan terus datang pada keluarga mereka." Gumam ku sambil memerhatikan perbincangan mereka.
Koh Aci sudah beberapa Minggu ini pergi dari rumah lantaran teror yang terus berdatangan lantaran ia melaporkan Dana ke polisi. Siapa lagi yang di maksud dana kalau bukan bang Dana.
Matahari tepat di atas kepala para pekerja di samping ruko koh Aci. Aku lihat ada sosok laki-laki berjas, bertopi dan memakai kaca mata menuju ruko koh Aci. Tak berapa lama kemudian pria itu masuk ke dalam. Ah, koh Aci pulang atau ada keluarganya?
"Heh Butet, ngelamun aja kau. Nanti masuk maling ke mulut kau itu." Ucap ibu-ibu julid di depan ku.
"Ah, sibuk kali ibu ini. Pulang aja klen sana jangan bergosip siang-siang." Saut ku emosi.
Suasana sekitar rumah masih terlihat tenang, kendaraan lalu lalang, ibu-ibu tak kunjung pulang untuk masak, dan anak sekolah satu-satu mulai bermunculan. Ada yang memakai sandal, ada yang tinggal pakai singlet, ada pula yang gak pakai baju. Ada-ada aja anak sekolah ini.
"Teng,"
Terdengar seperti lemparan batu di ruko koh Aci dan seketika gebetan kereta lewat di depan ku. Aku harus kasih tau emak soal ini.
***
"Emak ... Emak. Ruko koh Aci tadi siang ada orang yang masuk. Terus ada yang melempar." Teriak ku sama emak.
"Alah, ribut kali muncung kau Kinara. Gak kau lihat aku sibuk kali di dapur ini. Kiaaaa, sini kau dulu, jangan di kamar aja kau. Macam babu aku di rumah ini."
Emak bukannya mendengar aku malah merepet. Aku mau nyelamatkan koh Aci paling gak kasih tau tentang kejadian tadi. Tanpa pikir panjang aku langsung lari ke rumah pak Kepling.
"Hey Kinara, jangan keluar rumah kau. Awas aja kalau kau keluar, gak usah kau tidur di rumah malam ini." Bentak emak dari dapur.
Hati ku bergejolak untuk segera ke rumah pak Kepling. Kasihan koh Aci, tapi aku tak berdaya menghadapi emak. Kak Kia adalah kakak yang penurut atau takut durhaka pada emak. Dia anggota keluarga yang paling diam. Tak bersuara kalau tak diajak bercakap.
***
"Tolong ... Tolong ... Tolong, ada mayat." Teriak salah satu warga di pinggir sungai Deli.
Mendengar teriakan warga, emak langsung ke luar rumah. Matahari belum beranjak dari tempatnya tapi warga sudah ramai ke pinggiran sungai Deli. Aku dilarang emak untuk ikut dengan alasan anak kecil gak usah ikut campur urusan orang besar.
"Telpon polisi, pergi ke puskesmas. Bawakan ambulan." Ujar pak Kepling.
Belum ada satu warga pun yang berani melihat mayat yang terbungkus karung sebelum polisi atau pihak rumah sakit datang untuk menjemput.
Pukul 06.00 wib pihak kepolisian dan rumah sakit umum Putri Hijau datang ke lokasi kejadian. Mayat tersebut dibawa dan akan diotopsi untuk mengetahui identitasnya. Pak Kepling dan salah satu warga dibawa pihak kepolisian untuk dimintai keterangan atau kesaksian atas kejadian tersebut.
Emak dan kak Kia seperti biasa berangkat menuju tujuan mereka masing-masing. Semenjak koh Aci pergi ke Siantar, emak menyuci di tempat opung Sinaga. Pengusaha panglong dekat rumah. Gajinya tak sebesar yang didapat di rumah koh Aci tapi cukup untuk membiayai sekolah kak Kia. Rutinitas ibu-ibu sedang membicarakan kabar panas sepanas wajan emak di atas kompor. Sekilas ku lihat ke arah ruko terlihat kayak digembok. Berarti orang yang di rumah kemarin sudah pergi. Tapi dia siapa?
***
Lusa setelah kejadian, pak Kepling mengumpulkan warga di kantor lurah untuk mengabarkan tentang temuan mayat kemarin. Raut wajah pak Kepling mengisyaratkan kesedihan mendalam.
"Bapak, ibu, dan saudara-saudara sekalian. Semalam, saya mendapatkan informasi mengenai identitas mayat yang ditemukan di pinggir sungai Deli. KemsrinnyaSaya dan pak Karni dicerca beberapa pertanyaan. Lalu, Semalam saya kembali dipanggil ke rumah sakit umum Putri Hijau untuk menerima identitas korban." Jelas pak Kepling menghela nafas.
"Nama korban itu, Cho Sin Tan. Usia 56 tahun." Tegas pak Kepling.
Melihat wajah pak Kepling, warga mendesak untuk lebih detail menjelaskan siapa Korba itu. Emak-emak lebih antusias daripada menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya.
"Ayo, pak lurah. Jangan mencela-mencele. Orang mana korban itu. Dia orang cina pasti ada nama samarannya." Tungkas warga mendesak
"Hemmmm, Cho Sin Tan alias koh Aci" jawab singkat pak lurah.
Warga terutama emak-emak terkejut bukan kepalang mendengar jawaban pak Kepling. Mereka tak menduga bahwa korban itu adalah koh Aci. Sepengetahuan emak, koh Aci pergi ke Siantar.
"Perhatian bapak, ibu. Motif dari pembunuhan ini adalah pembalasan dendam. Koh Aci tercatat pernah melaporkan salah satu anggota geng motor yang membuat anggota geng motor itu tertangkap. Mungkin yang tertangkap itu adalah pentolan kelompok mereka." Jelas pak Kepling sekalian menutup pembicaraan dengan warga.
"Kinara ... Kinara ... Kinara." Teriak emak dari kejauhan.
"Apa emak, gak budek kupingku." Jawab ku ketus.
"Kau tau korban yang ditemukan warga kemarin?" Perkataan emak langsung dipotong dengan santai oleh Kinara.
"Koh Aci kan Mak?" Jawab ku singkat
"Kok tau pula kau, dari mana kau tau. Aku kan belum cerita." Tanya emak penasaran.
"Kan udah ku bilang kemarin emak, di rumah koh Aci itu ada orang. Ku bilang sama emak itu koh Aci. Aku mau pergi ke rumah pak Kepling untuk bilang kalau koh Aci udah pulang. Aku mau nyelamatkan dia. Tapi emak larang aku keras." Jawab Kinara dengan emosi.
"Akukan gak tau, kalau kau kasih tau dari awal udah aku duluan yang lapor pak Kepling. Gak sampai mati koh Aci kalau gini."
Emak adalah orang yang selalu mencari pembenaran di atas kesalahannya. Hukum teratas dalam keluarga adalah jika emak salah maka kembali ke pasal 1 yaitu emak tidak pernah salah. Aku pergi meninggalkan kekecewaan emak yang mungkin adalah kekecewaan kesekian kalinya yang pernah ku lihat secara langsung.
"Kinara, mau kemana? Tunggu di situ. Aku ajak kau ke pohon cemara seberang sungai." Tegas kak Kia.
"Dek, tulislah mimpi-mimpi mu di bawah pohon Cemara ini. Wujudkan mimpi yang kau tulis di sini. Mungkin kakak gak akan bisa menemani kau mewujudkan mimpi. Setidaknya kau sudah tau apa yang harus kau capai nantinya. Datanglah sesekali ke sini. Berkorban lah untuk mewujudkan mimpi. Lebih baik sakit sekarang daripada tua nanti kau sakit. Lantunan adzan memaksa kami untuk pulang dan memimpikan mimpi-mimpi kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi-Mimpi Cemara
FantasyPohon Cemara di seberang sungai terlihat menawan ketika rinai hujan membasahi, ketika desiran sungai Deli melintas di telinga, ketika bayu menyelimuti tubuh kecil Kinara. Keluarga harmonis yang perlahan runtuh diterpa diskontinuitas hidup. Ada yang...