"heh, jangan macam-macam ya. Kau kira aku wanita apaan kau pegang sembarangan." Teriak Andira pada preman jalanan.
"Halah, Ira ... Ira. Masih naif aja kau jadi perempuan malam. Jangan tanggung Ira, kau takut ada keluarga yang lihat? Gak akan ada Ira. Mereka gak tau kalau kau di sini. Apalagi keluarga kau miskin, gak akan cari kau. Ayolah Ira." Goda salah satu preman.
"Heh, najis aku sama kau. Kau kalau mau bayar 10 JT." Teriak Ira lantang.
"Pukimak kau." Tamparan menghujam pipi Ira.
Ira tergeletak tak berdaya menahan tamparan dari preman itu.
"Dasar jalang, jual diri masih jual mahal. Lihat nanti apa yang aku lakukan untuk kau. Ku bawa keluarga kau untuk lihat siapa kau sebenarnya?" Tantang preman.
Ira ditinggalkan preman di pinggir jalan Soekarno-Hatta, Binjai. Ia tak kuasa menahan tamparan preman itu. Teman-teman dia hanya melihat dari kejauhan tanpa ada seorang pun yang membantu.
"Mak, maafkan aku. Ini sudah jalan hidupku. Aku seperti ini juga membantu kalian. Alika, Kia, dan Kinara. Malam larut dalam kesedihan seorang kakak yang terus berjuang dijalan hitamnya kehidupan. Tak ada yang ingin seperti Ira, wanita malam yang bertahan pada kegelapan.
Ira memutuskan untuk kembali ke kontrakan dan tanpa melayani satupun pria hidung belang. Malam yang sial bagi Ira.
Hujan mengguyur kota Binjai sedari pagi sampai menjelang Zuhur. Tidak deras tapi tak berhenti. Rintik-rintik membawa Andira ke salah satu mall yang ada di kota itu. Bukan untuk mengusir kegabutan, tapi ia berniat untuk berjumpa dengan pelanggan setianya. Om Indra namanya. Pria royal yang memberikan segala kebutuhan Ira. Termasuk uang yang setiap bulannya ia kirimkan ke Andre yang sedang kuliah. Andre sempat mengubungi Ira sebelum mengganti nomor. Ia tahu bahwa Fika ada di Siantar.
"Kak, aku minta tambahan uang boleh?" Pesan whatsapp dari Andre berdering.
"Untuk apa dek?" Jawab Ira singkat.
"Aku mau beli printer kak, susah kali kalau tiap hari harus ke rental. Kan lumayan kak uangnya rental bisa beli lain-lain." Tegas Andre.
"Berapa perlu dek?"
"Satu setengah aja kak. Kalau ada lebih boleh. Hehehhe ..." Goda Andre.
"Enak aja, sana cari sambilan biar ada uang jajan mu. Kira-kira tiga hari lagi kakak kirim ya dek." Jawab Ira.
"Oke kak, makasih banyak ya kak." Jawab Andre sumringah.
Andre adalah angggota keluarga yang mungkin membawa kabar bahagia. Ia tak pernah bermasalah baik di rumah, pergaulan, ataupun di sekolah. Berbeda dengan ira, dana, dan Alika.
"Hai Ira, apa kabar?" Tegur seseorang dari belakang.
"Eh, Hai om. Sehat kok om. Om sendiri gimana? Eh, duduk om." Jawab Ira.
"Seperti biasa Ira. Itu kenapa wajahnya, kok lebam?" Tanya om Indra penasaran.
"Oh, gak apa-apa om. Kejedut pintu kamar mandi kemarin." Elak Ira menegas.
"Okelah kalau begitu. Oh ya, Minggu depan om ada acara ke Medan. Kamu mau ikut ?" Tanya om mengajak.
"Ada apa ke Medan om?" Ira penasaran.
"Ada rapat dengan beberapa rekanan. Tapi om gak ajak kamu untuk ikut rapat. Om ajak kamu ke danau Toba. Sesekali kita liburan. Gimana?"
"Minggu depan ya om? Emm, oke deh. Aku tunggu ya om" goda Ira manja.
"Yasudah, om pergi dulu ya. Daaa"
"Daa om." Senyum manja.
Tetiba, salah satu preman menguping pembicaraan mereka tanpa sepengetahuan Ira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi-Mimpi Cemara
FantasyPohon Cemara di seberang sungai terlihat menawan ketika rinai hujan membasahi, ketika desiran sungai Deli melintas di telinga, ketika bayu menyelimuti tubuh kecil Kinara. Keluarga harmonis yang perlahan runtuh diterpa diskontinuitas hidup. Ada yang...