"rencanglah mimpi mu sebanyak mungkin, hingga pada akhirnya salah satu dari mimpi mu akan menyelamatkan hidup"
Pohon cemara biasanya tumbuh di dataran tinggi dan ada juga pohon cemaran yang tumbuh di daerah panas. Pohon cemara seberang sungai Deli sudah ada ketika aku lahir dan mungkin menjadi teman setia untuk anak-anak di sana. Rasa-rasanya aku ingin ke sana, tapi jauh kali harus memutar jalan atau menyebrang melalui jembatan tua yang gak jauh dari rumah. Jembatan yang lebih tua dari emak kelihatannya. Tali yang sedikit rapuh dan papan tua yang sudah keropos.
Terlihat dari belakang rumah, anak-anak asik bermain ayunan yang dibuat oleh mereka. Ada yang berkejar-kejaran dan ada yang duduk termenung di tepi sungai. Kak Kia pernah menyinggung untuk sesekali ke sana. Tulis mimpi yang akan aku gapai di sana. Tapi, malas kali aku ke sana dengan situasi sekarang ini.
"Kinara! Kenapa gak pergi kau. Mau makan apa kita nanti kalau kau gak pergi cari barang bekas di luar sana." Teriak emak memecah lamunan.
"Ia Mak, ini aku mau pergi." Jawab ku singkat
"Mau mau mau, dari tadi gak pergi-pergi kau ku tengok." Sanggah emak ketus
Semenjak kak Kia tiada, emak tak lagi mencari nafkah. Ia hanya tidur-tiduran di kamar sambil menunggu bantuan yang silih berganti berdatangan ke rumah. Tapi dia melepas tanggung jawab. Mak sudah terlalu enak menerima bala bantuan yang datang jadi tak lagi giat seperti dulu.
Tanpa memerdulikan emak, aku keluar tak tentu arah, yang penting aku pulang bisa bawa lauk untuk kami makan. Entah cari kardus, botol atau bahkan mengamen sekalian.
"Selagi aku di luar, aku mampir aja ke pohon cemaran pulang nanti." Gumam ku dalam hati.
***
Marahari menggulir ke peraduan, Kinara membawa kantong plastik lauk untuk makan malam bersama emak. Dari kejauhan, Kinara melihat pohon Cemara sedang sendiri. Tak ada teman atau suara anak-anak yang mengelilingi. Ia pergi ke sana untuk mulai merancang mimpi seperti pohon cemara.
"Hai pohon cemara, nama ku Kinara ayundari. Salam kenal ya. Oh ya, mulai hari ini dan seterusnya, aku akan mengunjungi mu setiap sore. Aku akan mengukir mimpi di sini. Aku akan tulis mimpi-mimpi ku biar emak bisa senang nanti, ayah dan kak Kia pun senang. Oh ya, aku pulang dulu ya. Besok aku mampir lagi."
Selain membawa lauk, Kinara membawa asa yang akan ia ukir bersama pohon cemara. Besok, lusa, Minggu depan, sampai tahun berikutnya ia akan kembali .
"Mak ... Mak ... Mak, ini lauk udah ku bawa" panggil Kinara.
"Heh, lama kali kau pulang, hampir magrib baru sampai rumah. Heh, apa ini yang kau bawa, ikan asin, sambal, daun ubi rebus. Kau kira aku kucing ?" Sentak enak sambil mencampakkan bungkus berisi makanan.
Aku kutip makanan yang emak campakkan ke lantai, aku makan karena perut sudah meronta tak diasupi makanan sedari pagi. Aku tidur di ruang tamu beralaskan kardus. Semenjak bapak tiada, barang-barang di rumah telah dijual emak.
Mentari menyingsing dari celah papan-papan rumah. Mata masih seperempat terbuka, tetiba air sangat dingin menghujam tubuhku. Emak dengan teganya mengguyur tubuh kecil ini. Sontak aku langsung lari ke luar rumah tak berpamitan terlebih dahulu. Aku berjalan melewati jembatan tua penghubung ke pohon Cemara. Untung saja kertas di saku celana tidak basah. Semalam, sebelum tidur aku sempat menuliskan beberapa mimpi yang ingin ku gapai di masa depan. Ada 5 mimpi dari 10 mimpi yang ingin ku tuliskan.
Pohon Cemara melambai sendu diterpa angin yang merdu. Setelah diguyur emak tadi, badan Alika mulai menggigil, wajah pucat dan bibi bergetar. Ia bersandar di pohon Cemara sambil memegang kertas impiannya. Tak ada satu orang pun yang tau bahwa Alika sedang sakit.
Kokokan ayam menyadarkan Kinara untuk mencari barang-baramg bekas. Demi emak, apapun dia lakukan agar emak tetap bisa makan. Terik matahari menyegarkan kepala Kinara, menggosongkan kulit, menyeka air keringat yang mengucur deras. Kinara adalah anak yang setia, yang sayang dengan keluarga. Ia tak lupa kembali ke pohon Cemara. Pohon yang menjadi teman dan sahabat setiap harinya. Kinara akan kembali setiap senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi-Mimpi Cemara
FantasyPohon Cemara di seberang sungai terlihat menawan ketika rinai hujan membasahi, ketika desiran sungai Deli melintas di telinga, ketika bayu menyelimuti tubuh kecil Kinara. Keluarga harmonis yang perlahan runtuh diterpa diskontinuitas hidup. Ada yang...