Bab 29

139 18 3
                                    

Masuk sekolah lagi. Fahira merasa teman-temannya tampak bermacam-macam bawaan muka.

Entah itu Acha yang terlihat sangat berbinar-binar bahagia karena seharian menghabiskan waktu dengan gebetannya. Atau Mila yang kusut efek pikirannya yang menjalar ke sana ke sini. Syukurnya Nazwa telah pulang dari rumah sakit, kelihatan lebih bugar. Beralih ke Tiara, biasa-biasa saja. Masih sama pada Tiara-Tiara sebelumnya. Kadang Fahira heran, apa Tiara tidak punya masalah di hidupnya?

Kenyataannya begitulah, orang yang terlihat biasa-biasa dan mengalir tenang saja, belum tentu tidak punya masalah. Terkadang, hidupnya lebih rumit dari kita sendiri.

"Eh, Fah, gue ada berita bagus buat lo," seru Acha. Semangatnya berapi-api ketika di kelas mencium aroma tubuh Fahira dari gerbang. Ya, Acha sangat berlebihan.

Nazwa menggeleng, "Padahal lagi happy banget abis jalan sama doi. Masih sempet-sempetnya dapet gosip."

"Ngelamar aja lo sana, jadi reporter tv acara gosip," sambar Mila.

"Idih, sewot aja lo, Mil! Urus noh, Satria, biar gue bisa jadi admin berita baliknya mantan pada mantan," balas Acha.

"Woi, brisik! Tiara lagi nyalin PR!" Ujar Tiara dengan suara keras. Terganggu konsentrasi pada buku teman sebangku tempat menyonteknya.

Fahira duduk di bangkunya, sebelah Acha, "Masih pagi udah ngegosip aja. Apa beritanya?"

Tak kunjung membuka mulut, Acha malah menyeringai, "Bang Ardhan sama Kak Riana udah putus!"

"APA? LO SERIUS?" Tunggu, itu bukan teriakan Fahira, melainkan Mila. Mila dan Nazwa duduk di belakang Acha, suara Acha tidak tergolong bisikan, sehingga terdengar sampai ke telinga Mila.

"Lo boong, ya? Nggak mungkin," bantah Fahira.

Tiara yang sedang menyalin pekerjaannya, membagi fokusnya pada buku dan sesekali berpindah mata ke depan. Ia ingin PR-nya cepat selesai dan tidak mau juga ketinggalan gosip dari Acha.

Acha memutar bola matanya, "Sejak kapan seorang Acha yang paling cantik di sekolahan ini membagikan berita yang nggak bener?"

Sejenak, Mila dan Fahira mencibir mendengar kalimat narsis Acha. Tapi dipikir-pikir, gadis itu ada benarnya. Acha tidak pernah salah dalam berbagi berita terutama gosip. Mungkin dia punya penyaring di otaknya yang bisa meramalkan hoax atau fakta.

"Tapi kenapa mereka putus? Kan nggak lucu, baru jadian masa udah putus?" Dahi Fahira terlipat, simbol berpikir keras.

"Gue juga nggak tau tuh," dengan santai Acha mengangkat bahu, "ayo, kita jadi pejuang bareng-bareng, Fah! Nanti kita masuk komunitas The Strong Women. Fahira sama Acha kan, sahabat sejati sehidup setanah air."

Dan Fahira, hanya menatap Acha dengan wajah datarnya.

***

"Ada apa, neh? Kok pada pisah, nggak lengket di kursi gue lagi pagi-pagi?" Sahut Fino saat hendak menghampiri tempat duduknya.

Diamnya Haris, pertanda ia bertanya-tanya juga dalam benaknya. Riana dan Ardhan tidak saling sapa, bahkan Riana sendiri tidak mau menoleh ke belakang.

Tidak dihiraukan, Fino mendekati kursinya lalu menghempaskan badannya. Kedua matanya memperhatikan Ardhan, mengikuti Haris yang menatap subjek itu.

"Riana putusin gue," sahut Ardhan pelan.

Kekagetan keduanya tidak dapat dihindarkan. Haris mengernyitkan keningnya, tanda tanya besar menancap di kepalanya. Terlebih Fino, memamerkan penuh matanya yang berwarna hitam, bukan biru.

Sebersit Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang