Akhir dari Sebersit Rasa

328 12 8
                                    

"FAHIRACUUU... HUHU MAAFIN ACHAA..."

Acha berlari seraya merentangkan tangannya, menuju Fahira yang bersandar di sisi kasur empuknya.

Acha mendekap tubuh temannya itu dengan wajah sedih, bersalah, khawatir, semua bercampur aduk. Fahira terkekeh di balik punggung Acha. Keadaannya sudah seperti semula. Namun, Acha masih mengeluarkan air mata seolah Fahira belum sepenuhnya pulih.

"Liburan gue jadi nggak tenang tau, nggak! Harusnya denger lo ilang gue langsung pinjem Ochobot-nya Boboiboy buat teleportasi ke sini, huhu..." gadis itu terus-terusan mengoceh memeluk Fahira.

"Gue nggak pa-pa, Cha, gue udah sehat banget sekarang," balas Fahira berseri.

Pelukannya terlepas, Acha menarik ingusnya yang berlendir karena air mata. "Sahabat macam apa gue! Temennya lagi bahaya dia malah liburan ke luar negeri."

Nazwa, Mila, dan Tiara saling melirik serta tersenyum. Begitu terharu terhadap rasa persahabatan yang melekat di diri Acha. Saat baru tiba di bandara, Acha langsung buru-buru ke rumah Fahira. Sampai-sampai dia datang membawa kopernya.

"Kita, kan, juga nggak tau bakal gini kejadiannya, Acha... udah nggak usah sedih, gue baik-baik aja," ujar Fahira mencoba seceria mungkin agar Acha berhenti memilu.

"Lagian hukuman dia jadi bertambah karna melakukan percobaan pembunuhan ke Fahira, pasti lama di penjara. Biar mampus sekalian," rutuk Mila berapi-api.

Sejurus Acha mengeratkan rahangnya, jari-jarinya saling beradu, marah. "Awas aja gue ketemu sama tuh Mak Lampir, gue kasih dia pelajaran. Apa-apaan coba? Berani-beraninya nyelakain temen gue pas gue pergi."

"Nggak usah kasih pelajaran, Cha, lo juga nggak ngerti sama pelajaran lo sendiri," celetuk Mila memgandung sarkatis.

"Iya juga, ya?" Pikir Acha. "Gue bawain oleh-oleh buat kalian semua, nih," ia beralih membuka kopernya, menunjukkan isinya. Sesaat Acha menutup kembali kala tak sengaja menemukan kain berbentuk segitiga miliknya menyelip di sana. "Bentar-bentar, pake salah teknis lagi."

"Apaan, tuh, Cha?" Kikik Tiara, "warna pink renda-renda pula."

Acha pura-pura budek, mengabaikan perkataan Tiara. "Tapi maaf, Acha nggak nemu bule berpeci. Ada sih, ada, tapi asal bilang ke mama Acha malah dijewer."

Nazwa menepuk dahinya, padahal ia hanya bercanda, tapi Acha benar-benar menanggapinya.

***

Bang Ardhan
Gue otw

Hampir memekik, Fahira sontak menahannya. Sore ini Ardhan janji mengajaknya jalan-jalan. Menghabiskan waktu sore bersama, katanya. Fahira tidak bisa membayangkan mimpi apa yang didapatnya, bersyukur sebanyak-banyaknya pada Tuhan atas kebahagiaan yang selalu datang padanya.

Ardhan bukan seperti Acha yang mengatakan otw tapi nyatanya berangkat mandi. Pemuda itu tiba, tepat sepuluh menit dari pesan masuk kiriman terakhirnya. Ardhan selalu saja tampil memesona, rambut ditata rapi berpolesan gel, memakai kaus kaus putih dengan luaran kemeja flanel yang kancingnya sengaja dibuka, celana jin hitam panjang dan sneakers yang Fahira yakini itu ori.

Sejenak Fahira memerhatikan pakaiannya, sadar mengenakan outfit yang berwarna senada.

"Widihh... ada yang mau nge-date, nih," goda Raska, pria itu ikut memijakkan kaki ke teras rumah.

"Apa, sih!" Sinis Fahira. "Sana ajak Acha pergi!"

"Pinjem adek lo, ya, Bang," ucap Ardhan pada Raska yang sebelumnya telah melakukan tos ala-ala senior ke junior.

Sebersit Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang