Awal dari Sebersit Rasa

746 37 10
                                    

"Bang, temen gue nitip salam!" Celetuk Satria seraya memantul-mantulkan bola basketnya. Latihannya sudah selesai sekitar sepuluh menit yang lalu. Tetapi melihat seniornya yang masih mengurus kegiatan ekstrakurikuler bola oranye ini, ia urungkan untuk bubar.

"Cewek itu lagi?" Laki-laki yang menjabat sebagai kapten basket itu menebaknya. Tak ayal ia juga terkekeh mengingat adik kelas yang sudah menggemarinya sejak lama.

"Tau aja dah," Satria menatap bolanya yang sedang melayang menuju ring. Bola itu masuk dengan sempurna. Satria mengambil benda bulat itu, tidak memainkannya lagi.

Pemuda itu tidak menjawab, ia hanya melirik juniornya yang kini duduk di dekatnya. Satria bukan hanya adik kelas sebasketnya, tapi juga pengurus OSIS yang satu bidang dengannya. Maka dari itu, ia sangat dekat dengan Satria. Alasan cowok itu tidak segera pulang, ya karena menunggu Ardhan yang sering numpang.

"Bang Ardhan... Bang Ardhan, gue sempet kasian, sih, sama temen gue itu. Padahal dia cakep, tapi masih aja betah suka sama lo," mendengar perkataan Satria, senyum tipis terbit di wajahnya.

"Gue juga nggak ngerti, lo kaya nggak paham cinta aja," Tutur Ardhan percaya diri.

Satria memutar bola matanya malas. Kakak kelasnya itu memang tampan. Hidungnya mancung, tingginya sekitar 175 cm, serta senyumannya --yang selalu Fahira bilang 'terlalu manis'

"Lo kapan pulangnya? Lama banget aelah! Nunggu azan maghrib dulu kayanya," Sebal Satria. Perutnya sangat lapar, ingin segera memakan pecel lele di warung ibunya.

Ardhan melirik lawan bicaranya sekilas, "Pulang aja lo duluan, Gue bawa motor kok."

Satria menjatuhkan rahang bawahnya, sedikit kesal karena seniornya itu. Jika bukan kapten basket SMA Edelweiss, sudah Satria kata-katai dengan berbagai macam nama hewan. "Yang biasa nebeng, sekali bawa motor, sombong!" Setelah berkata demikian, cowok jangkung itu pergi meninggalkan lapangan indoor basket.

Ditinggal Satria yang melangkah tersungut-sungut, jadilah dia sendirian. Ardhan terpaksa menunda waktu pulangnya. Untung masih banyak teman angkatannya yang belum ke rumah, mereka istirahat sejenak di kedai depan. Selagi menunggu pembinanya yang akan memberikan informasi, Ardhan mengeluarkan ponselnya. Membuka aplikasi bergambar kamera berwarna pelangi untuk menghilangkan rasa sepi. Matanya langsung menemukan lingkaran profil di atas benda pipih itu. Tepat akun milik seseorang yang baru saja dibicarakan.

(At)fahiranalea_

"Dear akhwat... jika ku ingin beraksi, kira-kira seperti apa kamu bereaksi?" Bibir Ardhan bergerak kecil membaca ketikan instastory milik gadis itu.

Haii haii
Semoga sukaa sama tulisan akuu...😊
Hehe.. seneng banget bisa nulis di sini, bantu support jika kalian suka ya. Aku akan senang kalau kalian memberi komentar, saran buat perbaikan ke depannya. Jangan lupa tekan bintangnya, ya:)

Thank you❤

Sebersit Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang