❄️09. Chaos

630 115 6
                                    

Kericuhan tiba-tiba terjadi di alun-alun kota, bongkahan es yang sangat besar menghalangi jalan, di sebagiannya meruncing yang dapat melukai siapapun yang menyentuhnya. Beberapa bangunan rusak, menara yang berada ditengah alun-alun kota hancur hampir setengahnya, bisa saja orang-orang disana mengendalikan es itu, sayangnya es itu tidak dapat di kendalikan kecuali oleh pemiliknya sendiri.

Si pelaku berdiri ditengah-tengah kerumunan orang, ketakutan terpancar di matanya, tatapan-tatapan itu seakan menghakiminya dan menusuknya.

"Kau mau menghancurkan kota, ha?!" Seseorang berdiri didepannya, mendorong bahunya hingga jatuh. Punggungnya menabrak bongkahan es di belakangnya, tanpa sengaja tangannya memegang es itu dan membuatnya bergetar. Orang-orang berseru panik, bongkahan es itu bertambah besar dan menjulang tinggi, mengalahkan tingginya menara yang setengah rusak itu.

Es itu terus bertambah tinggi, orang-orang tidak dapat menyembunyikan kepanikan mereka saat tingginya melebihi Holy Dome, ujung es itu terlihat tajam saat sudah berhenti, menembus sesuatu tak kasat mata, seperti barier yang pecah karena menara es itu.

"Bagaimana bisa kau tidak dapat mengendalikan kekuatanmu sendiri?!!" Pekik orang yang mendorongnya tadi, nampaknya mereka frustasi, menara es itu akan menjadi masalah besar jika tidak segera di hancurkan.

Satu-satunya orang yang berada di Holy Dome mengerutkan keningnya melihat menara es itu, Ia melihat ke bawah, seseorang sedang ketakutan ditengah kerumunan. Itu bukanlah jarak yang dekat, sangat jauh dibawah, namun Ia melihat dengan jelas apa yang terjadi disana.

"Kenapa aku merasakan sesuatu yang buruk?" Gumamnya pada diri sendiri. Perhatiannya beralih pada mansion, rupanya mereka juga merasakan hal yang sama, mereka yang berada di mansion, berdiri didepan pintu utama.

Jaemin berdiri didepan, Irene dan Jaehyun berada di samping kanan-kiri nya, sementara Mark, Hyunjin dan Felix berada di belakang.

"Barier hancur," Ucapan Jaemin membuat yang lainnya terkejut, dugaan mereka benar, adanya hawa tak mengenakkan itu rupanya karena barier yang melindungi Psyxros hancur. "Es itu bukan es biasa," Ia menatap lurus pada menara es yang menjulang jauh didepan sana. "Bawa dia ke hadapanku, sekarang!"

Tiga orang dibelakangnya bergegas pergi, setengah wajah mereka ditutupi dengan topeng, tidak lupa lambang mansion Heaven yang berada di dada mereka. Selepas itu, Jaemin sudah tidak terlihat lagi di mansion, melainkan sudah berdiri didepan gadis bermata elang yang telah menunggu kedatangannya.

"Tuan, apakah itu termasuk?" Yeji menyuarakan kekhawatiran nya.

"Tidak, tapi baiknya kita tetap waspada." Jaemin berdiri mengamati alun-alun kota yang semakin ricuh, Yeji berdiri disampingnya turut mengamati.

Kerumunan orang membelah saat tiga orang memakai topeng datang, memberi jalan menuju seseorang yang sedang meringkuk ketakutan didepan menara yang Ia buat sendiri. Penduduk Psyxros tidak akan menghakimi langsung, karena mereka percaya pada orang-orang mansion Heaven yang selalu sigap menangani keadaan tak terkendali.

Si pembuat masalah semakin bergetar ketakutan saat melihat tiga orang menjulang tinggi dihadapannya, mata ketiganya yang hanya terlihat sebelah seakan mengulitinya hidup-hidup.

"Maafkan aku," Lirih orang itu, Ia tak berani mendongak, jari-jarinya bergetar seraya mengeluarkan asap putih yang tidak di sadarinya. Felix menyadari itu, Ia membulatkan matanya, memandang tangan dan wajah orang itu bergantian. Namun hal lain lebih mengejutkannya, Ia terlambat, Hyunjin terlambat, Mark sudah mengarahkan tombak es pada orang itu. Semua orang terkejut, tombak Mark terhalangi kubangan es yang membuat benda panjang nan tajam itu terpental. Kubangan itu menghilang, seseorang bermanik nocturn berdiri disana, Mark menggertakkan giginya menahan emosi.

MALVERA [NoMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang