☪
"Yeji kembaranmu?" Hyunjin yang tengah mencari udara segar di balkon tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran Jeno, Ia meneguk teh nya, melirik sekilas kearah Jeno dan kembali fokus kedepan.
"Dimana kalian bertemu?" Hyunjin bertanya balik, namun enggan menatap sang lawan bicara.
"Di sekolah. Kasihan," Jeno menumpukan sikunya dipagar pembatas.
"Kasihan?"
"Hm. Banyak kesedihan yang terpendam, kesepian, dan merasa tidak bebas,"
"Cih, jangan mengarang cerita,"
"Terserah padamu percaya atau tidak," Hening, tidak ada yang berniat membuka suara lagi, sibuk dengan pikiran masing-masing. "Sepertinya kau kakak yang buruk, ya,"
"Diam kalau tidak tau apa-apa," Jeno terkekeh mendengarnya. Ia berbalik hendak meninggalkan Hyunjin, namun diurungkan kala Hyunjin mencekal lengannya. "Hanya mengingatkan, perasaanmu cukup sampai disitu saja, jangan berharap berlebihan pada Jaemin, apalagi berharap mengambil hatinya," Ada jeda sejenak, mereka saling menatap tajam satu sama lain.
Jeno menepis tangan Hyunjin dari lengannya, "Kau takut Jaemin tidak melihatmu lagi?" Balasnya memprovokasi sang lawan bicara.
"Ikuti apa yang aku katakan jika tidak ingin merasakan sakit yang tidak ada obatnya," Setelahnya, Hyunjin memilih untuk masuk, disusul oleh Jeno yang mengedikkan bahunya acuh.
Felix yang baru keluar dari dapur melihat Hyunjin membuka pintu utama, "Mau kemana?" Tanyanya.
"Mencari kepuasan."
"Pakai ini!" Felix melemparkan Hoodie hitam yang langsung ditangkap oleh Hyunjin. Jeno yang tak sengaja mendengar jawaban Hyunjin tadi mengernyit bingung, lantas Ia menghampiri Felix.
"Dia orang yang seperti itu?" Tanyanya. Felix awalnya tidak mengerti, dan kemudian Ia tertawa saat tau maksud Jeno.
Disela tawanya Felix menjawab. "Bukan,"
Pemuda bersurai perak itu menganggukkan kepala mengerti, perhatiannya teralihkan saat mencium aroma masakan dari dapur, Ia menoleh pada Felix dengan mata membulat, bertanya dengan isyarat apakah Felix yang memasaknya.
"Apa?"
"Kau bisa masak?"
"Hanya ingin,"
"Dimana Jaemin?"
Felix menunjuk dapur dengan dagunya, dan Jeno langsung pergi ke dapur dengan senyum yang mengembang. Ia melihat Jaemin tengah berdiri didepan lemari es, entah apa yang di lakukannya.
"Sedang apa?" Setelahnya, Jeno meringis melihat Jaemin yang kepalanya terbentur pintu lemari es, pemuda manis itu mengusap kepalanya yang sedikit terasa nyeri.
"Apa!" Jaemin melotot, alisnya menukik tajam dan bibir dalamnya Ia gigit. Jeno terkekeh, membuat Jaemin semakin mencuramkan alisnya. "Apa yang lucu?!"
Jeno menggeleng, "Kau lucu," Jawabnya masih dengan kekehan. "Aku tidak menyangka kau semanis itu," Ia menarik kursi dan mendaratkan bokongnya disana, memunggungi Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALVERA [NoMin]
Fantasía[fantasy] [bxb] [gore] ☪ Takdir sudah tertulis untuk seluruh manusia, itu mutlak dan tidak bisa dibantah. Namun Jeno dan Jaemin memilih menentang takdir, yang mana membuat mereka mendapat hukuman mengerikan yang tak terlupakan, kisah mereka menjadi...