☪
Tidak ada yang membaik, sangat disayangkan disaat genting seperti ini mereka tidak mampu mengendalikan emosi. Tangan Irene terlihat mengelupas walaupun sudah di obati, Jaehyun masih tidak sadarkan diri, sementara Mark dan Felix juga tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Semuanya bertambah buruk dalam sekejap.
Yeji menghela nafas berat, tidak dipungkiri bahwa Ia merasa takut sekarang, rasa percaya dirinya menguar begitu saja. Ia mengamati orang-orang yang berlalu lalang, dilihat dari luar, Psyxros tampak biasa saja, tanpa tau bahwa kehancuran akan segera tiba. Suara langkah kaki yang mendekat, Ia hiraukan, seseorang berdiri disampingnya, Yeji merasa tak perlu repot-repot menoleh untuk melihat orang itu.
"Aku juga merasakannya," Orang itu bersuara, terdengar begitu halus ditelinga Yeji, namun tak membuatnya mengalihkan atensinya pada orang itu. "Rasa takut. Jika Psyxros hancur, kita juga akan musnah,"
Yeji tetap diam, namun telinganya mendengar jelas apa yang orang itu katakan. Memang benar, jika Psyxros hancur, maka tidak akan ada lagi eksistensi pengendali es, seluruh klan akan sepenuhnya musnah, tidak akan ada lagi yang mengingat mereka.
"Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah percaya pada Tuan," Ucapan orang itu-Lia-membuat Yeji menghela nafas seraya memejamkan mata, benar yang dikatakan Lia, Ia harus percaya pada Jaemin.
Keheningan tercipta, keduanya sibuk pada pikiran masing-masing. Yeji melirik Lia, sedikitnya Ia merasa penasaran dengan dua bersaudara yang memiliki darah campuran murni itu, bagaimana cara mereka hidup di sisi Utara Psyxros. Tentunya orang biasa tidak akan bisa bertahan disana, energi yang sangat besar bisa-bisa menguras habis energi mereka hingga tak bernyawa, Yeji menyimpulkan bahwa dua bersaudara itu memiliki darah bangsawan kelas atas Psyxros, mengingat bagaimana Olivia yang mengalahkan kecepatan es milik Irene.
Yeji hendak membuka mulutnya sebelum terdengar suara ledakan yang membuatnya terkesiap, tidak tau darimana asal ledakan itu. Orang yang berlalu-lalang otomatis menghentikan kegiatan mereka, hanya untuk bertanya-tanya ledakan apa itu. Yeji dan Lia beradu tatap, sebelum Lia menghilang begitu saja, membaur dengan angin. Yeji mengenyahkan keterkejutannya, Ia melompat dari balkon dan mendaratkan kakinya diatas salju, berdiri tepat disamping Jaemin yang sudah berada disana.
"Apa yang terjadi?" Yeji bertanya. Sedetik kemudian Ia mengernyit melihat Jaemin tersenyum, entah apa artinya itu.
"Mereka mempercepat waktu," Jawab Jaemin. "Yeji, teruslah berada di belakangku," Jaemin kembali masuk kedalam mansion, Yeji turut serta dibelakangnya.
Jaemin membuka pintu ruangan dimana para anggotanya berkumpul, disana terlihat Irene berdiri didekat jendela, tangannya masih memprihatinkan. "Dimana yang lain?" Tanya Jaemin yang membuat Irene membalikkan tubuhnya.
Itu bukan pertanyaan, melainkan perintah. Tidak peduli seperti apa keadaan mereka, ucapan Jaemin tidak bisa mereka abaikan. Pintu kembali terbuka, terlihat Hyunjin memasuki ruangan lebih dulu, disusul Mark dan Felix dibelakang. Tidak lama kemudian Jaehyun menyusul dengan keadaan yang mungkin lebih baik. Mereka duduk di kursi masing-masing. Tepat setelah Jaemin mendaratkan bokongnya, Lia tiba-tiba muncul disampingnya, disusul desiran angin halus yang kemudian berubah menjadi sesosok perempuan, Olivia. Dua bersaudara itu berdiri di sisi kanan-kiri Jaemin layaknya pelayan.
Manik biru Jaemin mengamati wajah-wajah itu, mereka tidak fokus, perhatian mereka semakin gampang diambil, itu bukanlah sesuatu yang baik. "Kendalikan emosi kalian," Ekspresi Jaemin lebih dingin dari biasanya. "Lupakan yang terjadi dan ambil kembali fokus kalian pada masalah utama,"
Walaupun diruangan itu lebih banyak yang lebih tua dari Jaemin, nyatanya mereka tidak bisa untuk tidak menundukkan kepala didepannya, mereka terlihat gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALVERA [NoMin]
Fantasi[fantasy] [bxb] [gore] ☪ Takdir sudah tertulis untuk seluruh manusia, itu mutlak dan tidak bisa dibantah. Namun Jeno dan Jaemin memilih menentang takdir, yang mana membuat mereka mendapat hukuman mengerikan yang tak terlupakan, kisah mereka menjadi...