Pagi-pagi begini, koridor sekolah sudah dibuat ribut oleh gadis yang memiliki tubuh ramping ini. Dia Adel, gadis cantik dengan sejuta pesona, namun dia akan menolak mentah-mentah murid cowok yang ada di sekolahnya, yang secara terang-terangan mengutarakan perasaan mereka, karena Adel akan menjawab, jika dia hanya ingin gurunya yang menjadi pendampingnya.Ini sangat terdengar aneh. Murid yang jatuh hati kepada gurunya sendiri, adalah suatu hal yang langka. Begitulah Adel, dia sampai di sebut gadis cantik tapi aneh, menyukai guru yang lebih tua darinya, walaupun gurunya masih terbilang muda, tapi mau segimana apapun mudanya guru, akan tetap tua jika dimata para murid didiknya.
"Jangan kejar saya," ucapnya dingin.
Adel menggeleng. "Nggak mau. Masa saya dateng pagi-pagi kek begini, eh tau-taunya disuruh pergi. Nggak mau, titik!" bantahnya.
Seorang guru tampan yang berada didepan Adel saat ini, hanya bisa menghela nafas lelah. Ternyata menggantikan posisi omnya, adalah sebuah kesalahan besar. Regan saat ini sangat menyesali keputusannya sendiri. Ya, Reganfa Aldiano gramata, seorang guru yang terkenal dengan wajah malaikatnya disebuah SMA Darmawangsa.
Dia disini hanya menggantikan posisi guru, yaitu Om-nya yang tengah banyak urusan. Regan mau karena Papanya juga kordinator sekolah yang ia ajar ini, jadi dia bebas bisa masuk kesekolah yang tengah ia pantau saat ini. Hidup Regan berubah, yang awalnya masuk karena ingin mencari suasana baru, malah dapat suasana kacau, karena hadirnya Adel yang slalu mengganggunya dengan segala caranya sendiri.
Adel tersenyum manis. Ia menatap Regan dengan senyuman yang tak terbendung. Kalo kata Adel, senyuman untuk Regan itu gratis, nggak ada bayar dan nggak ada promo.
"Pak. Bapak tau ngga-----"
"Nggak!" potong Regan, yang kembali pada jalannya yang sempat tertunda karena ulah Adel.
Adel mengerucutkan bibirnya kesal. Gadis itu menatap Regan. "Kan belum selesai saya ngomongnya, Pak. Udah dipotong aja!" decak gadis itu.
"Saya nggak peduli. Mendingan kamu masuk kekelas, nggak usah ganggu saya!" usirnya dengan nada datar. Selain tampan, guru itu juga kutub selatan, sangat dingin seperti es batu lupa ditotok.
"Nggak mau! saya maunya deket bapak aja, karena buat saya terpana, eaak!" goda Adel dengan senyuman jahilnya.
Adel semakin mempercepat laju jalannya, ketika Regan juga kembali melaju. Regan kali ini benar-benar dibuat kesal, bukan karena apa, Adel slalu saja memberikan kata-kata yang membuatnya geli sendiri, terkesan lebay dan alay kalo kata Regan. Mereka kini tepat berada didepan kantor, membuat Adel lansung menubruk punggung Regan yang berhenti mendadak.
Tuk!
Adel memegang dahinya. "Duh! sakit, Pak! kok bapak berenti sih? bukannya masih jauh, masa berenti disini? maen nubruk lagi, duh sakit banget, pak!" ringisnya. Regan hanya menatap datar Adel.
"Ck! malah diem lagi, bukannya mau bantu, malah masang watados dasar guru laknat, tapi gue sayang," gumamnya pelan.
Regan menoleh "Saya dengar, Adel. Jangan ngomong sembarangan!" tegur Regan dingin dan tak ter-ekspresi.
"Kirain bapak nggak denger. Tau-taunya dia denger, gini nih kalo sehati dan sebatin, apa aja pasti bisa merasakan satu sama lain, duh soswet!" Adel menangkup pipinya sendiri, dan berucap dengan dramatis.
Regan memutar bola matanya malas melihat Adel. "Pergi kekelas kamu. Saya akan pergi mengajar, jangan ganggu saya, kalo tidak mau saya hukum!" seperti biasa, Regan kali ini mengeluarkan ancaman mautnya.
Adel menggeleng cepat. Dia lansung saja berlari untuk pergi ke kelasnya. Jam juga sudah menunjukkan pukul 07.14, yang arti dari semuanya, bahwa Adel terlambat. Tapi itu semua tidak masalah, karena Adel punya seribu cara agar tidak dihukum, jawabannya akan mengait kepada Regan, calon imam impiannya yang sulit untuk digapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Teacher
Teen Fiction•Follow sebelum membaca! Adeline Vionita Bramasta. Nama yang indah tapi tidak dengan sikapnya. Gadis yang bar-bar dan blak-blakan adalah julukan untuk dirinya, dan satu lagi yang membuatnya terkenal .... yaitu mengejar cinta guru sejarah di SMA-nya...