Halaman 11 - About Mereka

255 21 2
                                    

"dia yang tulus, akan berjuang. Bukan diperjuangkan."

•••

Regan mengelilingi taman dengan rasa yang bingung. Hari ini ia hanya ingin memperbaiki moodnya, bahkan pulang tanpa memberitahu'kan yang lainnya. Bukan apa, Regan hanya ada satu hal yang terus saja menganggu pikirannya saat ini, yaitu Adel.

Apalagi saat ini Regan terus-terusan menghindar dari gadis itu, karena kini Adel juga mengikutinya. Sempat menyerah, dan pasrah dengan Adel. Tapi tak bisa begitu saja, nanti jika dirinya menyerah, maka Retha pasti juga akan menjodohkan dirinya sama Adel, no! Regan tidak mau itu terjadi.

Seseorang berada dibelakang Regan, dengan senyuman jahil. Akhirnya ia menemukan manusia jelmaan rupa malaikat itu, Adel senang sekali.

"Kak Regan dari mana, sih?" gerutu Adel yang berada dibelakang Regan, membuat laki-laki itu tersentak kaget dan mengelus pelan dadanya. Untung saja dirinya tak punya riwayat sakit jantung.

Regan hanya menatap Adel datar, dan kembali berjalan, membuat gadis itu terus-menerus mengoceh dibelakang dirinya saat ini.

"Kok diem, sih? padahal Adel itu dari tadi nyariin kakak, terus pas pulang sekolah, Adel juga mampir. Katanya Bunda, kakak pergi ke taman, yaudah deh, Adel susul. Karena Adel nggak bisa biarin kakak sendiri diluar, dan apalagi mendung kek gini!" cerocos gadis itu dengan panjang lebar.

Retha, lagi dan lagi Bundanya itu ada saja membuat dirinya pusing. Seperti sekarang, padahal Regan mengindari Adel, karena ia tahu jika gadis kecil itu akan pergi kerumahnya, tapi kini Retha malah memberi'tahukan letak dirinya saat ini, Regan kesal setengah mati.

"Pulang!" usir Regan dan menatapnya dengan datar, membuat sang empu hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Nggak mau. Masa udah jauh-jauh datang kesini, malah diusir gitu aja, mendingan duduk dulu, Adel kan lagi capek. Atau enggak, ditawarin minum kek, nggak ada banget perhatiannya!" kesal Adel, dengan bersekedap dada.

"Terserah!" pasrah Regan, dan kini ia kembali melanjutkan langkahnya.

Lagi dan lagi Adel terus saja mengikut dibelakang laki-laki itu. Membuatnya terlihat gemas, karena tingginya yang hanya sebatas dada Regan, membuat dirinya terlihat sangat lucu. Apalagi Regan yang kini seperti berjalan sama anak SMP.

Adel terus saja bicara yang aneh-aneh dibelakang Regan, walaupun Regan enggan mendengarkannya. Dan kini malah bersenandung pelan, seakan ia menganggap jika Adel tak ada dan ia sendirian.

"Kak Regan itu padahal ganteng, loh. Tapi sayangnya dingin aja, kek kutub. Padahal kalo humoris, pasti beuh itu damagenya nggak ngotak!" ujar Adel dengan seruannya.

"Mau tau nggak? dulu waktu kita itu foto bareng distudio, fotonya masih ada loh, kak. Masih ada dikamar, ntar kalo kakak mau, Adel bisa kasi. Dan lagian kakak juga lucu, waktu itu pas gigi kakak hilang satu!" kelakar Adel dengan tertawa sendiri. Aneh emang.

"Kemaren waktu kita lagi makan, kak Regan itu gan--------

Dug!

Adel mengusap kepalanya yang kini terkenal sesuatu yang keras. Menatap punggung didepannya, ternyata sang pujaan hatinya itu berhenti dengan mendadak. Adel menggerutu pelan, lalu menatap Regan dengan kesal, ia terhantuk karena laki-laki itu saat ini berhenti mendadak.

My Love TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang