Halaman 27 - Ngepet

99 4 0
                                    


"Gimana, suka?" tanya Regan, ketika ia sudah berhasil mendapatkan satu boneka dengan hidung pesek itu.

Adel mengangguk. "Seneng banget. Ini tuh lucu banget, Adel suka tau nggak? Ih lucu banget, gemes!"

Regan hanya bisa bergidik ngeri, saat Adel memuji boneka berhidung pesek itu, untuk melihat bonekanya saja ia sudah merinding, apalagi jika mereka benar-benar ditemukan didunia yang nyata, bisa-bisa Regan jantungan. Ini terdengar konyol sekali, Regan sebisa membayangkan dirinya dikejarkan oleh binatang berhidung pesek itu.

"Apa'sih manfaat boneka itu? malah jelek, hidungnya pesek!" ujar Regan jengkel.

"Ih nggak boleh gitu! ini tuh lucu, dan imut banget. Manfaatnya juga banyak, kita bisa kaya!" balas Adel.

"Kaya?" beo Regan.

Adel mengangguk. "Iya, karena kakak jaga lilin, dan boneka ini yang pergi ngepet!" seru Adel dengan lantang, berhasil membuat orang-orang saat ini menatap mereka berdua.

"Adel, syut----"

"Oalah mau ngepet toh?"

"Sayang sekali, buk. Ganteng tambah cantik mau ngepet."

"Hati-hati tas-nya, nanti diepetin sama mereka."

"Saya mah ikhlas diepet sama mereka, apalagi mas-nya. Cakep bener!"

"Anget rahim gue bestie!"

"Bisa-bisanya gue udah punya pacar, nih pangeran muncul tiba-tiba!"

"Cwittt, cewenya cakep bener, mau jadi pacar A'a nggak neng geulis?"

Regan menarik tangan Adel dengan kuat, untuk segera menjauh dari hal konyol yang terjadi didepan mereka tadi. Bahkan Adel terseret-seret karna ia belum siap untuk pergi, namun si Regan laknat sudah menariknya amat tak manusiawi.

Mereka berhenti didepan tempat makan sushi. Hanya di depan, bukan masuk jadi tenang aja. Adel menarik tangannya dari genggaman Regan, ia menatap laki-laki itu dengan kesal, dan dibalas tatapan jengkel oleh Regan saat ini.

"Kenapa sih pake acara tarik-tarikan tangan segala? sakit tau, ntar lecet jadi nggak seleb lagi aku!" kesal Adel.

"Lagian lo kenapa kuat banget tadi ngomongnya. Kita sekarang jadi objek pembicaraan mereka, Adeline!" kesal Regan.

"Mana saia tau. Kan takdir." Adel acuh dan mengelus lembut boneka babinya itu.

"Lagian kak Regan baperan banget. Kita tadi dipuji tau, mana pujiannya bikin Adel salting and melting and salt---"

"Apa? salto, kejungkang? udah, deh. Mendingan kita pulang!" tukas Regan.

Adel menggeleng. "Jangan dulu, kak. Adel laper, mendingan kita makan dulu, kebetulan didepan resto sushi, nih. Ayok!" ajaknya.

Regan menggeleng tak percaya, lapar yang Adel bilang sangatlah terdengar konyol sekali ditelinga Regan. Bahkan hari ini jajan gadis itu sudah habis lima ratus ribu dalam waktu tiga jam, dan Regan terkaget-kaget mendengar kata lapar dari mulut Adel.

"Belum kenyang lagi?" tanya Regan.

Adel menggeleng. "Ih, kan kita belum makan, kak. Masa kenyang, kenyang makan apa? makan angin, yakali."

"Amnesia kejedot arwah penasaran ya, lo? perasaan tadi kita baru aja selesai jajan berger, hotdog, corndog, maklor, cilor, bakso, nasgor seafood dan sekarang lo bilang nggak makan?" Regan menggeleng tak percaya.

"E-eh, iya, ya? emang ada, kak? Maaf Adel lupa, tadi."

"Anggap aja mimpi. Yaudah yuk pergi masuk, katanya mau makan sushi?" tawa Regan mengalihkan obrolan mereka.

My Love TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang