Halaman 20 - Adel nyerah

502 34 2
                                    

"Ikhlas itu bohong. Yang benar itu, terpaksa lalu terbiasa."

•••

Adel kini meletakan kepalanya diatas mejanya. Kelas tampak ramai dengan beberapa murid yang berlalu lalang, namun tidak dengan Adel. hari ini moodnya sedikit rusak, hanya karna dirinya ingat kejadian hari kemarin di taman indah Maheswari. Semuanya membuat Adel seakan ingin marah dalam waktu sekejap.

Soal Danu, hubungan keduanya juga semakin dekat. Namun Adel masih tak tau jika Danu adalah kembaran dari Leon, yang jelas-jelas juga menyimpan rasa terhadapnya. Dunia memang em, sempit, ekhem. Sempit banget, sampe dua kembaran aja nggak ketauan suka sama satu cewek yang sama.

"Lemes banget gue." Adel bergumam pelan.

Dirinya tengah menunggu kedatangan Noni dan Rania dari kantin. Keduanya berpamitan untuk membeli Cimory squits yang lagi viral katanya. Kalo Rania mau beli jas-jus keluaran yang terbaru, emang aneh-aneh kelakuan dua sahabat Adel.

Abi diam-diam menghampiri Adel. Ia mendekati kearah gadis itu, dengan sedikit melihat keras kanan-kirinya, memastikan tak ada yang mendengar apa yang akan ia sampaikan kepada Adel sekarang.

"Del, syut!" Abi berdesut pelan, dan berhasil membuat Adel menoleh. Ia tersenyum ketika Adel memutar bola matanya malas.

"Apa?"

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo, Del. Tapi cuma empat mata, cuma kita berdua yang tau. Lo dan gue," ujar Abi dengan serius.

Adel menukikkan alisnya, kemudian menatap Abim dengan bingung. Ia melihat keseriusan yang amat dalam di wajah Abi, bahkan ia melihat jika Abi was-was akan keadaan sekitarnya saat ini.

"Yaudah ngomong, Bi. Lo ngomongin soal apa?" tanya Adel penasaran.

"Ngomong, Abi!" desak Adel ketika tak kunjung mendengar penuturan dari Abi.

"Ngomong b---"

"Kemaren gue dengar Ayara ngomong sendiri. Dia bilang ... 'Jangan salahin gue, kalo suatu saat nanti gue bakal benci sama lo, Adeline'. Dia bilang gitu, dan pas itu gue dengar karena ngeliat dia berdiri sendirian di area parkiran," ujar Abi dengan cepat.

"Gue berniat mau nyamperin dan mau ngajak dia pulang, tapi gue nggak sengaja dengerin dia ngomong kek gitu tentang lo, Del. Gue jadi nggak enak hati, makannya gue bilang sama lo," sambungnya.

Adel terdiam. Mencari kebohongan dimata Abi, namun tak kunjung juga ia menemuinya. Abi serius, tidak ada sedikitpun unsur kebohongan disana, bahkan dirinya sudah rela datang lagi seperti ini, hanya ingin mengatakan persoalan ini kepada Adel.

"K-kenapa bisa, Bi? gue salah apa sama Ayara, sampe-sampe dia benci sama gue?" tanya Adel beruntun, tapi terdengar pelan membuat Abi bisa bernafas lega.

Abi menggeleng pelan. "Gue nggak tau Adel. Gue pas waktu itu datangnya bisa tiba-tiba, dan dengarnya juga tiba-tiba pas itu. Gue nggak tau kalo dia bakal ngomongin itu dibelakang lo bertiga."

"Tapi kenapa bisa? selama ini gue kek ngerasa baik-baik aja sama dia. Pas waktu kemaren, gue juga bercandaan sama dia, lucu banget tiba-tiba dia benci sama gue." Adel merenungi dirinya, siapa tau dirinya itu pernah berbuat salah.

Walaupun pelan, Abi masih bisa untuk mendengarnya. Karena posisi mereka saat ini, Adel yang berada di bangkunya, dan Abi yang juga duduk di dekat Adel dalam satu meja, namun ia menyeret kursinya agar bisa duduk didekat Adel.

"Gue udah berusaha cari tau. Tapi lo juga tau, beberapa hari ini Ayara udah jarang maen hp. Gue nelpon dia aja, jarang-jarang diangkat sama dia, padahal cuma mau nanyain tugas!" ucap Abi.

My Love TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang