Halaman 4 - Kecewa

446 37 11
                                    


Pulang sekolah, Adel tak lansung pulang ke rumahnya, melainkan kerumah Regan, yang katanya juga rumahnya. Yang mengatakan itu semua adalah Retha, Bunda Regan yang sangat menyayanginya seperti ia mengasihi Regan sebagai anaknya. Retha dan Adel itu bak anak kandung, Retha sangat menyayangi Adel, karena Vio dari dulu sering sekali ia menitipkan Adel kepada Retha.

Hari ini, Adel tengah bersenda gurau dengan Retha diruang keluarga. Mereka berdua saat ini tampak kompak, bahkan Adel tak kunjung melunturkan senyumannya, Retha sangatlah bisa membuatnya tertawa dan melupakan kesedihannya. Rumah hanya ada mereka berdua, Karena Alita, anak bungsu dari Retha sedang tertidur pulas, dan Regan ada urusan katanya.

"Bunda," panggil Adel dengan tersenyum.

Retha menoleh. "Kenapa, sayang?" tanyanya dengan tersenyum lembut. Melihat Adel itu, membuat Retha sedikit lega.

Adel menatapnya dalam. "K-kak Regan sama Kirana, be-beneran mau nikah?" tanyanya dengan gugup. Buktinya Adel saat ini tengah meremas kuat jari-jarinya sendiri.

Retha tersentuh, ia tahu Adel sangat-sangat mencintai Regan, tapi sayang sekali anaknya tak menyukai Adel. Retha terkadang ingin sekali membatalkan acara pernikahan Regan yang akan dilaksanakan secepatnya, tapi ia tak bisa, karena Regan sangatlah marah, jika keinginannya di tentang. Retha sebenarnya juga kurang suka dengan Kirana yang akan menjadi menantunya itu.

Retha tersenyum, lalu mengelus surai hitam milik Adel dengan lembut. "Itu semua benar, sayang. Bunda minta maaf sama kamu, ini semua Bunda nggak bisa bantu. Karena ini semua atas kehendak Regan, Bunda nggak bisa ikut campur," ucap Retha dengan mata yang menatap Adel nanar.

Adel mengangguk. "Nggak apa-apa, Bunda. Adel ngerti kok, lagian Adel nggak ada hak apapun sama kak Regan, tapi------"

Retha menaikan satu alisnya. "Tapi apa, Del?" tanyanya.

"Tapi Adel bolehkan perjuangin Kak Regan? selagi yang Adel bisa?" ia menatap Retha dengan penuh harap, berharap jika Retha itu mengangguk atas ucapannya.

Retha tersenyum, lalu mengelus rambut Adel dengan lembut. "Boleh, Adel. Itu semua hak kamu, sayang. Adel berhak untuk berjuang sama cinta, Adel. Kamu itu jangan nyerah, ya. Selagi jalur kuning belum melengkung, Adel bebas menikung," kelakar Retha.

Adel tergelak dengan ucapan Retha. Kenapa ia jadi gaul sekali. "Bunda dapetin kata-kata itu dari mana, Bun? gaul banget deh" kata Adel dengan tertawa pelan.

"Bunda liat di Instagram. Banyak banget loh kata-kata yang Bunda suka. Buktinya gini, nih. Kalau bisa tiga kenapa harus satu?" Ia menaikan satu alisnya dan menatap Adel yang kini sudah cengo dibuatnya.

"Aduh! anak Bunda sampe cengo!" Retha kini sudah tak bisa menahan tawanya. Buktinya ia sudah tertawa dengan memegang perut ratanya yang terasa keram.

Adel menormalkan ekspresinya. Ia begitulah ketika kaget, Adel cengo melihat Retha yang saat ini seperti emak-emak gaul. Gadis itu menggelengkan kepalanya, kenapa Adel harus cengo tidak tepat waktu, padahal ia sudah berusaha untuk berubah, karena kalo kata sahabatnya, Cengo itu kek orang bego.

"E-e Bun-------"

"Bunda."

Ucapan Adep terhenti, ketika ia mendengar suara yang amat menyeruak ditelinganya. Ia termenung sesaat, sebelum mendogakkan kepalanya keatas. Mata Adel beradu dengan mata hitam pekat milik, Regan. Dan ia juga dapat melihat Regan, tapi---- ia tak sendiri, ia bersama, Kirana. Adel meremat kuat kursi sofa yang ia duduki, Rasanya begitu sesak, ketika melihat Kirana begitu melekat dipundak, Regan.

Retha tersenyum canggung. Ia kurang suka dengan Kirana, dokter muda itu nampaknya kurang baik untuk anaknya, apalagi melihat Kirana yang begitu nampak baik didepan Adel dan dirinya, namun masih tak bisa agar menyakinkan Retha, jika Kirana adalah sosok yang baik. Bukan apa, Retha hanya ragu.

My Love TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang