Pagi-pagi sekali Adel sudah siap untuk pergi ke sekolah. Hari ini ia sedikit tampil berbeda dari sebelumnya, eum bukan soal penampilan, tapi mukanya sedikit berbeda kali ini. Menggunakan make-up natural, membuat dirinya sedikit terkesan cantik dan menarik, hanya untuk seseorang Adel seperti ini, catat itu.Ia keluar dari rumahnya, lalu mulai mengunci pintu rumah. Disaat Adel hendak melangkah, ia dibuat bingung oleh satu buket bunga yang sangat cantik tertata diatas meja terasnya. Ia mengernyit bingung, lagi dan lagi em bunga itu datang lagi. Ia mengambil bunga tersebut, dan menatapnya heran.
"Bunga lagi?" batin Adel bingung.
Matanya kembali tearah kepada satu surat yang berwana pink, ia melihat surat itu dan segera mengambilnya. Adel membuka perlahan lembaran surat itu, dan tertera.
'Semangat pagi cantiknya gue. Jangan lupa tersenyum ya, senyummu adalah candu bagiku. I love you cinta'
Adel terdiam ketika membaca surat tersebut. Merenung sesaat, sebelum ia kembali menyimpan bunga itu. Adel merasa seseorang itu dekat dengan dirinya, dan tau alamat rumahnya. Mang Ujang juga menjaga didepan pagar setiap hari, bisa-bisanya ada yang masuk, dan tampaknya orang itu sudah bersekongkol dengan penjaga rumah Adel itu.
"Bisa-bisanya ngasi gue beginian. Laki atau bukan'sih? pengecut banget heh, ngasi beginian aja harus diam-diam, dikira pdkt ala-ala Limbad apa?" Adel berujar dengan kesal, dan kembali melangkah ke depan.
Ia menghampiri mang Ujang dengan tampang kesalnya, belum sempat ia marah, mang Ujang terlebih dahulu memberi tahukan Adel berita yang langka ia dengan seumur hidupnya.
"Eh neng Adel. Di depan udah ada itu aden Regan, katanya mau ngajakin neng Adel berangkat bareng. Dia lagi nunggu, tuh!" tunjuk Mang Ujang kepada Regan yang sudah tersenyum tipis dibalik kaca mobilnya yang ia buka.
"O-oh, iya."
Adel salting, ia segera beranjak pergi kearah mobil Regan. Tak mau melihat kearah Regan yang tengah tersenyum menggelegar, membuat jantung Adel jedag-jedug original. Ia memasuki ke dalam mobil Regan, dan mencium farfum Regan yang sangat candu bagi dirinya.
"Selamat pagi cantiknya Regan!" sapa Regan spontan, membuat Pipi gadis itu kini merona.
"A-apaansih kak!" kilah Adel dengan memalingkan wajahnya, membuat Regan hanya tertawa dan mulai agar melajukan mobilnya.
Setelah terdiam beberapa menit, Adel mulai membuka topik pembicaraan lagi. "Kakak kenapa pagi-pagi udah jemput? biasanya, enggak'kan?" tanya Adel beruntun.
Regan terkekeh. "Emangnya enggak boleh jemput pacar sendiri?"
Blush!
Adel ini emang suka nyari penyakit sendiri. Nanya doang, tau-tau udah blushing aja dibuat sama Regan. Dan sekarang ini Adel mati-matian agar tidak berteriak dan membuat Regan ilfiel.
"I-iya, boleh. Cu-cuma nggak biasa aja gitu," sanggah Adel gugup.
"Kan belum terbiasa. Sekarang mau dibiasain aja, ntar juga jadi istri dan tugas gue juga sama. Sama-sama jaga lo dan jaga hati gue buat lo," balas Regan. bucin kali.
"Kenapa diem cuma diem? lo sakit dan pipi lo juga merah gitu?" tukas Regan dengan cepat.
Adel menggeleng pelan. "Mana ada. Orang cuma biasa aja."
"Bener?"
"Ya benerlah, masa boong!" kesalnya kepada Regan.
Regan hanya terkekeh, dan membuat Adel heran. Jika Regan bukan pacar seorang Adeline, mungkin Regan kini sudah ia tenggelamkan di segitiga bermuda. Tapi Adel suka Regan, dia nggak mau jadi janda dalam semenit, dasar Adel bucin akut turun menurun dari orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Teacher
Teen Fiction•Follow sebelum membaca! Adeline Vionita Bramasta. Nama yang indah tapi tidak dengan sikapnya. Gadis yang bar-bar dan blak-blakan adalah julukan untuk dirinya, dan satu lagi yang membuatnya terkenal .... yaitu mengejar cinta guru sejarah di SMA-nya...