Halaman 23 - Nasehat Reza

379 27 4
                                    


2 Minggu kemudian ...

Sudah dua hari, setelah seorang Adel menyatakan jika dirinya menyerah terhadap Reganfa, membuatnya agak berubah. Dirinya yang biasanya slalu membuat ulah, kini malah menjadi sesosok yang kalem, dan tak terlalu bar-bar. Para sahabatnya sempat ada yang heran dengan sikap Adel, namun Noni memberi tahu semuanya apa yang Adel alami.

Begitu juga dengan Regan, laki-laki itu juga banyak mengurung dirinya di kamar. Retha dan Reza sempat kaget dengan perubahan Regan, namun ia kembali tenang ketika Retha sudah tau apa penyebab putranya seperti itu. Sempat kaget, ketika sahabat dari Adel menceritakan semuanya dengan detail dan jelas.

Seperti sekarang ini, Regan tengah duduk di dekat kolam renang kecil rumahnya, yang terdapat dua kursi putih dan satu meja menghadap ke arah kolam. Ia duduk sendirian, dan masih memikirkan kejadian kemarin, terbesit rasa penyesalan yang amat mendalam, tapi Regan gengsi untuk mengakuinya.

"Gue kira, setelah lo nggak ngejar gue lagi, gue bakal hidup tenang. Tapi gue salah, setelah nggak ada Lo yang slalu gangguin gue, gue malah ngerasa kosong, dan slalu kepikiran sama lo!" gumamnya dengan kesal.

"Sebenarnya ada apa sama gue. Gue benci sama kehadiran lo, tapi ketidak hadiran lo dihidup gue, buat gue slalu aja kepikiran Adeline!" gerutunya begitu frustasi.

Regan sudah lelah, beberapa malam ini dia slalu saja memimpikan gadis tersebut. Adel, satu nama yang kini membuat pikiran Regan membuncah, slalu saja Adel yang datang di ingatan dirinya, ketika ia sedang sendiri atau melakukan hal yang lainnya.

Ia juga jarang makan, dan melakukan aktivitas lainnya, karena merasakan perasaan aneh itu. Kepikiran dengan Adel, membuatnya slalu saja ingin memecahkan kepalanya saat ini juga, karna lagi dan lagi Adel slalu saja berkeliaran diingatannya.

"Gue harus apa lagi? apa gue harus minta maaf, dan bilang kalo gue udah nyesel? nggak mungkin, itu bukan gue banget!" gertak Regan kesal dengan pikirannya.

"Makannya jangan gengsian. Besaran gengsi daripada perasaan ya itu, slalu aja gengsi kalo mau apa-apa, tapi kalo udah makin runyam, baru aja bilang nyesel!" celetuk Reza yang sudah duduk di samping Regan.

Laki-laki itu tersentak kaget, ketika sang ayahnya sudah duduk. Dirinya terlalu larut dalam pikirannya sendiri sehingga tak menyadari kedatangan Reza. Adel memang membuat Regan gila saat ini. Dirinya menatap Reza yang kini tersenyum kecil kearah depan.

"Sejak kapan ayah disitu?" tanyanya, basa-basi sedikit kalo kata Regan.

Reza tersenyum tipis. "Sejak kamu bilang, kalo kamu nyesel," jawabnya.

Regan membuang muka, kepergok lagi dirinya saat ini, membuatnya agak frustasi, karena orang dirumah itu slalu saja mempunyai indra-Indra ke-sembilan belas.

"Kamu ada masalah apa sama Adel, sampe-sampe kamu jadi kayak gini, Re?" tanya Reza dengan halus. Dirinya akan berusaha membuat Regan jadi seperti dulu lagi.

"Enggak ada apa-apa, yah."

"Bohong. Cerita aja, Ayah bakalan dengerin sampe habis, siapa tau ayah bisa kasih saran atau yang lainnya?" tentang Reza, membuat Regan diam sejenak.

Laki-laki itu menghela nafas berat, dan menatap Reza dengan sendu. Ia akan mengeluarkan unek-uneknya dua hari belakangan ini.

"Adel nyerah terhadap Regan, yah," ucapnya pelan.

Reza mengernyit bingung. "Terus?"

"Re-regan nggak tau sama perasaan Regan sekarang, yang Regan rasain ... Regan pengen diganggu lagi sama Adel. Regan pengen dikejar-kejar lagi sama Adel, dan------ Regan pengen denger suara dia lagi," ujarnya amat sendu.

My Love TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang