9) Usaha

1.1K 116 7
                                    


"Ber."

"Yes?"

"Emangnya kamu mau dinikahin sama aku?"

Perempuan itu terlihat tertawa. Di suatu malam Arka menghubungi Berlian melalui skype. Berusaha mencari cara biar apa perjodohan yang absurd ini nggak usah lanjut.

"Do you mind?" Ia malah balik bertanya.

"Iya aku keberatan. Aku udah punya pasangan di sini."

Berlian terlihat menyisir rambutnya dengan tangan. Perempuan itu terlihat lebih dewasa sejak terakhir Arka bertemu secara langsung, mungkin sejak... 9 tahun yang lalu. Arka dan Berlian cuma pernah bertemu dua kali, pertama karena orang tuanya dalam sebuah acara reuni dan yang kedua saat sebelum Arka kuliah. Lupa di acara apa sepertinya makan malam biasa waktu itu. Sekarang Jaman udah berubah banyak tapi kayaknya, jodoh-jodohan tuh nggak lekang sama waktu ya.

"So do I, actually."

Alis Arka terangkat naik. Secercah harapan muncul gara-gara jawaban wanita itu.

"Yaudah, kita stop aja ini semua."

"Tidak semudah itu, Arka."

"Apanya sih yang nggak mudah. Kita kan nggak ada hubungan apa-apa. Bukannya malah gampang? Kamu kan tinggal bilang sama keluargamu?"

"You think. My dad had prepared anything you know. For us." Ia mengedikkan bahu." And he is the one person that hates declines." Ayahnya Berlian nggak ingin gagal menikahkan anaknya. "Nggak semudah aku tinggal bilang ke papa. I might did it since years before if this is that easy."

Arka menunduk mengacak rambutnya sendiri. Di antara banyak hal yang memusingkan, kenapa tiba-tiba ada perkara seperti ini. When he thought he's just a step closer to his goal, to propose Sabrina.

"Okay, if you don't really wanna do this, how about we make a pledge."

"A pledge?"

"Yes for us. We can just pretend to get married and divorce maybe one or two years later. How?" Berlian memberi usul skenario yang seperti drama pada umumnya. Sebuah penyelesaian klasik.

Arka nggak suka ide itu. Mungkin memang ada yang jadi tolok keberhasilan Ayah Berlian untuk bisa melangsungkan perjodohan ini, tapi artinya itu kan kegagalan dalam menikahkan. Menikah bukan buat main-main. Apalagi sebuah ide harus menikah sama Berlian dan baru kemudian cerai untuk bisa menikahi Sabrina, pacar pilihannya. Baginya, marriage is too sacred for that kind of fool.

Yes, we already knew this genre of political marriage, tapi Arka cuma ingin menikah selayaknya orang normal aja. Dan normally people ya menikah karena mencintai orang lain.

"Berlian, do you like me?"

Perempuan itu tergelak dengan tawa kecil. "Are you kidding? I don't even know you, Ka, like.. 'knowing' ." Ia menekuk kedua jari telunjuk dan tengahnya memberi petikan pada kata knowing.

Mereka memang nggak mengenal satu sama lain. Berlian dulu kuliahnya di Singapura. Lalu lanjut ke Inggris. Selama ini nggak pernah juga ketemu Arka atau kontak diam-diam. Arka juga nggak kenal banget dengan Pak Hendra. Yang mengatur-ngatur semuanya hanya mamanya.

"Did I offend you?"

"What?" Perempuan itu tampak bingung. Arka mengedikkan bahu. "Ah, because you don't want to marry me?"

"Iya."

"Easy. I don't take it as an insult. Selera orang beda-beda."

Ada kok orang yang diiming-imingi mobil gratis lebih memilih sepeda.... oke, mungkin contohnya terlalu ekstrim. Ditambah deh pengandaiannya, ya dari pada dapat mobil gratis tapi harus tinggal dan terkurung di sebuah rumah dibanding bisa sepedahan bebas ke taman bunga yang diinginkan dan menghirup aroma bunga-bunga itu di bawah cahaya mentari yang hangat, pilih mana?

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang