Antar

94 8 1
                                    


Malam itu, Pak Wis mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Pak Wis mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Lalu lintas di Kota Bandung tidak terlalu padat mengingat hari itu baru akan memasuki waktu akhir pekan. 

Posisi duduk Geng Baka sekarang berubah. Verdy menggantikan Kinan untuk menemani Pak Wis di kursi depan, sedangkan Azura masih duduk di tempat yang sama.

Di samping kanan Azura ada Ijas. Genta masih di posisi yang sama dengan sebelumnya. Hanya saja, kursi yang sebelumnya diduduki oleh Kayas sekarang ditempati oleh Anjana. Sedangkan Kayas sendiri memilih untuk menemani Marun di barisan kursi paling belakang.

"Ra," panggil Kayas. Ia lalu kembali sibuk dengan ponselnya seolah ingin memastikan sesuatu.

"Iya?"

"Gue gak usah dianter sampe rumah ya! Ini nih, Si Akang Betot tiba-tiba nitip beliin senar gitar geura. Lainna titatadi nya? Sok rariweuh da! (Bukannya dari tadi ya? Suka bikin ribet deh!)"

"Akang Betot?" tanya Genta.

"Kakak gue, Ta."

"Naha sih disebut Akang Betot? (Kenapa sih disebut Akang Betot?)" tanya Marun.

"Hobina ngabetotan senar gitar wae da, urang nu katempuhan. Si Eta mah da sok pikasebeleun! (Hobinya betotin senar gitar mulu, gue yang kena getahnya. Itu Orang emang suka nyebelin!)"

Genta sontak tertawa mendengar Kayas yang sedang kesal dan menggerutu dengan menggunakan bahasa Sunda.

"Kenapa ketawa? Emang lu ngerti?" tanya Kayas.

"Dikit." jawab Genta singkat sambil meneruskan tawanya. "Gue ngetawain muke lu! Kalo lagi kesel begitu keliatan kocak banget, sumpah!"

"Halah," Kayas hanya menghela napas, tak sanggup untuk meladeni Genta. Tenaganya akan ia simpan untuk berperang dengan kakaknya di rumah.

"Emang belinya di mana, Kay? Di tempat biasa?" tanya Anjana. Kayas hanya mengangguk. Ia masih sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Mungkin sedang membalas pesan dari kakaknya.

"Gue ikut lah!" pinta Marun.

"Gue juga!" sambung Anjana.

"Ya udah, iya. Gak usah pada bawel dulu. Ini gue lagi balesin chat si Akang dulu nih."

Anjana dan Marun tersenyum girang. Kayas lalu meminta Pak Wis untuk menurunkan mereka di pertigaan depan.

"Kalo yang lain gimana? Masih sesuai rencana, 'kan?" tanya Azura.

Semua anak kompak mengangguk. Rencananya, Pak Wis memang akan mengantarkan semua anak pulang sampai ke rumahnya masing-masing. 

"Jas, rutenya mulai dari kamu dulu ya!" kata Azura.

"Iya, Ra. Tapi gue minta diturunin di depan kompleksnya aja ya? Jadi gak usah sampe ke depan rumah. Gue mau mampir dulu buat beli perlengkapan mandi di minimarket." pinta Ijas seraya tersenyum.

KATUMBIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang