Gara-Gara Kesurupan

136 7 3
                                    

"ANJING! DEMI NAON? HAHAHAHAHA..."

Siang itu, kelas X-4 mendapatkan jam pelajaran kosong. Beberapa guru sedang mengadakan rapat persiapan ujian akhir semester pertama. Pak Kirmizi yang seharusnya dijadwalkan mengajar kelas X-4 harus menghadiri rapat tersebut. Ia lalu memberikan tugas yang menjadi kisi-kisi untuk soal ujian mendatang.

Rosa menoleh ke arah deretan bangku belakang. Ia sudah tak tahan. Rosa beranjak dari duduk lalu menghampiri anak lelaki berambut cepak yang sedang duduk bersandar di pojok ruangan.

 Rosa beranjak dari duduk lalu menghampiri anak lelaki berambut cepak yang sedang duduk bersandar di pojok ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gar! Suaranya tolong dikecilin atuh! Kita kan lagi nyoba konsen buat ngerjain tugas." pinta Rosa pada anak lelaki berambut cepak bernama Gara.

"Apa sih? Ibu Negara bawel banget!"

"Saya gak masalah kalo kamu mau ngobrol sampai mulut kamu berbusa. Gak ngerjain tugas juga terserah, bukan urusan saya. Tapi kan anak-anak yang lain butuh ketenangan buat ngerjain tugas. Jadi tolong, pelanin suaranya!"

"Heu euh maneh teh! Ngobrol wae titatadi, lainna ngerjakeun tugas. Gandeng, nyaho! (Iya lu! Ngobrol mulu dari tadi, bukannya ngerjain tugas. Berisik, tau!)" sahut anak kelas yang lain.

"Bacot, anjing!" balas Gara sambil melemparkan tatapan sinis pada anak yang duduk di deretan depan.

Gara menepuk kasar pundak teman sebangkunya, "Ka kantin! Jangar lila-lila aya didieu! (Ke kantin! Pusing lama-lama ada di sini!)"

Teman sebangkunya itu menatapnya takut lalu mengangguk pelan. Ia kemudian merapikan dua lembar kertas tugas yang ada di atas meja. Satu lembar adalah tugas miliknya, dan satu lagi adalah tugas milik Gara yang terpaksa ia kerjakan. Keduanya lalu keluar kelas setelah sebelumnya menaruh tugas mereka di atas meja guru.

Sebelum menuju ke kantin, Gara menyempatkan diri untuk mampir ke kelas teman dekatnya. Jaraknya hanya beberapa langkah saja. Tak lama, Gara sudah berada di muka pintu kelas X-3.

"GIN! GIGIN!" teriak Gara pada sosok anak bermata sipit yang sedang berbincang dengan temannya di bangku paling belakang.

Orang yang dipanggil itu menoleh seraya melemparkan tatapan kesal pada Gara. Ia lalu berpamitan pada teman sekelasnya menuju ke depan pintu.

"Nama gue kenapa jadi nyunda banget dah kalo lu yang manggil?" protesnya.

"Lah, nama lu kan Giniro? Emangnya kudu dipanggil apa? Roro? Lu siapa? Cucu bangsawan?"

"Ya bukan sih, tapi nama Jepang gue berasa mubazir aja gitu..."

"Mau sampe kapan sih ngebahas nama terus? Gue mau ngajakin lu ke kantin! Buruan!"

Gigin hanya bisa pasrah. Bukan keputusan yang bijak kalau harus membuat temannya yang satu itu marah. Lebih tepatnya, tidak ada untungnya. Yang ada, justru dirinyalah yang akan mendapat masalah kalau sampai membuat Gara marah.

KATUMBIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang