Kutukan Moka

107 8 0
                                    


Dari kejauhan, ruang G.2.5 sudah terlihat sibuk dengan kegiatan para penghuni sementaranya. 

Ada yang sibuk merapikan kardus-kardus, ada yang memilih untuk menyapu dan menata ulang tumpukan meja dan kursi agar mudah digeser, dan ada pula yang memilih untuk berdiri mematung sambil terheran-heran.

Genta salah satunya. 

Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tak lama, tangan kanannya sengaja ia angkat ke atas kepala, menggaruk acak kepalanya yang tidak gatal. Genta lalu memangkas jarak kedua alisnya sehingga timbul kerutan di dahi. Ia masih penasaran, mengapa Anjana, Kayas, dan Marun sangat antusias dengan benda yang sedang ia pandangi sekarang— satu set alat musik.

 Ia masih penasaran, mengapa Anjana, Kayas, dan Marun sangat antusias dengan benda yang sedang ia pandangi sekarang— satu set alat musik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setnya terdiri dari satu set drum, dua unit gitar, satu unit gitar bas, satu unit keyboard, dan beberapa alat pendukung lainnya. Benda-benda inilah yang terdapat di bawah balutan kain lusuh yang sebelumnya ramai dibahas oleh Anjana dan kawan-kawan.

"Ini?" tanya Genta, masih terheran. "Terus mau diapain?"

"Restorasi  ekskul musik, maybe?" jawab Anjana singkat. Ia melirik Kayas dan mendapatkan balasan senyuman dari anak pemilik pipi bulat itu.

"Ekskul musik?" Kinan yang sebelumnya terlihat sedang menyapu lantai sontak menghentikan kegiatannya itu untuk sementara. Ia menumpu kedua tangannya di ujung tangkai sapu yang ia pegang. Kinan mulai tertarik dengan obrolan tentang keberadaan ekskul yang masih asing di telinganya itu.

Anjana hanya mengangguk pelan dan ia pun mulai bercerita.

SMA Nusaindah dikenal akan kehebatan prestasi murid-muridnya di bidang seni dan sering menjuarai perlombaan. Paduan suara, kabaret, kaligrafi, tarian modern, tarian tradisional, dan masih banyak lagi perlombaan yang sudah pernah sekolah ini menangkan. 

Di satu waktu, ada sebuah perlombaan karya cipta lagu yang diadakan oleh salah satu stasiun radio swasta di Bandung— Arjan 100,3 FM. SMA Nusaindah mengirim perwakilannya ke perlombaan tersebut. 

Mereka adalah Moka— band yang terbentuk dari ekskul musik di SMA Nusaindah. Moka sendiri adalah kependekan dari mojang jajaka, di mana memang para anggotanya terdiri dari putri dan putra kebanggaan SMA Nusaindah yang gemar bermusik. Meskipun masih dalam bidang yang sama, tapi ekskul musik ini terpisah dari ekskul paduan suara. 

Moka terdiri enam orang anggota. Satu orang vokalis, dua orang pemain gitar, satu orang pemain bas, satu orang pemain keyboard dan satu orang lagi pemain drum. Semuanya laki-laki, terkecuali sang vokalis.

Dan Anjana, kenal dekat dengan salah satu anggotanya.

Namanya Bodas Arvian. Ia alumni SMA Nusaindah sekaligus mantan anggota Moka. Peran Bodas di Moka adalah sebagai pemain bas. 

Menurut cerita Bodas, setelah Moka memenangkan perlombaan karya cipta lagu dan mendapatkan kontrak eksklusif, bandnya sempat viral dan sering diundang untuk tampil di beberapa acara. 

Sayangnya, keharmonisan para anggotanya harus diuji. Karena ada perpecahan dan masalah internal yang dialami Moka, mereka sempat tampil menghadiri beberapa acara dengan formasi yang tidak lengkap. Dan itu sudah cukup membuat para pengelola acara tidak puas dengan penampilan mereka. 

Lalu, terdengar kabar kalau Moka sempat dituntut karena adanya wanprestasi— keadaan salah satu pihak berprestasi buruk karena kelalaian. Hal itu membuat pihak sekolah harus turut membayar penalti dan mendapatkan reputasi yang buruk. 

Sejak saat itu, tidak ada lagi yang meneruskan ekskul musik. Ada rumor yang beredar, jika ekskul musik tetap dilanjutkan, maka hanya kesialanlah yang akan diterima oleh SMA Nusaindah beserta orang-orang yang ada di dalamnya. 

Mereka mengenalnya dengan sebutan "Kutukan Moka". 

Sebenarnya, setahun setelah kejadian itu, sempat ada sekelompok murid yang memberanikan diri untuk membuka kembali ekskul tersebut. Mereka tidak terlalu percaya dengan rumor yang beredar di sekolah. Namun, entah apa yang terjadi, kutukan yang awalnya hanya berupa rumor seolah memberi bukti nyata keberadaannya. 

Entah bagaimana caranya, tapi beberapa murid pemberani itu nyatanya benar-benar mengalami kesialan. Kehilangan barang, hampir tertabrak kendaraan di jalan raya, sampai tersandung masalah dengan pihak kepolisian karena diduga melakukan praktik jual beli ganja.

Aneh, memang. 

Tapi, apakah semua kesialan itu benar-benar berasal dari Kutukan Moka? Sayangnya, tidak ada yang benar-benar tahu.

Lalu setelah kejadian itu, pihak sekolah akhirnya menutup ekskul musik tersebut sampai sekarang. Tidak pernah ada lagi yang berani mengungkit masalah ini, apalagi memperjuangkan regenerasi.

Kini, enam tahun berlalu dan nama ekskul musik seolah hilang begitu saja. Alat-alat musik yang ditinggalkan para pendahulunya pun sekarang hanya menjadi "penghuni" gudang. Meskipun sesekali masih digunakan untuk acara pentas seni sekolah, tapi selebihnya mereka hanya akan disimpan di gudang.

🍭


Warnapedia

Arjan—Sanskerta; putih.

Bodas—Sunda; putih.

Moka; kopi, warna cokelat medium.

KATUMBIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang