CERIA; Cerdas, Rindang, A-ah sudahlah!

185 8 11
                                    

[TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN DAN KATA-KATA KASAR]

Marun menatap dua teman racaunya secara bergantian. Mereka tampak harap-harap cemas setelah memohon keikutsertaan si dagu lancip dalam acara dadakan yang beberapa jam lagi akan digelar.

"Kan udah dibilang, gue cuma ikut mantau aja."

"Kenalan Kang Amar nggak bisa join, Run, dan kita juga maklum. Masalahnya, drummer yang kita punya sekarang cuma lu doang," jelas Anjana sambil sesekali melirik pada Kayas untuk meminta dukungan.

Si pipi bulat sigap mengangguk antusias, berusaha meyakinkan Marun bahwa ia adalah harapan mereka satu-satunya.

"Tapi gue—"

"Ceria, Run!" sela teman yang lebih tua sambil memamerkan lesung pipinya. "Kita udah sering banget bawain lagu ini buat seru-seruan. Sekarang saatnya kita bawa keseruan itu ke atas panggung. Gue yakin, lu nggak butuh latihan ekstra kok buat tampil nanti."

Lagi-lagi, Kayas hanya bisa mengangguk antusias. Anjana berjalan mendekat dan duduk di samping Marun. Suasana kelas X-1 pagi itu tak begitu ramai. Hanya ada beberapa anak yang sedang mengobrol di dalam kelas karena sebagian besar penghuninya sedang menikmati rangkaian acara penutupan class meeting di lapangan sekolah.

"Atau jangan-jangan, lu masih takut sama Kutukan Moka itu, ya?" tanya Anjana.

"Kagak!"

"Ya terus kenapa?"

"Gue... gue nggak pede, Jan!"

Teman racau yang paling muda ikut mengikis jarak sampai lengan pendeknya merangkul teman berdagu lancip di samping kanan. Senyuman konyol yang khas ikut menghiasi kedua pipi bulatnya.

"Kan ada gue sama Jana, Run! Kang Amar juga! Jadi anggap aja kita lagi jamming kayak biasa di studio. Bedanya, sekarang ada penontonnya!"

Marun tersenyum lemah.

Teman-temannya tak pernah tahu, serangan panik yang belakangan ini dialami Marun selalu berhasil membuat dirinya tak pernah merasa cukup. Gangguan itu bisa tiba-tiba saja muncul dan membuat kepercayaan diri Marun seketika turun.

Menjadi people pleasure memang tidak mudah dan Marun sedang berada di fase itu sekarang. Perasaan cemas berlebih karena selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik—terlebih oleh kedua orang tuanya—membuat Marun tak bisa berkutik selain menuruti keinginan mereka. Gangguan itu pun lambat laun mempengaruhi hidupnya. Pergerakannya terbatas dan tak banyak yang bisa ia lakukan.

Di satu sisi, Marun ingin selalu melakukan yang terbaik. Tapi Marun sadar, ia bukanlah manusia sempurna. Menuruti segala keinginan yang bertentangan dengan prinsip hidupnya hanya akan membuatnya tambah merana.

Permintaan sederhana Anjana dan Kayas pun tadinya ingin ia tolak. Marun hanya takut tak sanggup memberikan performa yang maksimal dan justru mengecewakan banyak orang. Belum lagi, keputusan Marun untuk tak ingin terlalu terlibat dengan rencana kedua teman racaunya itu adalah karena aturan ketat orang tuanya, terutama sang ayah.

Tapi, apa boleh buat. Semua sudah telanjur basah. Ia bahkan sudah melanggar perintah orang tuanya dengan mulai berpacaran dengan Rara, kekasih yang statusnya sengaja ia sembunyikan.

Marun kini menambahkan prinsip hidup baru; break your people-pleasing habit before it breaks you!

Teman berdagu lancip akhirnya menghela napas panjang seolah sudah membuat keputusan penting pagi itu. "Beneran bawain lagunya J-Rocks nih?"

Kedua teman racaunya kompak mengangguk.

"Kenapa milih lagu itu, Jan? Jadul banget!"

"Biar jadul, tapi banyak yang tau lagunya, Run. Selain itu, biar matching juga sama slogan Nusa—CERIA; Cerdas, Rindang, Agamis!" jawab si kulit pucat dengan penuh semangat. "Semua udah oke, kok. Pak Mizi juga udah ngizinin kita untuk bawain lagu ini."

KATUMBIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang