Ivory

94 7 2
                                    


Teriakan anak-anak yang sedang bermain sepak bola di lapangan membangunkan Genta dari tidur siangnya. Ia melirik jam yang menggantung di dinding ruang kelasnya. Waktu masih menunjukkan pukul 12.25 siang. Sebagian besar teman-teman sekelasnya berada di luar. Hanya terlihat beberapa anak saja yang masih setia berada di bangkunya.

Genta menyisir rambut yang sudah agak gondrong itu menggunakan jari-jari panjangnya. Ia yakin, kini penampilannya terlihat berantakan karena tepat ketika bel istirahat siang berbunyi, dirinya langsung terlelap karena tak kuasa menahan kantuk yang menyerang. Ia mencoba untuk mengusir kantuk yang tersisa dengan mengusap wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.

"Ta," panggil seseorang dari arah belakang seraya tersenyum. Ia lalu menyerahkan satu buah pulpen hitam ke arah Genta. "Makasih ya."

Namanya Ivory, tapi teman-teman di kelasnya lebih sering memanggilnya Ory.

"Sama-sama, Ry. Padahal gak usah dikembaliin, gue masih punya banyak kok. Hehehe..."

"Gak lah. Niatnya kan emang minjem. Kalo minjem, berarti harus dikembaliin," jawab Ory sambil tersenyum.

Ory beranjak dari tempat duduknya dan perlahan beralih menduduki kursi milik Azura. Ia menyibak rambut panjangnya dan tersenyum manis pada Genta. Sorot mata Ory berbinar ketika menatap Genta. Genta membalas senyuman Ory dan keduanya kini terlibat obrolan santai untuk mengisi sisa waktu istirahat siang mereka.

🍭

Dari arah lapangan, teriakan anak-anak yang sedang asyik bermain sepak bola sesekali masih terdengar. Anjana dan Azura berjalan menyusuri koridor sekolah sepulangnya mereka dari kantin. Mereka berbincang sambil sesekali memperhatikan anak-anak yang sedang bermain sepak bola di lapangan.

"Main bola yuk?" ajak Anjana. Azura hanya menoleh sebentar lalu menggeleng. Ia bukan tipikal anak yang suka dengan kegiatan fisik.

"Sepak bola bukan olahraga favorit saya, Jan. Kalaupun harus gerak, saya lebih suka bersepeda."

"Ooh, ya udah kalo gitu. Gue gabung main dulu ya. Bye!

Azura hanya mengangguk pelan. Anjana kemudian berlari menuju ke tengah lapangan dan larut ke dalam permainan.

Azura kembali melanjutkan perjalanan ke kelasnya seorang diri. Sesekali, ia menyereput jus semangka yang masih tersisa. Untuk menuju kelasnya, Azura masih harus menyusuri koridor yang melewati laboratorium biologi, gudang kecil, kelas X-5, kelas X-4, dan kelas X-3.

Sesampainya di depan pintu kelas yang terbuka, Azura mematung. Ia melihat ada yang sedang duduk di kursinya. Air mukanya seketika berubah. Ekspresinya nyaris tak terbaca. Ia melihat Genta, Ory dan Verdy— yang sudah kembali dari shalat Jum'at, sedang asyik mengobrol. Azura lalu masuk ke dalam kelas menuju kursinya.

"Permisi,"

Ory tersentak dan menoleh ke arah sumber suara. Ia langsung berdiri dan beranjak dari kursi.

"Eh, sorry ya, Ra. Tadi aku numpang duduk bentar." jawab Ory, merasa sedikit tidak enak.

Azura hanya mengangguk pelan lalu tersenyum meski terlihat sedikit dipaksakan. Ory beranjak dan kembali ke kursinya yang berada tepat di belakang Azura. 

Verdy yang duduk di belakang Genta menatap Azura dengan penuh selidik. Lalu perlahan, pandangannya beralih ke samping kanan. Ia menatap Ory dengan hati-hati. Anak perempuan yang gemar memakai aksesori rambut itu kini tengah mencatat sesuatu di bukunya sambil menopang dagu.

Ory terlihat sangat manis dengan gaya rambut yang ia pilih hari itu. Ia mengikat sebagian rambutnya di tengah dengan menggunakan jepitan rambut berbentuk pita. Sederhana, tapi cantik.

KATUMBIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang