Di Ruang Detensi

140 12 0
                                    

G

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

G.2.5 adalah nama ruang penahanan yang tertulis di formulir detensi hari itu. Formulirnya hanya secarik kertas berukuran A6 berisikan informasi murid yang mendapatkan detensi, lengkap dengan jenis pelanggarannya. 

Ijas dan Kinan berjalan takut-takut. Ruang detensi sore itu berada di lantai dua yang didominasi oleh ruang kelas XI, gudang, dan laboratorium bahasa. Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu. Kini, lantai itu tampak sepi sebab tak satupun orang yang terlihat masih beraktifitas di lantai tersebut.

Di depan ruang detensi pun demikian, masih terlihat sepi. Ruangannya menghadap ke utara, ke arah di mana lapangan sekolah berada. Dari tempatnya berdiri sekarang, Ijas bisa melihat ada beberapa anak yang masih beraktifitas di bawah sana. 

Pintu masuk ruang detensi tertutup rapat dan dinding luarnya dihiasi beberapa jendela kaca. Sekilas dapat dipastikan, belum ada tanda-tanda kehidupan di dalam ruangan tersebut. Kinan memperhatikan sekitarnya dan belum tampak kehadiran guru pengawas detensi.

"Ini cuma kita berdua aja ya?" tanya Ijas seraya menarik ujung jaket denim Kinan secara berulang. Ijas memang penakut. Sore itu, waktu masih menunjukkan pukul 03.50 sore. Tapi menurut Ijas, di dunia ini tidak ada yang lebih menakutkan dari suasana sepi di sekolah.

Kinan melirik Ijas sebentar lalu menahan tawanya. Ia tahu kalau Ijas penakut. Beruntung sekali Ijas tidak mendapatkan detensi seorang diri. Kinan lalu berjalan mendekati pintu masuk. Ia mengintip melalui jendela kaca, tidak ada orang. Ia mencoba untuk membuka pintu ruangan tersebut dan... tidak terkunci.

"Yuk, masuk!"

Kinan menarik paksa tangan Ijas untuk ikut serta masuk ke dalam ruang detensi. Mereka memasuki ruangan tersebut dan seketika kompak terbatuk-batuk. 

Ruangan itu pengap dan berdebu. Ruangannya lumayan luas, hampir sama dengan luas kelas mereka. Di sisi kiri ruangan, terdapat banyak barang yang entah apa itu tertutup kain putih yang sudah lusuh. Lalu di sisi kanan, terlihat tumpukan meja dan kursi yang tidak terpakai. Mungkin jumlahnya belasan pasang. Ijas membuka pintu lebar-lebar dan berinisiatif membuka beberapa jendela kaca agar ruangan tersebut tidak terlalu pengap.

Kinan menarik beberapa kursi dan meja, lalu mengelapnya menggunakan tisu bekas yang ada di saku jaketnya. Ia mengajak Ijas untuk duduk bersamanya. Posisi keduanya kini menghadap ke arah timur. Pintu masuk ruang detensi kini tepat berada di sebelah kiri mereka. Ijas dan Kinan tidak mau terlalu jauh dengan sumber pencahayaan. Posisi mereka sudah sangat pas mengingat mereka duduk berdekatan dengan jendela kaca di sisi kirinya. 

Pemandangan di depan mereka hanyalah beberapa kardus bekas yang bertumpuk tak beraturan dan tembok lembap yang catnya sudah memudar dan mengelupas di beberapa bagian. Ruangan ini seperti sudah tidak dibersihkan dalam waktu yang lama dan ditinggalkan begitu saja.

Kini keduanya duduk santai dan lebih memilih fokus dengan ponselnya masing-masing. Sesekali masih terdengar suara anak-anak yang masih berada di lingkungan sekolah karena berbagai alasan kegiatan; ekstrakurikuler, tugas kelompok, atau hanya sekedar nongkrong.

KATUMBIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang