6. DI BUSAN

675 142 21
                                    

Yeona tiba di Busan sekitar jam 10 malam. Tepatnya jam 10 lebih 5 menit, ia akhirnya tiba di rumah lamanya setelah menaiki taksi dan menempuh anak tangga yang cukup banyak.

Rumah itu tak berubah, malah lebih usang kelihatannya. Beberapa tanaman yang merupakan peninggalan mendiang ayah dan ibunya itu terlihat tak terawat dan mati.

Well, ia tidak heran lagi.

Ia mulai mengetuk pintu rumah tersebut. Rumah yang entah mengapa semakin memprihatinkan semenjak ditinggali oleh ibu tirinya. "Ibu, aku pulang," serunya seraya mengintip ke celah jendela.

Cukup lama ia menunggu dan mengetuk, akhirnya pintu tersebut terbuka dari dalam. Menampilkan wanita yang lebih tua 20 tahun di atasnya tengah menatapnya jengah.

"Oh, anak kota sekarang ingat kampung halamannya?"

Yeona hanya terdiam. Ia memasuki rumah yang masih miliknya itu dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Kedua matanya terpejam, begitu malas menghadapi ibu tirinya yang sudah pasti begitu membencinya itu. Jika bukan karena ayahnya, ia tidak pernah memanggil wanita jahat itu dengan sebutan ibu.

Wanita bernama Kim Minjung itu menendang ujung sepatu Yeona. "Sudah kaya sekarang, huh? Sombong sekali tidak pernah mengabari orang tuamu sendiri. Ah, rasanya anakku hanya Goeun saja."

Yeona terkekeh pelan, mengangkat sebelah tangannya dan ia gunakan untuk menutupi kedua matanya. "Bukan kah anakmu memang hanya Goeun? Aku hanya akan dianggap anak jika aku punya uang," sindirnya dengan bibir yang terangkat separuh.

"Sudah sepantasnya anak memberi orang tuanya uang. Kau tidak sadar, siapa yang menyekolahkanmu dulu? Berbalas budi lah!"

"Jika saja Ayah tidak menikahimu, aku tidak pernah sebaik ini padamu."

"Mulut orang kota memang tidak pernah dijaga! Kau itu wanita, jaga sopan santunmu. Pantas saja kau tidak pernah menikah."

Lagi-lagi Minjung mengungkit nasib buruk percintaannya. Well, itu tidak masalah baginya karena ia telah terbiasa. Di mata Minjung, ia tidak pernah benar barang setitik. Bagi ibu sambungnya itu, ia seperti sampah.

Walau menurutnya keluarga sambungnya itu yang lebih sampah.

Yeona kira perdebatan mereka telah usai dengan dirinya memilih untuk mengalah. Seolah menjadi pemantik baru, gadis remaja berusia 20 tahun bernama Han Goeun itu masuk rumah dengan begitu bar-bar dan menabraki semua yang dilaluinya. Termasuk sofa yang Yeona duduki sehingga membuatnya mendongak dan berdecih.

Minjung segera merangkul Goeun yang hampir oleng itu dan mengernyit saat mencium aroma alkohol. "Oh, astaga, anakku. Kau kacau sekali. Cepat berberes dan tidur, ya?" ucapnya lembut, seolah kata-kata kasar yang Yeona terima bukan dari mulutnya.

Melihatnya, Yeona hanya memutar bola matanya jengah. "Maksud dari wanita dengan sopan santun dan layak menikah adalah Goeun, ya?"

"Dia itu cantik. Kapan saja dia bisa menggaet pria."

"Ya, ya. Terserah!" Yeona bangkit dari duduknya seraya membawa tas selempangnya di pundak. Merasa sia-sia jika ia terus mendebat sang ibu. Langkahnya mengantarkan dia ke depan pintu kamar miliknya yang tertutup.

"Oy! Mau ke mana kau?"

Tangan Yeona yang hampir memutar gagang pintu itu terhenti. Ia menoleh dengan kening berkerut. "Tidur?"

Masih dengan menopang tubuh Geoun, wanita itu menjawab, "Kamarmu sudah berubah menjadi gudang, maaf. Tidur di ruang tamu saja." Ia lantas meninggalkan Yeona yang melotot tak terima.

THE SOUND OF SILENCE - Jung Jaehyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang