Pukul 7 pagi Jaehyun terbangun setelah merasakan air mata mengalir di pelipisnya. Ia menghirup napas panjang sebelum kemudian menghapus air matanya yang tak lain tercipta karena pertemuannya dengan Haesoo di mimpinya. Ia tidak menyangkal, ia masih sering memimpikan Haesoo walaupun nyatanya sudah hampir 4 tahun kejadian itu berlalu.
Hampir saja ia bangkit dari tidurnya di sofa ruang tengah saat dirinya merasakan selimut tebal membungkus tubuhnya. Jidatnya mengernyit, ia tidak ingat semalam membawa selimut ke luar. Ia bahkan rencananya tidak tidur dan menghabiskan sisa malamnya dengan menonton televisi. Namun ia dapati televisi juga sudah mati.
Ia tidak bodoh. Pasti Yeona pelakunya.
Ia bangkit dari posisinya seraya mengusap kasar wajahnya. Sayup-sayup suara Yeona berbincang dengan seorang pria membuatnya paham. Seseorang yang ia minta untuk membawakan sarapan sudah datang. Itu berarti memang Yeona yang melakukan semua ini.
Dengan asal, ia melipat selimut yang semula membalut tubuhnya kemudian memeluknya erat dan membawanya ke kamar satunya. Kamar yang posisinya harus melewati dapur dan itu berarti mau tidak mau ia menampakkan diri pada Yeona.
"Terima kasih banyak."
Suara ringan itu membuatnya sedikit berdesir, namun ia tetap datar dan berjalan lebar menuju kamar. Ia tahu Yeona kini tengah menatapnya karena tukang antar itu menyapanya ramah, namun ia tidak peduli. Ia tak juga membalas sapaan orang itu dan melengos.
Melihat itu, Yeona hanya bisa meringis kecil. Gadis berbalut kemeja putih yang dikenakannya kemarin itu hanya bisa memberi senyum canggung pada tukang antar yang langsung berpamitan pergi.
Di hadapannya kini tersaji makanan laut sederhana yang pas untuk dua orang. Seenak-enaknya makanan itu, ia tidak yakin akan menikmati sarapannya pagi ini.
Ia duduk di salah satu kursi meja makan dan menopang keningnya pada tangan yang bertumpu di meja makan. Melihat bagaimana dinginnya Jaehyun pagi ini membuatnya yakin bahwa malam itu benar-benar hanya lah one night stand. Tidak lebih.
"Apa yang kau harapkan, Bodoh?"
Yeona merasa bahwa dirinya lah pihak yang paling bodoh, dan kelihatannya pun seperti itu. Setelah apa yang Jaehyun lakukan padanya, ia tidak bisa berpikir bahwa ia tidak bisa mencintai Jaehyun. Setelah apa yang Jaehyun bisikkan padanya, ia tidak bisa mengelak bahwa ia jatuh satu tingkat lebih dalam pada perasaan terlarang.
Ia salah karena telah berpikir bahwa setelah kejadian itu, mungkin ia akan selamanya dapat menggenggam tangan Jaehyun di dalam mobil. Nyatanya, bahkan setelah sarapan penuh kebisuan terlewati, ada 4 jam paling dingin di dalam mobil. Sebelumnya mungkin ia tidak akan pernah bosan dalam perjalanan walaupun hanya ditemani genggaman dingin tangan Jaehyun.
Kini, saat dirinya hendak menyalakan mobil pun, ia tidak memiliki keberanian untuk menggenggam tangan Jaehyun. Pria itu sudah memejamkan matanya lebih awal bahkan sebelum ia masuk ke dalam mobil. Seolah pria itu benar-benar Jung Jaehyun yang ia kenal di pertemuan pertama mereka.
Berkali-kali ia menatap resah ke arah Jaehyun yang terkadang mengigau pelan di tengah tidurnya. Tangannya meremas kuat kemudinya, menahan diri untuk tidak sekadar mengusap peluh dingin Jaehyun.
Sepeduli itu dirinya walaupun semalam dan pagi tadi Jaehyun menamparnya dengan kenyataan bahwa mereka tidak boleh sedekat ini.
Yeona mengalihkan padangannya ke depan. Jemarinya mengetuk pelan kemudinya, mencari cara agar setidaknya pria itu tenang walaupun tanpa sentuhannya. Namun, kali ini ia terlalu bodoh, ia hanya bisa menyimpulkan bahwa memutar lagu adalah pilihan terakhir.
Ia membuka ponselnya, memutar lagu Gymnopédie No. 1 milik Eric Satie dengan volume kecil. Sesekali, ia melirik ke arah Jaehyun yang bernapas putus-putus di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SOUND OF SILENCE - Jung Jaehyun✔
Fanfiction[Finished] - Bahasa Baku Selamat datang di dunia Jung Jaehyun. Orang akan menganggap dia pria biasa. Tapi jauh di balik itu, dia adalah pria rapuh yang kehilangan mimpinya untuk hidup bahagia. "Duniaku sudah hancur, Yeona. Kini tinggal aku seorang d...