26. SUNGAI

704 121 43
                                    

Angin bawah jembatan meniup anak rambut terurai milik Jaehyun. Membuat anak rambut itu bergerak kecil menggelitik ujung matanya. Tatapannya lurus ke arah buku catatan seukuran telapak tangannya yang baru malam ini ia isi.

Terhitung sudah 6 lembar dirinya menorehkan tinta biru di atas kertas cokelat itu. Namun, rasanya masih kurang. Rasanya masih banyak hal yang belum ia sampaikan di sana. Bukan tidak ingin, ia tidak tahu caranya mengungkapkannya dalam bentuk tulisan.

Suara gesekan antara sepatu dengan rumput membuat pandangannya terangkat. Ia menoleh ke asal suara.

Itu adalah Yeona, gadis yang kini menghentikan langkahnya sementara sebelum kembali mendekati Jaehyun. Gadis itu tersenyum kecil kemudian ikut duduk di rumput lembab di samping Jaehyun.

"Ketahuan, ya?" Yeona menghela napas pelan kemudian memeluk lututnya yang tertekuk.

Sang pria ikut menghela napas, namun kali ini lebih panjang. Ia menyimpan buku kecilnya di saku dalam jaket kemudian menoleh ke arah Yeona. Ia mengernyit saat melihat betapa santainya Yeona saat ini menatap lurus ke depan.

"Untuk apa kau kemari?"

"Memastikan bahwa ayah Haneul baik-baik saja."

Yeona kemudian menoleh, menatap Jaehyun yang terheran dengan keberadaannya. "Jadi itu maksudnya? Kau menghindariku karena kau masih belum bisa melepas Haesoo?" Gadis itu mendengus kemudian melanjutkan, "Padahal kita tetap bisa berteman tanpa melibatkan perasaan, 'kan?"

Jaehyun membuang wajahnya yang memanas. "Memangnya kau bisa? Setelah apa yang terjadi pada kita?" tanyanya lirih.

"Memangnya kau tidak bisa?"

Pertanyaan itu membuat Jaehyun mengepalkan tangan kuat. Hampir saja ia meledak seperti tadi di rumah sakit. Butuh berapa kali ia sebutkan jika ia mencintai Yeona dan itu tidak boleh? Ia hampir mengungkapkan itu yang kedua kalinya sebelum Yeona mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Ayahku adalah orang yang sangat mencintai keluarganya."

Ada jeda bagi Yeona untuk mengamati reaksi Jaehyun. Setelah dirasanya Jaehyun membuka telinganya, ia tersenyum. Pria itu tidak punya ide tentang apa yang akan ia bicarakan.

Yang dilakukannya selanjutnya adalah menempelkan dagunya di lutut. Pandangannya terarah ke sungai yang memantulkan kegelapan. Ia paham kenapa Jaehyun memilih tempat ini. Sangat merepresentasikan Jaehyun dan kegelapannya.

"Aku selalu berpikir akan sangat membahagiakan jika suatu saat nanti aku memiliki pasangan hidup sepertinya. Pria yang penyayang, loyal, hangat." Ucapan Yeona terhenti, ia terkekeh. "Tapi semua harapan itu hilang saat ibu meninggal dan ayah menikah lagi."

Jaehyun tercekat di tempatnya. Ia baru sadar jika Yeona pernah ada di posisi Haneul. Kalau begitu, ia tidak lagi heran mengapa Yeona bisa memahami anaknya dengan mudah.

Gadis itu kembali menoleh, kini merebahkan pipi kanannya di lutut agar bisa menatap Jaehyun. "Aku tahu perasaan Haneul. Sulit menerima kenyataan bahwa ayah kita menemukan pengganti istrinya di saat kami masih merasa ibu kami tidak tergantikan. Itu yang aku simpulkan saat aku bertemu dengan Haneul."

"Jujur, ada rasa kagum saat kau keukeuh mempertahankan Haesoo. Well, tidak sebanding dengan rasa kesal sebenarnya." Yeona mengendik kecil. "Itu yang selama ini aku harapkan dari Ayah. Untuk tidak pernah mendua dari Ibu."

Tak terlihat di wajah Jaehyun tanda-tanda akan menyela. Pria itu terus mengamati wajah Yeona yang gelap. Di tempat mereka duduk sangat minim cahaya, hanya lampu jembatan, selebihnya ia harus berusaha mendalami wajah itu lamat-lamat.

"Semakin ke sini, aku semakin sadar, kebahagiaan ayahku lebih penting dari apapun juga. Aku pikir mungkin dengan menikah lagi, ayah akan menemukan bahagianya. Ia akan kembali diperhatikan dan memperhatikan sebagai seorang suami. Yeah, meskipun agaknya ia mendapatkan orang yang salah."

THE SOUND OF SILENCE - Jung Jaehyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang