10. REUNI

758 137 31
                                    

Pagi yang biasa saja bagi Jaehyun. Hanya pagi seperti biasa yang sebentar lagi akan mengantarnya menuju kenyataan buruk bahwa ia harus kembali bekerja. Akan ada pertemuan penting dengan salah satu pemilik proyek yang ia tanami sahamnya.

Di tengah kegiatannya memasang dasi, ia melangkan perlahan ke kamar di depan kamarnya, tepatnya kamar milik Haneul. Ia menyandarkan bahunya di daun pintu yang terbuka, mengamati anak lelakinya yang tengah menyisir rambutnya di depan cermin. Penampilannya rapi meskipun hanya terbalut kaos dan celana jeans selutut.

Membuat Jaehyun sedikit heran. Tidak pernah Haneul bersiap sepagi ini. Pasti lelaki itu lebih memilih sarapan dahulu sebelum mandi.

Menyadari kehadiran sang ayah lewat pantulan cerminnya, Haneul berbalik. "Selamat pagi."

Jaehyun melangkah masuk ke kamar sang anak. Memastikan hasil ikatan dasinya rapi di cermin yang sama dengan Haneul. Keduanya saling memandang lewat pantulan cermin.

"Hari ini jadwal periksa gigi, jangan lupa. Nanti Ayah akan hubungi Dokter Jung untuk datang."

"Bukan kah merepotkan jika mengundang Dokter Jung ke rumah?" Haneul mengangkat salah satu sudut bibirnya ke atas.

"Hmm?"

Yang lebih muda berbalik, menatap yang lebih tua menjulang tinggi di hadapannya. Ia harus mendongak untuk bisa menggapai tatapan sang ayah.

"Bagaimana jika Haneul ikut ke kantor Ayah? Ibu Guru juga bisa mengajari Haneul di sana, 'kan? Lalu sorenya Haneul pergi ke klinik Dokter Jung. Bukan kah lebih dekat dari kantor Ayah?" tanyanya.

Jaehyun mengernyit, menahan kekehannya kemudian merendahkan sedikit tinggi tubuhnya agar menyamai Haneul. "Apa tidak merepotkan Ibu Guru?"

Haneul menggeleng kencang hingga rambut cepaknya ikut bergoyang. "Tidak. Ibu Guru akan berangkat dan pulang bersama kita nanti."

Melihat itu, Jaehyun akhirnya terkekeh. Jemarinya menyisir pelan anak rambut Haneul ke samping agar tidak lagi menutupi mata. "Pintar merencanakan sesuatu rupanya," gumamnya yang dibalas senyum lebar oleh Haneul.

Ia tak keberatan, sebenarnya. Lagipula ruangannya akan kosong hingga siang nanti sebelum kunjungan mereka ke dokter gigi karena jadwal pertemuannya.

Suara ketukan pintu membuat Jaehyun menoleh, disusul oleh Haneul yang ikut menoleh karena itu.

"Tuan, Nona Yeona datang," ucap Bibi. Wanita itu terlihat masih menggunakan celemek di pinggang lebarnya pertanda mungkin sebentar lagi sarapan akan selesai dimasak.

Namun, bukan itu poinnya. Jaehyun heran karena tidak biasanya Yeona datang sepagi ini. Masih pukul 7 pagi dan jadwal belajar Haneul masih dua jam lagi. Ia kembali menoleh ka arah Haneul ketika Bibi sudah menghilang dari pintu.

Haneul mengendikkan bahunya saat membaca pertanyaan di wajah Jaehyun. "Ponsel Ayah tidak terkunci."

Jawaban yang membuat Jaehyun menepuk jidatnya keras. Ia hela napas panjang sebelum mencubit hidung bangir Haneul gemas. "Si usil."

Lantas keduanya berjalan hampir beriringan menuruni tangga untuk sarapan, sekaligus menemui Yeona yang sudah menunggu di ruang tamu. Jaehyun benar-benar tidak mempersiapkan ini. Ia pikir ia hanya akan berangkat sendirian, tapi nyatanya ia akan mengangkut dua orang tambahan di mobilnya.

Pantas saja Haneul sudah siap sepagi ini.

Gadis yang semula duduk di sofa itu lantas berdiri, menyeberangi area luas rumah itu untuk mendekati Jaehyun dan Haneul. Ia menunduk hormat kemudian berkata, "Selamat pagi."

THE SOUND OF SILENCE - Jung Jaehyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang