Haneul mengernyit menatap Jaehyun yang sedari tadi bertingkah sangat aneh. Sejak dirinya bangun tadi, ia mendapati Jaehyun memeluknya erat hingga setengah badannya pegal. Lalu Jaehyun memintanya untuk mandi bersama yang bahkan ia sendiri bingung apa esensinya.
Terakhir pagi ini, di depan meja makan.
Jaehyun yang sudah sangat rapi itu nampaknya enggan menanggalkan senyumannya. selalu menatapnya seolah dirinya adalah cokelat raksasa yang siap dimakan kapan saja.
"Ada apa?" tanyanya dengan wajah ketusnya. Ia sungguh tidak bisa konsentrasi sarapan karena Jaehyun terus menatapnya tanpa berkedip.
Jaehyun tersenyum kian lebar, hingga membuat matanya menyipit seperti garis. "Kita akan pergi ke rumah sakit," jawabnya dengan antusias. "Haneul senang?"
Namun, Haneul justru mengernyit. Kenapa pria itu justru senang dengan rumah sakit? Alasan Jaehyun begitu sumringah hari ini adalah rumah sakit?
"Haneul akan segera dioperasi. Haneul akan bisa mendengar lagi."
Suara hentakan keras tercipta saat Haneul meletakkan sumpitnya ke meja dengan kasar. Jaehyun terkejut bukan main dibuatnya.
Operasi? Ia tidak pernah mendengar itu dari Jaehyun. Mereka sama sekali tidak pernah membicarakan hal itu sebelumnya. Yang ia tahu, ia selalu ke Dokter Moon untuk memeriksa trauma di kepalanya, bukan untuk operasi.
Dengan gerakan kasar, ia turun dari kursi dan berlari menuju kamarnya. Padahal ia tidak pernah meminta agar pendengarannya kembali. Ia tak meminta untuk bisa kembali normal karena, toh, yang ia yakini Jaehyun menerimanya apa adanya.
Tapi ternyata tidak. Jaehyun tetap ingin Jung Haneul yang normal. Bukan Jung Haneul tuli yang bisanya hanya menyusahkan saja.
Haneul membanting kasar pintunya dan segera menguncinya saat mendapati Jaehyun mengejarnya.
"Haneul!"
Jaehyun menggedor pintu itu keras dengan tangannya yang terkepal. Ia berusaha membuka gagang pintu itu, namun sia-sia. Bahkan jika dirinya berlari untuk mengambil kunci cadangan pun tidak akan bisa. Di dalam sana Haneul tidak mencabut kuncinya, pintu itu tidak akan bisa terbuka dari luar.
Tak kehabisan akal, ia mengambil ponsel yang ia sakukan di celana. Ia mengirimi banyak pesan untuk Haneul. Berharap lelaki itu menerimanya lewat jam pintarnya, namun sepertinya usaha itu pun sia-sia.
Jaehyun mengerang frustrasi. Ia tendang pintu itu keras hingga bergetar tanpa pernah peduli di baliknya Haneul tengah duduk bersandar seraya memeluk lututnya.
"Terserah kau saja, Jung Haneul! Ayah mau yang terbaik untukmu! Ayah sudah lakukan yang terbaik agar kau bisa sembuh, agar kau bisa kembali menjadi Haneul yang Ayah kenal! Ayah rindu mendengar suaramu bernyanyi lepas! Ayah ingin Haneul mendengar suara Ayah saat Ayah berbicara!"
Jaehyun menumpukan satu tangannya di pintu dengan rahang yang mengeras. "Walaupun Haneul tidak akan mendengar ini, Haneul harus tahu bahwa Ayah kecewa! Ayah kecewa dengan Haneul! Kau tidak akan punya harapan lagi!"
Jaehyun turun dengan hati yang dongkol. Ia kepalang emosi dengan Haneul yang tidak menghargai keputusannya. Jika boleh, ia berharap Haneul mendengar apa yang ia bicarakan tadi.
Dan nyatanya Haneul tahu.
Haneul tak mendengar, namun Haneul berhasil merekam suara Jaehyun dengan ponselnya. Secara otomatis, ponsel pintar itu menerjemahkan ucapan Jaehyun ke dalam bentuk teks. Kalimat yang seharusnya tak pernah ia dengar itu kini dapat ia baca dengan jelas.
Tubuhnya melemas. Bibirnya menjebik ke bawah saat tangannya jatuh ke kedua sisi tubuhnya. Tatapannya lurus, namun mengawang.
Jika boleh jujur, Haneul juga ingin mendengar, Ayah. Tapi, ada suara yang Haneul benci dan tidak ingin Haneul dengar.
![](https://img.wattpad.com/cover/288158424-288-k182150.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SOUND OF SILENCE - Jung Jaehyun✔
Fiksi Penggemar[Finished] - Bahasa Baku Selamat datang di dunia Jung Jaehyun. Orang akan menganggap dia pria biasa. Tapi jauh di balik itu, dia adalah pria rapuh yang kehilangan mimpinya untuk hidup bahagia. "Duniaku sudah hancur, Yeona. Kini tinggal aku seorang d...