Jaehyun membereskan meja kerjanya usai menuntaskan satu urusannya dengan program kerjanya yang bermasalah. Ia meregangkan tubuhnya sebelum bergerak melangkah menuju kamar Haneul. Dari celah pintu kamar, ia bisa melihat sang anak tertidur di ranjang dengan buku komik yang berserakan di lantai.
Ia menggeleng kecil sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam kamar sang anak. Buku-buku komik yang kemarin mereka temukan di toko loak itu seolah harta karun baru bagi Haneul. Pasti seharian tadi anak lelakinya itu menghabiskan waktu untuk membaca semua bukunya.
Dengan hati-hati, ia menumpuk komik-komik di lantai itu di atas meja belajar Haneul. Mereka belum punya rak khusus untuk komik, sehingga lelaki itu masih mencampur rak bukunya dengan buku non-fiksinya di kotak rak paling bawah. Di antara dua jenis buku itu, hanya terpisah oleh beberapa lembar kertas yang menjulur keluar.
Jaehyun melirik ke arah Haneul yang nampaknya masih tak menyadari keberadaannya. Dengan rasa penasarannya, ia menarik kertas-kertas itu dengan hati-hati.
Alisnya menukik naik membaca tulisan singkat di setiap kertas itu. Tanpa perlu banyak berpikir, ia tahu siapa pemilik tulisan itu. Perlahan, ia tersenyum.
Hello, Jung Haneul, ini Ibu Guru Han. Ini hadiah pertama untuk Haneul. Rajin belajar!
Ibu Guru terkesan dengan Haneul. Seri kedua untuk murid pintar Ibu Guru!
Seri kedelapan untuk Haneul. Lain kali kita bisa membelinya bersama di toko buku.
Jaehyun terkekeh pelan di setiap tulisan Yeona. Ada beberapa lembar lagi, tapi yang paling menarik adalah yang terakhir. Sepertinya itu ditulis sebelum Haneul operasi.
Halo, Jagoan? Ibu dengar besok Haneul akan operasi, ya? Jangan takut, ya? Ibu Guru akan selalu di samping Haneul.
Oh, iya. Jangan terlalu membenci Ayah. Ibu Guru tahu Ayah menyayangi Haneul, begitu juga sebaliknya. Kalian ditakdirkan untuk bersama, jadi jangan marah lagi. Okey?Pria itu menggigit bibirnya yang tengah tersenyum kecil. Setiap langkah yang mereka tempuh, pasti ada Yeona yang berperan. Sekecil catatan itu, Yeona benar-benar ada untuk mereka. Bahkan di saat ia pikir Yeona tidak memedulikannya sama sekali, nyatanya gadis itu ada untuk memperbaiki hubungannya dengan Haneul.
Ia kembali merapikan kertas-kertas tersebut dan menyelipkannya ke tempat semula. Ia juga menata komik-komik bekas milik Haneul ke rak tersebut.
Tuk!
Jaehyun menoleh ke belakang saat mendengar suara kertas tebal yang jatuh. Baru saja Haneul berpindah posisi tidur membelakangi pintu. Membuat sebuah kertas yang mungkin sebelumnya ia pegang itu terjatuh begitu saja.
Kertas itu menarik perhatian Jaehyun. Kertas biasa yang dirobek dari buku catatan itu penuh dengan warna-warni krayon dan tulisan.
Diambilnya kertas tersebut kemudian duduk bersandar ke kaki ranjang Haneul. Ia memerhatikan kertas itu dengan seksama. Ada gambar seorang lelaki kecil di samping seorang gadis yang lebih tinggi darinya. Dari penggambarannya, gadis itu terlihat dibuat secantik mungkin dengan bibir yang sengaja diberi warna merah.
Jaehyun terkekeh sekali lagi.
Lelaki itu, yang ia yakini adalah Haneul, terlihat memberikan sebuah bunga berwarna merah pada sang gadis, yang sudah pasti merupakan Yeona. Di bawah gambar itu, terdapat tulisan, "Haneul tidak punya uang untuk membeli mawar. Intinya terima kasih sudah membawa Ayah kembali."
Sang pria menatap Haneul yang memunggunginya. Selama ini Haneul benar-benar menyayanginya. Haneul memang payah dalam hal mengungkapkan perasaannya. Tapi, kejujurannya terkadang membuatnya hilang kata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SOUND OF SILENCE - Jung Jaehyun✔
Fanfiction[Finished] - Bahasa Baku Selamat datang di dunia Jung Jaehyun. Orang akan menganggap dia pria biasa. Tapi jauh di balik itu, dia adalah pria rapuh yang kehilangan mimpinya untuk hidup bahagia. "Duniaku sudah hancur, Yeona. Kini tinggal aku seorang d...