bab 1.

838 52 10
                                    


Penuh semangat.
Koper silver bermuatan sedang, dibuka. Alangkah kagetnya si pemilik, saat melihat isi koper. Kedua alisnya hampir tertaut.

Dildo aneka size. Bahkan, warna pun beraneka. Putih pucat, coklat, krem.

Si pemilik menggaruk kulit kepala dengan jari telunjuk. Kembali menggeser, melihat lebih lanjut.

Lingerie seksi. Merah, merah tua, abu-abu, biru, hitam, putih. Koleksi?CD? Zaman sekarang, apakah celana dalaman selalu seperti ini? Berongga- rongga dan hampir tidak menutupi apapun. Lantas kenapa memakai CD?!

Bra? Alisnya kian bertaut. Menggeser dan mengangkat dengan jari telunjuk. Dia mengelengkan kepala. "Bra yang mengemaskan." Ujarnya.

Lebih dalam, didapati mainan robot, sepatu anak-anak, beberapa pakaian dan tas branded.

"Orang tua tunggal?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Atau, ma..maniak seks?" Nada suaranya meninggi.

_

Di tempat berbeda dan kamar yang berbeda. Gadis berbody ramping dengan rambut hitam tergerai, menyeret koper serupa. Ia sedikit mengeluh, samar terdengar ia merutuki seseorang.

Koper dibuka dan dia pun duduk di lantai.

Netra'nya terbuka lebar_ begitu melihat isi koper yang tak sesuai dengan harapan. "Apa-apaan ini?" Kembali mengingat saat kopernya berada di rentetan ban berjalan, di mana seluruh koper berada. Terdapat dua koper berwujud serupa.

Dia menepuk pelipisnya, kuat. "Bodoh." Kesalnya pada diri sendiri.

Karena terlanjur, dia melanjutkan memeriksa isi koper. Sungguh diluar perkiraan. Wig wanita? Gaun malam? Parfum wanita? Pencukur janggut/kumis? Pakaian pria? Boxer? Boxer? Boxer? Boxer? Boxer lagi? Bra? Bantalan bra?Tunggu..

Boxer? Wig wanita? Bukankah ini bertolak belakang? Mungkinkah? Dibekapnya mulut untuk menghentikan prasangka buruk.

Dia kembali mengingat apa-apa saja yang ada didalam koper_miliknya.

"Dildo?" Pekiknya. Bersamaan, dibekapnya mulut.
"Oh, my Gosh?" Kedua tangan kini ditempatkan disisi kiri dan kanan pipi.
"Bae Soo-ji, kau benar-benar sedang dalam masalah."

*

Pada sebuah ruang pertemuan, beberapa wanita paruh baya terlihat bersama. Mereka diyakini pastinya merupakan istri dari para pria konglomerat.

Disamping kursi si empu, berbagai merk tas tangan branded nampak menyilaukan. Belum lagi busana yang menunjukkan kualitas si perancang. Cincin yang tersemat dijari manis para nyonya berambut keriting hitam. Satu diantara mereka nampak lebih menonjol.

Dia jauh lebih muda, berbadan montok, bibir berisi, rambut hitam lurusnya tergerai menjuntai ke bawah pundak, senyumnya juga seteduh rembulan.

Mereka nampak saling menyunggingkan senyum meski tak terlihat sungguh-sungguh dekat satu sama lain.

Dikalangan atas, pertemuan seperti ini bukanlah hal yang patut di herankan. Ada yang menamai pamer kekayaan, cari relasi atau sekedar kumpul bersama dengan 'mereka yang sederajat'.''

"Nyonya Bae, lama tak bertemu, bagaimana kabarmu?" Basa basi salah seorang.

Dia yang dimaksud menyunggingkan senyum. "Aku? Seperti biasa. Selalu baik."

"Benarkah? Bisa ku tebak dari wajahmu yang kian berseri. Aku butuh rahasia mu?" Bisik teman yang duduk disebelahnya.

Hadirin ter_muda, sedikit menyunggingkan bibir saat harus beradu tatap dengan nyonya yang diketahui bermarga Bae.

You Never Know [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang