Setengah sadar_ perlahan retina Sooji terbuka_ memperhatikan langit kamar. Matanya kembali ia pejam setelah yakin ruang yang ditempatinya saat ini adalah kamarnya.
.
"Kau tidak membangunkannya?"
Sung-hee bertanya karena tak melihat tanda kehadiran putri bungsunya.
"Dia tidur begitu pulas. Kita makan saja."
"Kau, sering-seringlah kemari." Semangkuk nasi ditempatkan di depan Suho, lalu untuk dirinya sendiri. Irene sedang diet dan salad buah jadi menu pagi ini.
Sembari menyumpit dan menempatkan lauk, kemudian mengunyah_ sesekali ibu dari dua putri ini memperhatikan interaksi Suho dan putri sulungnya. Tidak ada yang aneh dan dia tidak suka.
"Hubungan kalian masih tidak berkembang." Setelah menelan habis, Sung-hee membuka suara.
Suho menyengir. Mengerditkan bahu, ia abai akan pertanyaan dan lanjut mengunyah. Irene tidak suka pertanyaan ini. Ia memandang remeh lalu melakukan hal serupa.
"Kau akan rujuk dengan Siwon?"
Garpu diletak. "Bu, tolong hentikan. Selera makan ku hilang karena pertanyaan ibu"
Terkekeh, Suho juga menghentikan kegiatan mengunyah. Ia menelan cepat dan berkumur dengan air mineral.
Sebegitu sukanya wanita satu ini dengannya. Ia sangat berterimakasih. Suho pun sangat ingin jadi bagian dari keluarga Bae. Tapi mau bagaimana lagi, hubungannya dengan putri tertua Bae hanya sebatas teman. Tak lebih.
"Ibu takkan setuju kalau kau kembali tinggal dengannya. Mertuamu, sebelum dia mati, kau tak boleh kembali ke rumah itu.
Brakk..
"BU_" Irene benar-benar marah.
Sangat menyebalkan. Ia sudah dewasa dan sang ibu masih ingin mencampuri urusan pribadinya. Tak apa bila tak ada orang luar. Tapi ini? Bagaimana nanti Suho menilai.
"Aku selesai. Aku pergi." Beranjak, ia meraih tas tangan dan melangkah cepat.
Ibu Bae terdiam. Begitupun Suho. Situasi sama selalu terjadi setiap dia disini. Karena itulah ia malas berkunjung. Suho merasa bersalah pada Irene. Ia tahu cinta tak bisa dipaksa. Tapi ibu Bae enggan mengerti. Selalu ingin mempersatukannya dengan Irene.
"Bu_"
"Ya?"
Pria berhati lapang itu beranjak dan duduk di tempat semula Irene berada. Mengamit tangan Sung-hee ia mengutarakan rasa terimakasih karena dukungan yang ia dapat.
Suho meminta sangat, agar kelak wanita ini tidak lagi mengungkit soal hubungannya dan Irene. Ia janji meski tanpa menikahi putri Bae pun_ ia akan menganggap keluarga ini selayak keluarganya. Menjaganya sepenuh hati. Memaksa hanya memperkeruh hubungan. Begitu terangnya pada Sung-hee.
"Kau benar-benar pria baik. Sayang sekali putriku tidak bisa melihat kebaikanmu. Maafkan atas omong kosong ku. Malam ini_ kau masih akan bermalam disini,'kan? Aku janji takkan mengulangi pertanyaan tadi."
"Kita lihat saja nanti, bu. Nanti siang aku harus pergi ke Tongyoung mengantikan Irene bertemu klien."
_
Pukul sembilan tadi Sehun sudah berada di ruangan Seonho dan hingga saat ini ia pun masih berada ditempat yang sama. Selama empat jam ia menyaksikan saudaranya berkutat dengan pekerjaan. Mulai dari pengecekan file, tanda tangan hingga bernegosiasi dengan klien lewat saluran telpon pun pria itu lakukan. Pantas saja ayahnya selalu memberi pujian. Meski 'pemain', Seonho kalau bekerja sangat serius.