"Sooji, buka pintu! Aku tahu kau didalam. Bae Sooji!"
Petugas room service yang barusan mendorong stand trolley keluar dari kamar lain, menghampirinya. Berkata kalau kemarin tamu yang menginap dikamar yang sedang diketuk Hun telah melakukan check out.Hun tampak tak percaya. Berkacak pinggang, ia kehilangan akal. Kenapa Sooji begitu marah padanya. Gadis itu tak bisa dihubungi sejak pagi tadi.
Tak lagi mengindahkan petugas room service, Hun kembali ke ruangannya. Cepat ia mengepak barang yang dibawanya kemari. Sembari memasukkan piyama tidur yang tergelak di koper, Hun mengingat kembali kehadiran gadis Bae dalam mimpinya.
Dalam mimpi yang lumayan panjang itu Sooji terlihat lebih dewasa. Keduanya kala itu menikmati teh hangat diruang yang menjadi ruang tamu keluarga Oh. Saling tersenyum satu sama lain. Lalu, lubuk hatinya berkata_
Pertama bertemu dengan istriku, adalah saat kami berada di bandara. Pertemuan sepele dan sangat konyol, koper kami tertukar. Saat itu tak ingat bagaimana wajahnya. Yang ku tahu, dari isi kopernya, dia istimewa.
Hari-hari berlanjut dengan tanpa ada satupun hal yang terlalu berarti, sampai saat kami kembali dipertemukan.
Semula kami sempat saling menjauhi.
Tapi takdir berkehendak lain. Bagaimanapun kami berusaha menghindar, pada akhirnya kami tetap dipertemukan. Lihatlah kini, dia menjadi bagian dari keluargaku.
Wanita ku, cintaku, tujuan hidupku.Lamunan akan mimpi itu membuat Hun bahagia sekaligus sedih. Mimpi indah, namun kenyataan dia telah ditinggalkan.
"Oh Sehun, semangat." Menepuk badan koper, Hun menutupnya. Setelah memastikan tak ada lagi yang tertinggal, pria itu menyeret koper pergi._
Bae Beauty.
Begitu tiba di Seoul, hal pertama yang Hun lakukan adalah menuju tempatnya bekerja. Tak tanggung, ia membawa serta koper. Setengah berlari memasuki gedung tinggi dan melewati pintu putar lalu mengeluarkan kartu pegawai kemudian melakukan scanning. Satpam yang senantiasa berjaga disana memandangnya aneh. Pun_ seorang gadis yang sedari tadi memanggil Hun, diabaikan olehnya atau mungkin Hun tak mendengar.
"Ya, kau tidak mendengar ku?" Senyum gadis itu merekah dengan gincu soft pink. Berhasil menghentikan Hun setelah menepuk pundak pria berkemeja putih_ berdasi garis biru.
Bukannya memperhatikan si gadis, Hun malah mengalihkan pandang ke sekitaran.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Mengikuti gerak mata Hun.
"Bagaimana perjalananmu kemarin? Apa semuanya lancar?" Tenang, mengaitkan jari pada lengan Hun. Pria itu melirik sebentar, lalu menyingkirkannya. Membuat kening si gadis berkerut.
Dibelakang keduanya sudah berdiri Soo-ji, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun. "Hari masih pagi, dan kalian sudah bermesraan?"
"Pa_ pagi Bu pimpinan." Si gadis memberi ruang bagi Sooji untuk mengantri lift terlebih dulu. Sikap Sooji yang seperti ini membuat Hun tak suka. Baginya Sooji terlalu dingin untuk ukuran orang yang kemarin menghangatkan ranjangnya.
"Maaf Karina, bisa naik lift berikutnya? Kami perlu bicara berdua."
Yang disebut tidak berkata, namun menganggukkan kepala_ menyaksikan pintu lift tertutup.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Sooji terkekeh.
"Kau sendiri? Pagi-pagi sudah bermesraan dengan gadis lain. Setelah apa yang kita lakukan__"Tubuh Sooji terhuyung mengenai dinding lift, Sehun menguncinya dengan tatapan serius. Menyadari pandangan Sooji tertuju pada sinar merah disudut atas lift, Sehun kembali bersikap normal.
![](https://img.wattpad.com/cover/292045749-288-k117591.jpg)