TAEYONG mulai panik.
Tampaknya udara dingin serta kegelapan malam tak lagi mengganggu pria tersebut. Hanya ada Lisa serta kelanjutan hubungan mereka di dalam pikirannya.
Namun sayang sekali karena berbagai macam hal negatif terlanjur masuk, sehingga ia menduga Lisa akan meminta untuk berhenti.
"Lisa, dengarkan aku. Aku sungguh meminta maaf atas apa yang terjadi."
Namun Lisa kukuh menggeleng. "Kemarilah lebih dulu, Oppa. Kita berdua harus membicarakan sesuatu."
"Tidak! Maksudku, uh, kita bisa bicarakan semuanya dengan baik-baik kan?"
"Iya," jawab Lisa menahan gemas. "Makanya cepat duduk sini."
Kaki Taeyong akhirnya melangkah mendekat. Tapi gerakannya terlalu lambat sampai Lisa menarik Taeyong agar cepat duduk.
"Lamban."
Sindiran dari Lisa tidak ditanggapi oleh Taeyong saking gugupnya. Was-was dengan apa yang akan diucapkan oleh Lisa, ia terus menatap gadis tersebut dengan lekat.
Satu menit berlalu diisi oleh kesunyian. Walau begitu jantung mereka berdebar kencang karena takut pembicaraan ini berakhir sangat buruk.
"Aku minta maaf." Ucap Taeyong lebih dahulu.
"Tak seharusnya aku marah. Sebagai lelaki aku sepatutnya percaya padamu dan tidak terbakar api cemburu. Maafkan aku karena melakukan banyak hal yang tidak kau senangi."
Lisa menundukkan kepala. "Aku juga ingin meminta maaf, Oppa. Setelah banyak berpikir, aku sadar tingkahku terlalu kekanakan."
Hembusan angin malam yang sangat dingin tiba-tiba datang, membuat Lisa sedikit menggigil kedinginan.
"Aku pernah cemburu dan menolak mendengar penjelasan saat skandal terjadi hari itu. Sementara ketika Oppa yang cemburu, aku malah memarahimu balik."
Taeyong diam mencerna kalimat panjang yang diucapkan. Sedikit demi sedikit harapan mulai tumbuh kembali di dalam dirinya.
"Namun aku sudah menentukan pilihanku tentang hubungan kita."
Dari sudut mata Lisa dapat melihat tubuh Taeyong yang menegang. Ia mengambil napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
"Maaf, Oppa."
Kedua tangan Taeyong terkepal erat. Pasokan udara tiba-tiba terasa menipis sehingga dadanya bagai ditimpa beban berat.
Lisa tak berani menolehkan kepala. "Maaf."
Taeyong menelan ludah yang ternyata harus dilakukan dengan susah payah. Ia tertawa miris dalam hati.
"Lisa-ya,"
Suaranya terdengar serak dan Taeyong tak terkejut sama sekali. Saat ini ia sedang ingin berteriak frustasi melepaskan seluruh amarahnya, juga menangis setelah merasakan patah hati.
Panggilan tadi membawa Lisa untuk memandang Taeyong dengan lekat.
Meski menyakitkan Taeyong tetap menahan diri untuk menatap wajah manis Lisa. Rasanya ia perlu mengukir setiap detail di wajah tersebut sebelum benar-benar tak bisa.
Terutama manik bulat milik Lisa-nya. Mata indah yang memikat hati Taeyong sejak pertama kali mereka bertemu langsung. Tatapan penuh binar semangat yang selalu ia harapkan untuk bersinar.
Ah, mulai nanti gadis manis ini bukan miliknya lagi.
"Oppa..."
Pandangan mata Taeyong mulai menyendu, begitu pula bahunya yang semakin lemas. Suara candu Lisa tak akan ia dengar dengan cara yang sama lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Always
FanfictionWalau menjadi idol sangat menyibukkan, mereka berdua selalu ada untuk satu sama lain. ° ° ° Start : 1 November 2021 End : 25 November 2021 2021, nanaourbunny