“Gaeun!”
Hari pun segera merebut foto itu dari tangan Gaeun dan menatap Gaeun dengan ekspresi marah.
Ini pertama kalinya Hari marah kepada Gaeun yang membuat Gaeun sangat terkejut.
“H-hari..”
“Apa yang kau lakukan Gaeun?! Harusnya kau merapikan baju saja, jangan mengambil barang pribadi ku!!” teriak Hari yang emosi.
Gaeun sangat terkejut dengan sikap Hari, ia menundukkan kepalanya walau begitu ia juga sedikit tersulut emosi.
“Kau.. kau masih belum bisa melupakannya kan?” ucap Gaeun yang masih menunduk.
“Tidak! Aku su–“
“Jangan berbohong Hari! Aku tau kamu belum bisa melupakan Kanglim!” kata Gaeun mengangkat wajahnya dan menatap Hari.
“A-aku..”
Gaeun pun mendekati Hari dan memegang pundak Hari seraya menggoyang-goyangkannya.
“Jujur padaku.. jangan seperti ini Hari, aku tau kau merindukannya.. katakan” ucap Gaeun lalu menangis di pundak Hari, ia merasa kasihan dengan sahabatnya ini.
Walau di luar wajahnya sangat tegar dan tidak peduli, namun hatinya sangatlah rapuh.
Diam-diam setiap malam Hari selalu saja menatap foto Kanglim dan menangis sepanjang malam dengan isakan-isakan kecil.
“Gaeun.. hiks” Hari pun menangis dan memeluk Gaeun dengan sangat kuat, sungguh ia ingin menangis kencang sekarang.
“Menangislah Hari, keluarkan semuanya.. jangan di pendam sendiri” ucap Gaeun lalu mengelus rambut Hari.
Ia menuntun Hari untuk duduk di tepi ranjang dan mendengar semua curhatan yang akan Hari katakan malam ini.
“Gaeun.. aku.. aku tidak ingin kehilangan dirinya, aku mencintainya Gaeun.. kenapa? Kenapa dia meninggalkan diriku?”
“Kanglim tidak seperti itu, pasti ada alasannya dia pergi meninggalkan mu Hari.. ada sesuatu yang harus ia selesaikan dan ia pastinya tidak ingin melibatkanmu, mungkin saja ini berbahaya” jelas Gaeun.
“Hubungan kami jadi renggang karena hal ini, memangnya apa yang dia urus? Bukankah dia sudah punya perusahaan? Kenapa dia harus pergi?” tanya Hari yang masih tidak mengerti.
“Tenanglah Hari, sekarang tidur ya.. ini sudah malam” ucap Gaeun perhatian, ia pun menuntun Hari untuk berbaring dan menyelimutinya lalu mematikan lampu kamar.
Sementara ia pergi ke halaman belakang dan mulai mengotak-atik Hpnya.
Tuuutt..
Tuuutt..
Tuuutt..
“Halo?”
“Halo, Kanglim”
“Gaeun? Ada apa?”
“Tidak ada, aku hanya ingin bilang jika aku ada di rumah Hari”
“Benarkah?! Dimana Hari? Aku ingin bicara dengannya!”
“Tenanglah, aku pastikan Hari akan menghubungimu besok.. saat ini dia sedang tidur karena habis menangis”
“Menangis? Apa.. itu.. karena aku?”
“Bisa dibilang iya dan bisa dibilang tidak, Hari menangis karena merindukanmu”
“Benarkah?”

KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Our Story [End]
Historia CortaChoi Kanglim, lelaki yang dengan berat hati harus pergi meninggalkan sang kekasih di Korea serta banyaknya kesalahpahaman diantara mereka berdua. Membuat hubungan keduanya menjadi renggang dan hampir putus. Apa yang akan dilakukan oleh Kanglim untuk...