Chapter 10

929 52 12
                                    

"Hari?" ucap Kanglim yang terkejut mendapati gadisnya ada di depan ruangannya dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Hah.. hah.. hah.."

Kanglim segera bangun dari kursinya dan segera menghampiri sang kekasih, menuntunnya untuk duduk di sofa yang berada di ruangannya itu.

"Hah.. hah.. hah" nafas Hari masih tersenggal-senggal karena berlari untuk menemui Kanglim.

Brak!.

"Kanglim!" panggil ketiga lelaki yang juga masuk untuk melihat keadaan di ruangan Kanglim.

"Hari.. minum dulu" ucap Kanglim seraya memberikan botol minum yang tutupnya sudah di buka kepada Hari.

"Ti.. hah.. tidak! Hah.. hah" tolak Hari.

"Minumlah.. kau pasti tadi berlari menuju kesini kan? Minum dulu dan atur nafasmu" ucap Kanglim berusaha membujuk Hari.

Hari pun menuruti perintah Kanglim dan segera meminum air yang diberikan oleh Kanglim lalu menyenderkan tubuhnya di sofa untuk mengatur nafasnya.

Kanglim bangun dan menghampiri ketiga temannya serta memberikan tatapan mematikan kepada ketiganya itu yang membuat mereka merinding dan ketakutan.

"Kanglim.. a-ada apa?" ucap Leon gemetaran.

"Siapa yang sudah memberi tahu Hari bahwa aku ada disini?" ucapnya tajam.

Hyoon Woo seketika merinding menatap Kanglim yang benar-benar marah jika ada yang memberi tahu keberadaannya, matilah dia jika dia jujur kepada Kanglim sekarang.

"Kenapa? Kau tidak senang aku kesini?" tanya Hari yang sudah lebih tenang.

Mereka semua menoleh kepada Hari serta memberikan tatapan yang tidak bisa di artikan terutama Leon, Ian dan Hyoon Woo yang merasa bersalah kepada Hari.

"Apa maksudmu?" tanya balik Kanglim.

"Aku bilang, apa kau tidak senang aku datang kesini dan menemuimu?" ucapnya yang kini terdengar sedikit nada sedih.

"Bukan begitu Hari, aku ha–"

"Kau bisa berikan penjelasanmu nanti, tapi jawab dulu pertanyaanku"

Kanglim pun menundukkan kepalanya, ia ingin menjawab tapi seperti ada sesuatu yang mengganjal membuatnya mengurungkan niatnya itu.

"Kanglim?"

"Aku.."

"Aku?"

"Aku.."

"Baiklah, aku pergi" ucap Hari lalu ia mengambil tasnya, namun ia meninggalkan kotak makan di atas meja untuk Kanglim.

Leon, Ian, dan Hyoon Woo berusaha menahan agar Hari tidak pulang dulu, mereka ingin Hari mendengar penjelasan Kanglim dan juga mereka ingin minta maaf telah merahasiakan keberadaan Kanglim selama ini.

"Hari.. ku mohon jangan pulang dulu oke?" ucap Leon menghadang pintu ruangan Kanglim.

"Na-nanti kita jadi tumbal loh" ucap Hyoon Woo yang ketakutan.

"Hari, ku mohon untuk diam dulu disini.. aku akan telpon Gaeun untuk menemanimu" sahut Ian yang ikut membujuk namun malah membawa-bawa sang kekasih.

"Aku merindukanmu"

"Huh?"

Keempat manusia itu segera menolehkan kepalanya kepada Kanglim yang masih menundukkan kepalanya, apa mereka tak salah dengar?.

"Kau.. mengatakan sesuatu?" tanya Leon pelan.

Kanglim pun mengangkat wajahnya dan menatap keempat orang itu yang membuat mereka semua terkejut terutama Hari, kenapa? Karena mereka melihat Kanglim yang menangis tepat di depan mereka.

"Aku bilang, aku merindukanmu" ucap Kanglim dengan nada sendu.

"Kanglim.." gumam Hari dengan nada suara yang gemetar.

Leon, Ian dan Hyoon Woo pun saling bertatapan dan kemudian mereka pun keluar dari ruangan Kanglim, memberikan sepasang kekasih itu waktu untuk berduaan.

Ian pun menelpon Gaeun untuk menjemput Hari nanti, yang dipastikan Kanglim masih sibuk entah sampai kapan.

Di ruangan Kanglim mereka masih berdiri di posisi awal, Hari menundukkan wajahnya menahan isak tangis yang akan keluar sedangkan Kanglim sudah berjalan perlahan untuk mendekati Hari.

Kanglim merentangkan tangannya dan kemudian memeluk Hari yang masih menundukkan wajahnya, Hari membalas pelukan Kanglim tak kalah erat, mereka pun menangis melepas rindu yang tak tertahankan selama beberapa tahun tak bertemu.

"Hiks.. hiks.. bodoh! Hiks.." isak tangis Hari pun pecah, ia tak bisa menahannya lagi.

Kanglim tak bisa berkata-kata, ia hanya bisa memeluk sang kekasih dengan erat seraya menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Hari untuk meredakan suara isak tangisnya.

"Kau.. hiks.. kau pergi lama.. hiks, kau bahkan. Hiks.. tak pernah menghubungiku hiks.."

"Maaf, aku takut.. takut jika dirimu akan membenciku" ucap Kanglim sedih.

"Bodoh! Hiks.. aku mana hiks.. pernah membencimu hiks.."

Kanglim pun semakin erat memeluk Hari, ia pun membisikkan kata-kata yang membuat Hari bisa tenang kembali.

"Aku tau.. aku tau.. aku mencintaimu"

"Hiks.. aku.. aku juga mencintaimu"

Mereka berdua pun sedikit mengendurkan pelukan dan saling bertatapan sebelum akhirnya Kanglim mencium bibir Hari untuk melepas rindunya dan Hari yang membalas ciuman Kanglim itu.

Ah.. mari tinggalkan pasangan ini sebentar.

"Ugh.. aku masih merasa bersalah kepada Hari" ucap Leon yang sedang memeriksa beberapa berkas.

"Aku juga" sahut Hyoon Woo.

"Hahhh~" Ian hanya bisa menghela nafasnya lelah, ia juga sama seperti mereka.

Tiba-tiba Gaeun pun datang dan menghampiri Ian dengan penampilan yang sedikit berantakan.

"Ian!" panggil Gaeun.

Ian, Leon, dan Hyoon Woo segera menoleh ke asal suara dan menemukan Gaeun yang sedang berjalan menuju arah mereka.

"Gaeun! Astaga.. kenapa kamu terlihat berantakan? Sini.. duduk dulu" ucap Ian seraya mengajak sang kekasih untuk duduk di kursinya dulu.

"Hari? Mana dia?" tanya Gaeun panik.

"Tenang dulu.. Hari ada diruangan Kanglim, biarkan mereka melepas rindu dulu" ucap Ian menjelaskan.

"Syukurlah jika mereka bisa berbaikan, aku takut jika tiba-tiba Hari marah kepada Kanglim" kata Gaeun yang bersyukur jika Hari tidak marah.

"Tapi sepertinya kita bertiga yang akan mendapat amukannya heheh" ucap Hyoon Woo dengan tawa garing yang disahuti dengan anggukan dari Leon dan Ian.

Gaeun hanya tertawa kecil dan ia pun menoleh ke arah ruangan Kanglim berharap agar mereka bisa menyelesaikan segalanya.

T B C

Yosh.. selamat pagiiiiiii!

Author Update lagi setelah kemarin tak Update hehe :).

Akhirnya author sedikit lega karena Kanglim dan Hari bersatu lagi.

Okeh, sampai jumpa di Next Chapter.. bye bye!.

This Is Our Story [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang