SATU

15.5K 893 76
                                    


Maaf banyak typo

Happy reading

Sekali lagi, Icha masih tidak menyangka kalau Kak Evan yang Icha lihat selama ini, baik, alim, bisa sebejat tadi.

Icha... Icha dengan lapang hati memaklumi tentang kesalahan fatal Kak Evan tadi malam. Laki-laki itu tidak sengaja menodainya. Laki-laki itu mabuk.

Tapi, kenapa dalam keadaan sadar, bisa-bisanya Kak Evan menjadi seorang penjahat yang sangat bejat. Ingin menjadi pembunuh darah dagingnya sendiri.

Icha menggigit bibir bawahnya kuat melihat... melihat ada noda darah di sudut bibirnya....

Icha menyentuhnya pelan, sssst... ringisan sakit reflek keluar dari mulut Icha.

"Sakit... bahkan bibirku sampai robek di buatnya."Ucap Icha dengan raut wajah yang ingin menangis lagi, tapi Icha tahan sebisa mungkin tangisan dan air matanya yang ingin keluar.

Dan kembali, bagai kaset rusak, ingatan tentang kejadian kelam semalam, menyapa telak otak, kedua mata, dan hati Icha.

Bel rumah berbunyi tanpa henti, pukul 1 dini hari, membuat Icha yang hendak tidur setelah memakan mie instan yang Icha buat karena lapar, urung. Icha kembali bangun dari baringannya. Keluar kamar dengan takut-takut untuk melihat siapa yang bertamu di tengah malam seperti ini.

Pasalnya tidak ada orang selain dirinya di rumah. Ua dan Kak Putri sedang ada di Jakarta. Satu orang pembantu mengambil cuti selama 1 minggu. Di rumah hanya ada Icha dan juga Kak Evan.

Kak Evan yang pamit pergi dengan nada dingin dan wajah tak bersahabat pada Icha, pada pukul 9 malam tadi, dan Kak Evan yang suruh Icha jangan buka pintu apabila ada yang ketuk atau pencet bel. Itu pasti orang lain, karena aku tidak akan pulang malam ini. Ucap Kak Evan tegas. Membuat Icha was-was dan takut.

Tapi, di saat Icha mengntip karena bel di pencet dengan sangat berisik. Icha kaget bukan main, Kak Evan lah orang yang memencet bel.

Kak Evan yang bertelanjang dada dan bahkan untuk berdiri laki-laki itu tidak sanggup. Membuat Icha reflek membuka pintu dan langsung memapah tubuh Evan yang hampir roboh terjatuh menghantam lantai.

Tapi.... Tapi belum sempat Icha dan juga Evan yang di papah Icha melangkah masuk ke dalam rumah.... Evan dalam sekejap mengunci pergerakan Icha dan membungkam mulut Icha yang ingin berteriak dengan mulutnya. Evan memagut, menggigit, mengulum, menghisap bibir Icah kuat sampai rintihan sakit berhasil lolos dengan susah payah dari mulut Icha dan dalam sekejap dan entah kekuatan dari mana, Kak Evan yang terlihat linglung bisa merobek baju tidur Icha dan tanpa bisa di cegah bahkan dalam keadaan berdiri di ambang pintu, dengan sekali dorongan, milik.... milik Kak Evan menembus selaput dar**h....

"Tidak! Sangat menjijikkkan dan menyeramkan untuk di ingat...."Ucap Icha sambil menggeleng kuat. Dan Icha dengan langkah lebar, menuju shower. Kepala Icha terasa panas, kepala Icha rasanya ingin meledak. Icha butuh mandi saat ini, berharap, ingatan pahit tentang semalam, bisa sedikit hilang dari pikiran dan ingatan Icha...

*****

Sakit... sumpah, sakit sekali pusat intimnya di bawah sana. Ibarat luka, luka yang di peras dengan air jeruk, terasa perih dan panas membuat Icha tak berdaya hanya untuk memakai pakaiannya yang sudah Icha ambil dalam ranselnya. 5 pasang pakaian yang belun sempat Icha susun di lemari. Dan Icha masih dengan handuk sepanjang lutut yang membungkus tubuh tanpa busananya, duduk dengan raut sakit sambil memeluk perutnya kuat.

Icha juga saat ini, merasa menggigil padahal Icha mandi air hangat tadi, bukan mandi air dingin.

"Kenapa terasa sakit, Tuhan. Rasanya aku mau mati...."Ucap Icha terpatah-patah.

ANAK DENGAN SEPUPUKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang