TIGA.

8.8K 628 139
                                    

Maaf banyak typo

Happy reading

Icha setelah mandi merasa sangat lapar. Wajar ia lapar, jam saat ini sudah pukul 8 pagi, energinya habis terkuras karena menangis. Melihat wajahnya yang merah, hidungnya merah dan mata sedikit bengkak, Icha mandi agar wajahnya kembali segar tadi.

Ya, sekali lagi, dengan sialannya. Bisa-bisanya ia menangis tadi karena mendengar Kak Evan yang akan segera menikah dengan kekasihnya. Dan tidak mungkin Icha cemburu. Icha juga tidak mungkin suka kakak sepupunya.

Icha hanya sedih, Icha hanya takut tentang kejadian buruk yang menimpanya semalam. Icha bisa saja hamil. Dan kalau Icha hamil.... apa yang harus Icha lakukan.

Kak Evan tidak mau bertanggung jawab dan lebih pahit yang Icha dengar... Kak Evan dan kekasihnya akan menikah 4 bulan lagi.

"Tolong, jangan membuatku hamil ya, Tuhan... karena kejadian semalam...."

"Tolong.... Tolong, jangan membuat..."

"Hay, Cha...."Sapa suara itu hangat dan ramah, membuat Icha tersentak kaget dan reflek menoleh keasal suara.

"Airnya sudah mendidih, Cha. Bahkan sudah mau habis...."

"Eh, benarkah?"Ucap Icha panik dan segera menoleh kearah panci---- yang airnya sisa sedikit, membuat Icha cepat-cepat mematikan api.

"Astaga, Cha. Kamu melamun ya? Kamu lapar? Jangan dan nggak usah masak. Kita makan di luar saja...."Ucap Rania hangat, akrab pada Icha. Bahkan Rania saat ini merangkul hangat dan akrab bahu Icha yang tubuhnya sangat menegang kaku saat ini dan kepalanya reflek menggeleng, menolak ajakan makan bareng dengan Rania dan juga pasti dengan Kak Evan juga....

"Ayo, Cha. Enggak usah malu dan nggak enak. Kita makan bareng di luar sama Kak Evan mu juga... Dari pada kamu sendirian di rumah..."Ucap Rania lagi, masih dengan nada hangat dan lembutnya. Membujuk Icha.

Icha yang sudah Rania kenal sejak 4 tahun yang lalu, tapi baru kali ini Rania berbicara dengan Icha. Sedekat ini dengan Icha.

Ramah, sok akrab, dan lembut pada keluarga calon suami, agar kehadirannya di keluarga besar Evan bisa terima semua orang, termasuk Icha. Icha yang sepertinya keponakan kesayangan Tante Sita karena sering datang libur atau nginap di rumah ini. Pikir Rania.

Rania yang tersenyum lebar karena mendapat anggukan ragu dan malu-malu dari Icha yang umurnya baru 20 tahun. Kata Evan.

Rania meneliti penampilan Icha. Buruk. Bisik hati Rania di dalam sana.

Tak hanya penampilannya yang buruk. Tapi, wajahnya juga buruk. Maksudnya jelek. Kulit hitam, kusam, gigi enggak rapi, kok bisa kekasihnya memiliki sepupu seperti sosok Icha.... bisik hati Rania tak habis pikir di dalam sana.

"Kamu ganti pakaian, gih. Kakak dan Kak Evan nunggu di luar...."Ucap Rania lembut dan mengacak lembut rambut Icha dengan menahan jijik dalam hati, takut rambut Icha lepek. Dan untung saja tidak lepek....

"Ya, Kak. Terimah kasih, Icha ke kamar dulu, Kak..."Ucap Icha masih dengan nada ragunya mendapat anggukan cepat dari Rania.

Rania yang menghembuskan nafas lega, di saat Icha sudah hilang dari pandangannya. Dan Rania juga cepat-cepat mencuci bersih tangannya di westafel agar sisa atau jejak rambut Icha hilang dari tangannya.

Rania takut, di tangannya yang pegang rambut barusan Icha ada virus atau kuman... iyuuwwwww

******

Icha menahan nafasnya kuat. Bagaimana tidak menahan nafas kuat. Wajah Kak Evan berada dalam jarak yang sangat dekat dengan wajahnya bahkan hampir bersentuhan. Hembusan panas nafas Kak Evan bahkan menerpa telak wajah Icha. Wajah Icha yang saat ini sedang berusaha melepaskan diri. Berusaha melepaskan kuncian kak Evan pada kedua tangannya. Icha juga berusaha keras agar wajahnya tidak bersentuhan dengan wajah Kak Evan yang menatapnya dengan tatapam tajam, dalam dan menuduh seakan Icha adalah pencuuri atau penjahat di sini.

ANAK DENGAN SEPUPUKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang