enambelas

72 3 0
                                    

16.

"Perasaan cinta dan rasa bersalah. Aku sangat mencintaimu, tapi dia juga mungkin lebih mencintaimu,"---Aisha Valerie.
.
.
.
.

  Upacara peringatan Hari Kartini  dilaksanakan pada tanggal 21 april tahun 201× di lapangan sekolah. Semua petugas upacara adalah wanita.

Aisha hanya menjadi anggota paduan suara. Sedangkan Feyla dan Tiara ikut bertugas sebagai pengibar bendera.

Upacara hari ini berbeda dengan upacara hari biasanya. Karena semua siswa dan siswi mengenakan pakaian bebas. Para siswi diwajibkan memakai kebaya, sedang siswa mengenakan baju batik dan celana hitam. Hal itu pun berlaku kepada para guru.

Pembina upacara adalah Bu Lana, meski biasanya wajahnya tampak galak. Namun, ketika seperti ini wajahnya terlihat sedikit kalem.

Beliau memberi amanat-amanat  mengesankan tentang perjuangan Raden Ajeng Kartini yang dapat memotivasi semua siswi bahkan siswa.

"... berbahagialah kita sekarang sebagai kaum  wanita. Yang dahulu kala tidak diizinkan untuk bersekolah, berkat Raden Ajeng Kartini, kini semua wanita berhak menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Hak emansipasi wanita harus tetap kita jaga. Wanita bukan beban, karena wanita juga bisa belajar, berkarya dan bekerja. Sekian dari saya, wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh."

"Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh."

  "Kepada pembina upacara, hormaaat grak! Tegaak grak!"

--------

Aisha berbalut kebaya berwarna merah muda. Sedikit sentuhan make up ringan di wajah, membuatnya tampak lebih cantik dari hari biasanya. Namun sepertinya panas matahari membuat perona alami di wajah cewek itu. Berjalan dengan anggun menuju kelasnya bersama Tiara dan Feyla. Bagaimana bisa begitu? Karena ia mengenakan high heels, yang membuat jalannya menjadi lebih pelan tetapi itu membuat badannya tampak semampai.

Saat naik ke tangga, mereka bertiga berpapasan dengan Reyes dan Abyan. Waktu yang tepat sekali.

"Ladies first," ucap Reyes.

Reyes menghentikan langkahnya, menatap salah satu dari ketiga cewek itu. Tiara salah tingkah, Aisha menundukkan wajahnya. Ia tidak berani menatap ke arah Reyes.

"Eh, Reyes," Tiara membuka suara.

"Iya, Tiara," jawab cowok itu.

Meski jawaban ditujukan kepada Tiara, tapi ekor matanya mengawasi seseorang yang kini sedikit mendongak. Aisha hendak berbicara, tapi suara itu tercekat ditenggorokannya.

Merasa diperhatikan, ia jadi agak canggung dan mencoba memalingkan muka ke samping. Beberapa detik kemudian ia mencoba menatap kembali depan, dan---iris mereka beradu.

'Ku kira dia udah nggak mandang ke sini. Astagaa,' batin Aisha menggebu.

Bertemu dengan mata obsidian yang tajam itu membuat nyali Aisha menciut. Bibir Reyes sedikit melengkung membentuk senyuman tipis.

Sedang Abyan dan Feyla saling memuji, "cantik juga lo pakek kebaya."

"Lo juga ganteng pake batik."

Tiba-tiba sudah ada Jovita di belakang Reyes.  Sedetik kemudian mereka berlalu.

"Lah Reyes mau dibawa kemana?" tanya Feyla yang menyadari keadaan.

Abyan menggeleng, begitu juga Tiara yang tampak lesu. Aisha hanya mengedikkan bahu santai. Matanya melihat punggung mereka yang semakin menghilang.

Aisha menepuk bahu Tiara, "udah ngapain lesu gitu Ra, ke kelas yuk. Daritadi kita malah jadi penunggu tangga. Hahaha."

Aisha melambai pada Feyla, tangannya menggandeng Tiara.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang