duapuluh dua

60 2 0
                                    

22.

"Masih pantaskah bernama ikatan persahabatan jika di dalamnya selalu ada pihak yang merasa dominan atas pihak yang lain?"---Aisha Valerie.
.
.
.
.

   
Sehabis dari kelas X MIA 3, Aisha berjalan menuju kelasnya sendiri. Menginjak lantai ubin pelan-pelan. Ia masih tak percaya dengan apa yang telah ia alami. Tangan kirinya memegang dua buah buku tulis. Ia ragu-ragu untuk memasuki kelas, apalagi untuk bertemu dengan Tiara. Tetapi, sebentar lagi bel masuk kelas. Mau tak mau, ia memantapkan hati untuk melangkah.

Sampai di depan papan tulis, Aisha mengembuskan napas lega. Ternyata kedua temannya belum kembali dari kantin. Segera ia mencari tempat duduk miliknya.

Setelah mendudukkan pantatnya di kursi, ia membuka ritsleting tas. Lalu memasukkan kedua buku tulis ke dalamnya. Siswa-siswi yang berada di ruangan menatapnya dengan aneh. Ralat hanya siswi-siswi centil yang hobi menggosip yang memperhatikan tingkah Aisha.

"Ciee, yang abis mesra-mesraan pegangan tangan dari koridor, beuuh," celetuk salah satu cewek yang bermake up lima centi.

"Iya, dong. Sama cogan mostwanted gitu loh," timpal cewek yang berambut hitam agak pirang.

Rasanya Aisha ingin membungkam mulut-mulut tak berguna itu. Namun, haruskah ia mendatanginya satu-satu? Sepertinya tidak akan mungkin. Hanya buang-buang waktu saja.

"Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh!"

Aisha terlonjak, senang bukan main. Bu Santi masuk kelas dan langsung menginterupsi seluruh penghuni kelas.

"Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh."

Tak berselang lama, muncul Tiara dan Feyla dengan tergopoh-gopoh. Dari jarak agak dekat, sorot mata Tiara menjadi dingin ke Aisha. Sebelum akhirnya menarik kursi lalu duduk di sampingnya. Aisha tidak bisa berbuat banyak.

Jadi, selama pelajaran berlangsung, keduanya tidak saling berinteraksi seperti biasa. Tiara masih dengan mode sinisnya, sedang Aisha diam dengan perasaan gelisah.

------------------

Saat bel pulang sekolah berdentang adalah hal yang paling ditunggu oleh kebanyakan siswa-siswi. Ada yang baru bangkit dari tidur, ada yang bersorak gembira dengan antusias mengemasi buku-bukunya. Berbeda dengan Aisha yang masih melamun.

Pandu--si ketua kelas--hendak menyiapkan mereka untuk berdoa sebelum pulang. Ia melihat seluruh penghuni kelas, hanya Aisha yang masih terlihat bengong. Akhirnya cowok itu menegur Aisha. "Icha? Lo mau nginep di sini?"

Cewek itu bergerak gelagapan, apalagi melihat teman-teman sekeliling sudah duduk rapi. Dengan gesit ia mengemasi barang-barangnya dan kembali duduk dengan sikap siap.

------------------

Aisha keluar kelas dengan tas berwarna  biru nangkring di punggung. Berjalan melewati koridor dengan lesu, ia tak menemukan Tiara dan Feyla di belakangnya. Garis wajahnya berubah muram.

Ia bergerak menuruni anak tangga, lalu berhenti sebentar. Menatap siswi-siswi lain yang pulang berjalan ke arah parkiran beriringan dengan teman-temannya, ada juga yang bergerombol bersama geng masing-masing.

Kemudian ia menatap ke bawah, ternyata tepat salah satu tali sepatunya ada yang terlepas. Ia perlahan membungkuk untuk memperbaikinya.

Tiba-tiba terdengar suara familier yang memanggilnya.

"Cha!"

Aisha mendongak.

"Ikut gue!" titah cewek di hadapan Aisha dengan sinis.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang