03. Persiapan

256 45 21
                                        

"Jaket, tiga. Cek!" ujar Wendy mengabsen pakaian yang akan dibawa ke koper.

Chandra, Renja, dan Rinjani mengangguk sembari memasukkan ke dalam koper.

"Kak Rin, lipet yang rapi, sayang," Wendy mengomentari hasil kerja anaknya.

"Next, ya," Wendy kembali mengabsen barang bawaan mereka, "Kaos, lima. Cek."

Sedangkan ketiga peserta yang sedang memasukkan barang ke koper menunjukkan tumpukan kaos yang telah dilipat cukup rapi.

Baru saja Wendy hendak mengabsen barang lain yang akan mereka bawa ke koper —karena barang lain sudah di-packing dan ditata di dalam mobil yang sudah lebih dulu dikirim ke Malaysia— Nusa mulai merengek kecil. Berdasarkan rencana utama, keluarga Chandra akan terbang ke Malaysia besok lusa lalu melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil.

Kembali pada Wendy yang diinterupsi oleh Nusa dalam pangkuannya. Batita gemas itu merengek karena acara menyusunya terhenti. Tak sadar susu ibunya lepas dari bibir Nusa.

"Sini, sayang. Ayah aja yang ngeceknya," Chandra mengambil buku yang dipegang Wendy.

"Ih, Nusa masih sore udah rewel," komentar Rinjani.

Wendy tak menghiraukan keadaan sekitar lagi, dia kembali menimang Nusa sambil memberi bayi itu ASI.

Beberapa menit berlalu, Chandra dan anak-anak telah selesai menata baju di koper. Rinjani beralih ke sofa untuk menyenderkan punggungnya, sedangkan Renja merebahkan tubuhnya di karpet.

Chandra mengembalikan buku catatan itu pada Wendy, tidak hanya itu, Ayah tiga orang anak itu menyempatkan untuk mencium kening Nusa yang basah karena keringat. Hanya sebagain kecil kepala Nusa yang tak tertutupi baju Wendy. Meskipun sedang menyusui di rumah, dan sangat jarang sekali Wendy menyusui di depan kedua anaknya yang lain. Maka dari itu, Wendy menutup asetnya dengan baju meskipun Nusa akan tertutup kain yang dikenakan.

"Abis ini ngecek apa lagi?" tanya Chandra yang ikut duduk di samping Wendy dengan tangan yang tak henti mengelus kepala basah Nusa.

"Apa, ya?" Wendy berpikir, beberapa waktu terakhir Wendy menjadi cemas, takut kalau ada barang penting yang tertinggal.

"Makanan?" Wendy menggeleng.

"Perlengkapan mandi?" Wendy terdiam sebentar, seingatnya ia sudah memasukkan perlengkapan mandi ke dalam tas yang sudah ada di mobil.

"Gak enak, ya, setahun gak makan seblak, gak makan makaroni pedas, gak jajan telur gulung, gak ada ayam geprek," Rinjani berceloteh dengan wajah sedih.

"Ih, masa gak ada ayam geprek?" Seketika Renja bangun dari tidurannya. Ia mengarahkan pandangannya pada Wendy dan Chandra, keduanya kompak menggeleng, mengakibatkan desahan kasar keluar dari Renja. "Gak ada sayur asem?"

Chandra dan Wendy kembali menggeleng.

"Parah," gumam Renja kecewa.

Kontan orang tua muda itu tertawa, bagaimana tidak raut kecewa Renja terlihat begitu lucu. Lekukan bibirnya melengkung ke bawah, remaja itu menghela napas panjang, pipinya sedikit mengembung. Sebagai pecinta makanan lokal dan tentunya makanan buatan Bunda, Renja masih belum bisa menerima kenyataan harus puasa satu tahun tanpa makanan-makanan yang selalu menemani hari-harinya itu.

"Tapi gantinya kita akan mencicipi makanan dari banyak negara, iya, 'kan, Yah?" Wendy mengedipkan matanya pada Chandra, cepat-cepat pria itu mengangguk.

"Bayangin, kakak pergi ke Kamboja terus makan semua makanan khas di sana. Lidah kakak akan mengecap rasa baru yang belum pernah dicoba sebelumnya, dan tentunya Kakak dan Kak Ririn akan mendapat pelajaran baru yang gak akan ditemui di sekolah."

Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang