tigapuluh

57 2 0
                                    

30.

"Dia dan kamu, aku takut jatuh cinta pada perlakuan kalian yang membuatku merasa di atas awan,"---Aisha Valerie.

.
.
.
.
1 bulan kemudian.

Suasana sekolah sudah tidak seperti terakhir kali sebelum liburan. Banyak wajah asing yang berlalu lalang. Aisha kini sudah kelas sebelas SMA. Menyandang gelar sebagai kakak kelas.

"Aisha mirip Leon," ucap seorang yang berdiri di koridor ketika melihat Aisha berjalan sendiri.

Aisha menghentikan langkahnya dan menoleh. Ia mendapati seorang adik kelas cowok yang menatapnya dengan jenaka.

'Apaan sih maksudnya? Dari mana miripnya?' batin Aisha.

"Mirip dari mana coba?" Aisha menatap name tag adik kelas itu-- Beni--dengan malas. Lalu beralih menatap wajah Beni sinis.

"Yaa, pokoknya mirip aja." Beni tetap keukeuh mengatakan bahwa Aisha mirip dengan Leon.

Sudah entah keberapa kalinya si Beni mengatakan itu kepada Aisha saat berpapasan. Mana nyebutnya nggak pake embel-embel 'Kak'. Nggak sopan banget jadi adik kelas.

Aisha tidak lagi mempedulikan Beni. Ia berjalan cepat menuju kantin. Demi memerdekakan cacing-cacing di perutnya dari musibah kelaparan.

----------------------

Ia berjalan menuruni anak tangga dengan gesit tanpa menoleh ke arah depan. Sampai di ujung tangga paling bawah. Tiba-tiba....

Brukh!

Tubuhnya membatu. Ia tidak berharap adegan seperti ini akan terjadi sekarang. Hampir saja Leon dan Aisha berciuman.

Di sekitar tempat itu banyak siswa yang nongkrong.

"Woy, Aisha nyium Leon!" teriak salah satu dari mereka yang bertubuh gempal dengan heboh. Lalu disusul yang lainnya menyerukan berbagai koor.

"Cieee-cieeee!"

"Fitfiuuu."

Ada yang bersiul, ada yang bertepuk tangan heboh. Bahkan ada yang tertawa menyaksikan kecanggungan antara Aisha dan Leon.

Aisha tahu, bahwa orang-orang itu adalah teman sekelas Leon.

"Ma-maaf Kak, nggak sengaja," ucap Aisha pelan. Tanpa berani memandang wajah Leon.

"O-oke, gue juga minta maaf," balas Leon yang masih bergeming dari tempatnya berdiri.

Sebelum Leon pergi, Aisha beranjak mendahului menerobos keramaian.

-----------------------

Aldebaran, nama tim voli yang sudah mendapat nama di sekolahan. Meski sudah tak satu kelas lagi. Hubungan persaudaraan antara mereka masih terjalin erat. Seperti saat ini, kesembilan cowok itu berkumpul di kantin. Menikmati makan siang bersama.

"Gue iri sama lo, udah dapet banyak surat cinta, ditambah dapet duit dari orang-orang, huh!" desah Ega setelah menyelesaikan satu kunyahan bakso kecil. Sembari menghadap ke arah Reyes.

Ega berkata seperti itu karena  selama liburan mendapati Reyes mendapat job sebagai pemain voli bon. Yang berarti ketika Reyes berhasil mengungguli scor tim lawan. Hadiah yang diterima tim sebagian menjadi haknya. Apalagi saat ini adalah musim pertandingan menjelang bulan Agustus.

Ditatap oleh sesama jenis membuat Reyes geli.
"Haha! Trus apalagi? Lo iri gue ganteng?" tebak Reyes menaikkan sebelah alisnya.

"Ah tai ledig lu!" maki Ega.

"Ga! Congor lu!  Gue lagi menikmati makanan, anjing!" Kali ini Abyan ikut geram.

Ega merapikan rambutnya dengan kedua tangan.
"Jijik banget, gantengan juga gue!"

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang