tigapuluh dua

53 2 0
                                    

32

"Akun Instagram di-follow back aja aku jatuh guling-guling. Apalagi sekarang chat-ku dibalas, seseorang tolong panggilin dokter, detak jantungku tidak normal,"---Aisha Valerie.
.

.
.
.

Seorang gadis sedang menggambar karakter kartun, Sasuke yang bersama Sakura. Setelah proses pewarnaan selesai. Ia melamun di dekat meja belajar. Tanpa sengaja matanya mendapati sebuah buku tulis yang sudah hampir satu tahun ia bawa tanpa sepengetahuan si pemilik. Aisha memberanikan diri mengirim pesan lewat DM. Namun ragu, akankah pesannya berbalas atau diabaikan. Ternyata dewi fortuna sedang berpihak padanya. Setelah dibalas gadis itu makin bingung ditambah deg-degan.

Sekarang ia segera menyalin beberapa digit nomor HP ke daftar kontaknya.

"Selesai," gumamnya sambil memandangi layar yang menampilkan kontak bernama Reyes yang di tambah emotikon senyum.

[Ok bentar]

Tidak ada balasan lagi di platform itu.

Aisha bangkit dari duduk dan berjalan mondar-mandir.

'Haruskah aku yang nge-chat duluan lagi? Bukannya di mana-mana cowok duluan yang mulai' batinnya.

Ia mematikan koneksi data. Lalu membuka roomchat WhatsApp dengan nomor Reyes. Dan mulai menyusun kata-kata pembuka yang pas.

[Assalamu'alaikum, gue Aisha]

[Ini bener nomer lo kan, Rey?]

Sudah dua deret pesan yang akan ia kirim.

[Dan masalah buku catatan, gue minta maaf, harusnya gue kasih tau lo beberapa waktu lalu.]

Aisha masih memandangi roomchat dan isi pesan yang tidak terkirim itu dengan seksama. Memantau apakah ada typo di dalamnya. Lalu pandangannya beralih ke jam dinding di kamar yang menunjukkan pukul 22.30 WIB.

"Gue nggak mau bangun kesiangan besok, gue harus tidur!" gumamnya pada diri sendiri. Meletakkan HP di atas nakas. Namun, sebelum ia tidur. Ia menata dan mempersiapkan buku untuk mata pelajaran besok, baru setelahnya berjalan ke tempat tidur untuk mengistirahatkan badan dan pikiran.

------------

Pagi hari ketika di kelas, Aisha merasakan sikap dingin Reyes seolah tidak terjadi apa-apa semalam. Ya, emang tidak terjadi apa-apa sih.

Reyes menghapus white board. Sesuai jadwal piketnya. Setelah selesai, punggungnya berbalik. Mata obsidiannya menyapu pemandangan seisi kelas sekilas dan kembali ke bangkunya.

Aisha diam-diam memandangi Reyes dari jarak yang agak jauh. Karena ia duduk di bangku pojok kanan, sedang Reyes berada di bangku pojok kiri kelas. Mata jelinya menyelip di balik punggung teman sekelas yang berada tak jauh darinya. Sesekali membuang muka takut ketangkap basah seperti hari kemarin.

Bisa sekelas dengan Reyes adalah hal yang tak terduga dan di luar khayalan bagi Aisha. Ia tak menyangka jika sebagian masa putih abu-abunya akan se-drama dan se-menegangkan ini.

--------------

Bel istirahat telah berbunyi nyaring. Waktunya mengisi tenaga dan mengistirahatkan pikiran. Sebagian siswa-siswi menghambur ke kantin. Dan beberapa lainnya membawa bekal sendiri dari rumah.

Aisha berjalan menerobos kerumunan demi bisa cepat ke kantin.

"AISHA, ADA YANG NYARIIN ELO!" ucap seorang cowok dengan lantang membuat beberapa siswa-siswi dari kerumunan menoleh.

Aisha menoleh, lalu pandangannya berubah. Gadis itu menghembuskan napas berat. "Siapa?"

"Bang Leon!" jawab Beni sambil tersenyum jahil.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang