01. Kebetulan

818 82 8
                                    

Kehidupan mahasiswa pada umumnya sangatlah berbeda dengan pendidikan sekolah. Ya sangat berbeda, jelas. Dari namanya aja sudah berbeda. Siswa dan mahasiswa, mahanya siswa. Tapi, hal itu sama sekali tidak diperdulikan oleh Ahsan. Kehidupan mahasiswanya awalnya tenang-tenang saja, sampai waktu di mana ia mendapat pesan singkat dari kakak tingkatnya.

Salam Ahsan. Bisa ke sekre BEM fakultas sastra bahasa?

Ahsan hanya membacanya bingung sambil mengernyitkan keningnya. Ini kating siapa? Mana gaada basa basinya sama sekali, dumel Ahsan yang secara tak sadar diamati oleh Bona sedari tadi.

"Lu kenapa deh San?" Sambil menyuap soto kebanggaannya ia menunggu jawaban Ahsan.

"Ini ada kating ga jelas Bon. Masa gue tiba-tiba disuruh ke sekre BEM fakultas? Dikira gue daftar open recruitment kali ya."

"Emang lu gamau join San?"

Ahsan menatap Bona. Ia berpikir sejenak. Organisasi kampus dan sekolah pasti berbeda entah isi kepala, kinerja, program kerja, dan dari segi apapun. Takutnya, Ahsan kumat lagi.

"Ngga deh Bon. Lu lupa nanti gue kumat lagi gimana?" Todong Ahsan dengan sendok yang ia arahkan pada muka Bona.

"Ya santai lah San. Yaudah lu ke sana aja, siapa tau lu jadi maba pertama yang penting."

Dengan malas Ahsan beranjak dari meja kantin, meninggalkan Bona yang sedang asik menyantap soto milik Ahsan. Dasar.

Setelah lelah berjalan memutari fakultasnya, akhirnya ia sampai. Jauh jauh Ahsan memutari gedung hingga lorong fakultas, ternyata sekre BEM hanya berderetan dengan koperasi mahasiswa dan fotokopian. Ahsan menghela napas dan segera mengetuk pintu dengan hati-hati.

"Permisi kak."

Diketuknya pintu sekre membuat seluruh mata tertuju pada si empu yang membuka pintu tersebut.

"Iya, kenapa? Cari siapa?" Seorang perempuan dengan rambut tergerai lengkap dengan kacamata menanyai Ahsan, membuatnya semakin nervous.

"Saya tadi dapat pesan atau sms dari salah satu kakak tingkat untuk kemari kak."

"Yang nyuruh siapa dek? Terus kamu namanya siapa?"

"Saya Ahsan kak. Mohon maaf kalau yang memberitahu saya tadi tidak ada identitasnya kak.

"Saya yang nyuruh." Kini laki-laki dengan potongan hampir menyerupai botak menyaut dan segera berdiri.

"Masuk aja San." Ahsan menatap kakak tingkatnya itu. Loh kating yang bentak gue pas ospek??

Ahsan memberanikan diri memasuki sekre itu dan segera duduk dipojokan.

"Ngapain di situ? Santai aja. Bosnya lagi gaada." Ahsanpun menurutinya, ya mau gimana lagi. Namanya maba harus nurut dong.

"Saya ngundang kamu ke sini mau minta maaf. Perlakuan saya tempo hari udah keterlaluan juga dan kamu malah jadi gabisa ikut agenda ospek sampai selesai." Ahsan terkejut. Didengarkannya dengan seksama katingnya ini.

"Saya Sony secara pribadi mau minta maaf sama kamu, Ahsan."

"Iya kak. Gausah dipikirin lagi, namanya juga sakit bisa dateng kapan aja kok hehe." Sony, si kakak tingkat hanya bisa terkekeh lega saat tahu Ahsan tidak mau mengungkitnya lagi.

Dan di sinilah Ahsan sekarang. Bergaul dengan kakak tingkat pengurus sekre BEM yang bisa dibilang, sangat penting dan tentunya sibuk. Bisa dibayangkan program kerja serta rencana perekrutan kader yang direncanakan. Ahsan saja memikirkan akademik sudah pusing walaupun baru beberapa bulan kuliah. Ahsan yang tengah asyik mendengarkan pengalaman dari katingnya itupun kadang terbawa suasana dan menimpali hal serupa dengan membandingkan pengalaman yang ia dapat sewaktu di sma, hingga...

WE - Story of Hendra/AhsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang