03. Maaf

719 71 51
                                    

"Ini tempatnya? Kok jelek banget? Ditinggalin berapa lama deh mending disewain biar dapet uang." Komentar Tantowi yang langsung diberi toyoran oleh Bona.

"Baru sampe aja lu udah komen Wi. Kalo bagus ya di hotel bego." Kido hanya menggeleng mendengarkan mereka berdua. Berbeda dengan Hendra. Hendra yang ia lihat sekarang bukan Hendra yang biasanya ia lihat. Kido yakin, ada sesuatu yang Hendra sembunyikan entah apa itu. Ditepuknya pundak Hendra, berniat membuatnya rileks.

"Ahsan gapapa Ndra. Percaya sama gue." Hendra hanya menoleh dan menatap Kido.

"Saya harap juga gitu Do."

Aww arghh jangAN ARGGH

Raungan itu jelas terdengar di telinga Hendra. Jelas raungan dan erangan Ahsan. Tak ambil pusing, didobraknya pintu ruko di depannya oleh Hendra. Menampilkan wujud orang orang brengsek yang menculik Ahsan. Fokus Hendra pertama adalah mencari Ahsan dan dilihatnya Ahsan terkapar dengan tangan diikat di belakang, baju yang ia kenakan terkoyak dan sudah rusak, kepalanya berdarah begitu pula lengannya.

"Well, welcome sir."

"Siapa kamu? Ada masalah apa sama Ahsan?"

"Wow chill sir. Chill. We just played with him. Cuma main."

"Main matamu anjing."

BUGGGG!!!

Satu bogeman dari Hendra lolos ke muka bedebah yang mengobrol dengannya. Persetan dengan citranya, karna orang di depannya layak dihabisi. Dipukulnya, ditendangnya orang tadi hingga tak bisa berkata apapun.

"Balikin Ahsan sama saya."

"Kamu siapanya Ahsan?" Sebuah suara mengintrupsi Hendra. Seperti suara yang tak asing di telinganya. Sesosok pria kemudian membalikkan badannya menatap Hendra dan Kido.

"Udah lama ga ketemu ya Hen, Do."

"Lin Dan?" Lin Dan hanya tersenyum. "Tapi kenapa?" Sambung Hendra.

"Saya cuma disuruh. Kalian tau kan saya kerjanya apa. Banyak request dari fans kamu Hendra. Ini request mereka." Hendra tak tahu harus bereaksi seperti apa. Hanya bisa memandangi 'rekannya dahulu' seperti tak mengerti

"Ah elah kelamaan." Tantowi membuyarkan kedunya kemudian menarik pelatuk pistol yang ia bawa dan mengenai kaki Lin Dan dibarengi dengan erangan kesakitan Lin Dan.

"Brengsek."

"Gue gatau lu siapa tapi lu yang brengsek. Jangan main main sama temen gue njing." Ucapan Tantowi hanya dihadiahi erangan dan teriakan para anak buah Lin Dan yang berbondong bondong menyelamatkan Lin Dan.

"BANG BAWA AHSAN CEPET." Hendra yang sadar akan teriakan Bona, segera menghampiri Ahsan yang tak sadarkan diri dan membopongnya. Tak peduli dengan Ahsan yang penuh dengan darah, fokusnya hanya menyelamatkan Ahsan bukan yang lain.

"Do, tolong kain di bawahmu ambil." Kata Hendra sambil berlari meninggalkan tempat yang seumur hidup tak mau ia datangi lagi. Diselimutinya Ahsan oleh Kido agar Ahsan tetap hangat, niatnya. Dibawanya Ahsan ke dalam mobil sembari Hendra memangkunya sambil menenangkan Ahsan.

"Eungh."

"Jangan gerak dulu ya San. Do ke rumah sakit keburu Ahsan makin parah." Ditancapkannya gas dan segera menuju rumah sakit terdekat agar Ahsan mendapat perawatan.

"Eungh, koh. Sakifhej."

"Iya San bentar lagi sampe. Tahan bentar lagi." Dielusnya puncak kepala Ahsan dan perlahan melepas apa yang mengikat di tubuh mungil Ahsan. Dilihatnya pergelangan tangan Ahsan yang terluka, sakit rasanya hati Hendra melihat Ahsan yang begini. Tak disangka, tangan yang ia pegang bergerak mengelus pipinya.

WE - Story of Hendra/AhsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang