Trigger warning: kekerasan, kekerasan, kekerasan yang dapat memicu beberapa trauma muncul, calling depression and panic attack too, dan baku hantam.
So please, kalau ga kuat you can skip this chapter. Gomawo
...
He coming again from the past. For reach everything he needs, especially his love. But he's being a nightmare for his love.
...
Pasca musyawarah besar, semua anggota yang telah demisioner secara resmi tentu saja kembali ke aktivitas 'normal' mereka tanpa adanya rapat, evaluasi, pendelegasian, diskusi, forum, dan sebagainya. Tak terkecuali Hendra. Ia dapat dengan tenang menyelesaikan proposal skripsi yang sejenak ia anggurkan dari musik festival, padahal judul yang ia ajukan sudah diacc dosen pembimbing dari lama. Perasaannya masih mengganjal sejak ia pulang bersama Kido selepas musyawarah besar. Karena sejak hari itu, Kido seperti menghalang halangi Hendra untuk mencari Ahsan. Ya, Ahsan hingga saat ini, terhitung 3 hari sejak pencabutan mandat belum kembali.
"Do, kamu ini kenapa??" Kido yang ditanya bingung. "Gue kenapa apanya?"
"Kamu ngapain ngehalangin saya cari Ahsan? Kamu bilang mau bantu saya?" Kido menghela napasnya. "Sini lu." Hendra menurut.
"Kis, kita bahkan gatau Ahsan pergi kemana, sama siapa, dan sekarang di mana. Kita minim info Kis, lu sadar ga?" Hendra mengusap rambutnya kasar dan menatap tajam Kido. "Maka dari itu kita nyari Do. Nyari. Kamu kalo gamau bantu saya, biar saya sendiri aja yang cari Ahsan." Hendra langsung bangkit dan membereskan semua barangnya dan keluar dari kontrakan Kido. Namun,
"Bang bang!!!" Praveen datang dengan napas tersenggal. "Cari saya apa Kido?" Tanya Hendra yang dibalas dengan tunjukkan oleh Praveen sembari ia menstabilkan napasnya. "Berdua. Penting, boss Owi dapet info." Hendra langsung menyambar kunci mobil Kido, "Ayo Do. Jangan bengong. Tantowi di mana? Kamu ikut saya sana Kido."
...
Tantowi yang mengetahui bahwa Ahsan pergi bersama orang yang paling ia hindari di dunia syok bukan main. Pasalnya, Bona yang memberikan nomor Ahsan padanya.
"Maksud lu apa sih Bon? Lu yang harusnya lebih tau tolol." Bona hanya bisa diam. "Diem aja lu kaya orang abis keciduk."
"Gue gatau kalo yang sms itu Rian. Kaga ada namanya sat." Bona membela dirinya. "Apa ga lu tanya anjing namanya siapa?" Bona diam lalu menyimpan ponselnya. "Ga lu tanya? Ya Allah Bon, goblok lu beneran." Tantowi terlalu gusar hingga tak sadar mobil Kido telah sampai di halaman kosnya.
"Lain kali lu tanyain namanya bangsat. Lu kaya numbalin temen lu sendiri. Tau sendiri Rian orangnya gimana. Ahsan sampe trauma dan itu alesannya kita protect Ahsan sedemikian protektifnya sampe dia deket sama Koh Hendra aja susah. Lu sadar ga sih, ha?" Ucapan Tantowi membuat Hendra yang berada di situ mengernyitkan keningnya. Maksud Tantowi bicara gitu apa?
"Sadar Bon, Ahsan prioritas kita. Ahsan gapunya siapa siapa selain kita di Jakarta dan lu malah numbalin dia anjing." Tantowi geram dan segera mencengkeram kerah baju Bona. "Terus lu bilang Ahsan di motel? Berdua sama Rian? Yang anjing sekarang siapa?" Satu bogeman lolos dari Tantowi yang membuat Bona terduduk dan meringis kesakitan.
"Bentar, saya... Gabisa mencerna. Oke, sekarang Ahsan di mana?" Tantowi terkejut melihat sosok Hendra, Kido, dan Praveen yang telah berdiri di belakangnya. "Koh? Eee... Ahsan..." Hendra melangkah maju, memberikan tatapan tajam pada Tantowi hingga ia tersudut. "Ahsan. Di mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WE - Story of Hendra/Ahsan
Ficción General"awalnya coba-coba, tapi lama-lama jadi sayang." Jelas Hendra yang asal nyeplos. "gatau ya, tadinya biasa aja tapi kelamaan ya mikir ini orang mukanya lempeng tapi perhatian banget. ya lama-lama luluh lah wkwk." Jelas Ahsan saat diinterogasi temanny...