Desember 2006
Pasca telah pulih walaupun belum 100%, Ahsan kembali ke kampus setelah muak dan bosan rawat jalan selama kurang lebih 2 bulan lamanya. Dan sejak 2 bulan itulah ia intens ditemani Bona dan Tantowi dalam menjalani perawatan. Entah minum obat, mengganti perban kepala atau perban di tangan. Jangan tanya Hendra kemana, Ahsan sudah tidak berkomunikasi dengannya satu bulan. Kata Bona, Hendra dan Kido tengah sibuk menyiapkan acara tahunan kampus dan pendaftaran ukm. Ya mau tidak mau Ahsan tidak menganggu kecuali Hendra menghubunginya dahulu. Toh, dia biasa saja. Namun kadang ia merasa kesepian tidak ada sosok Hendra. Setiap merasa kosong, ia menatap bracelet yang Hendra berikan padanya. Berharap Hendra tiba-tiba datang di depannya saat itu juga.
"AHSAN!!!" Panggilan Debby membuyarkan fokus Ahsan. Ia tersenyum melihat Debby yang berlari senang ke arahnya.
"Eh Debby. Apa kabar??" Sapa Ahsan yang langsung memeluk Debby, "Aww– jangan kenceng kenceng Deb."
"Ouh, maaf San. Debby baik. Ahsan udah pulih banget?" Ahsan menggeleng, "Belum sepenuhnya tapi udah boleh aktivitas lagi. Capek Deb rawat jalan terus." Mereka berdua mengobrol sampai seseorang mengintrupsi mereka berdua.
"Asik banget ngobrolnya ajak ajak dong."
"Bosen sama lu mulu Bon." Bona yang baru memakan snack pun menoyor kepala Ahsan. "Apasih Bon ini nanti sakit lagi lu mau gue repotin??"
"Makanya jangan nyebelin San gaada yang demen mampus." Ahsan ingin sekali memusnahkan Bona tapi mana bisa. Nanti siapa yang ia ganggu??
"Eh, udah nonton pengumuman belum Bon?"
"Di papan informasi depan lobby? Belum. Apaan emang Deb?" Ahsan hanya menyimak obrolan mereka karna Ahsan sungguh tidak tahu apa-apa.
"Pendaftaran anggota ukm badminton. Mau join ga? Debby nyari temen nih." UKM Badminton? Seru juga
"Boleh, nanti gue baca dulu infonya ya Deb."
"Gue mau ikut juga. Gue sma jago badminton." Bona dan Debby menatap Ahsan bebarengan dengan tatapan bingung.
"San, tangan kiri lu kan luka. Tangan kanan lu memar juga, di perban pula. Gimana?"
"Gapapa. Gue main pake tangan kanan. Nanti pake tape bisa."
"Yakin San? Nanti ga maksimal gimana?" Kecemasan Debby dan Bona hanya dijawab senyuman oleh Ahsan.
"Gapapa. Kalo ga bagus ga maksimal ya berarti belum rejeki aja. Udah kantin dulu, laper." Ahsan langsung melengang pergi menuju sumber pangan fakultasnya berharap soto favoritnya sudah buka pagi ini.
"Tunggu buset San. Ini gue sama Debby mau lu tinggal apa gimana?" Teriak Bona yang disusul oleh Debby, "Ayo Bon. Udah tahu Ahsan sensian juga." Bona hanya bisa menggeleng pasrah dan segera mengekor pada Debby menyusul Ahsan.
Di kantin, Ahsan makan dalam diam walaupun seperti biasa masih agak kesusahan tapi untungnya ia bisa dengan cepat menyelesaikan makannya.
"Kesambet apaan lu San? Baru masuk udah ganas." Komentar Bona dihadiahi toyoran oleh Ahsan. "Aww San galak banget lu."
"Makanya jangan rese lu. Gue guyur pake es teh mau lu?" Bona hanyga bergidik ngeri. Temannya ini memang lagi mode galak apa efek baru ke kampus lagi?? Bona tak mau memikirkan lagi, sudah cukup ia dan Tantowi repot 2 bulan belakangan ini karna membantu Ahsan. Dilihatnya sekeliling kantin dan tiba-tiba saja matanya tertuju pada sosok yang ia kenali.
"San, arah jam 9." Ahsan yang sibuk menyeruput es tehnya pun melihat sekeliling menurut pada Bona. Dilihatnya kating yang telah lama ia tak lihat tapi dia tak sendiri. Dilihatnya ia bersama seorang perempuan, makan berdua, tertawa bersama. Di saat yang bersamaan Debby juga memperhatikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/279576864-288-k362727.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WE - Story of Hendra/Ahsan
Ficção Geral"awalnya coba-coba, tapi lama-lama jadi sayang." Jelas Hendra yang asal nyeplos. "gatau ya, tadinya biasa aja tapi kelamaan ya mikir ini orang mukanya lempeng tapi perhatian banget. ya lama-lama luluh lah wkwk." Jelas Ahsan saat diinterogasi temanny...